"Saya ingin melaporkan bahwa ada Kapal besar seperti sebelumnya yang menuju ke Pelabuhan."
"Apakah mereka orang-orang Bajak Laut Bendera Tengkorak?" keluh Ratu Bajak Laut yang merasa bahwa kemungkinan orang-orang dari Pulau Emas sudah sampai untuk menyusul mereka. Meskipun gelar Raja Bajak Laut masih ada pada Liong Yu, namun sepertinya sekarang dia sudah menjadi bagian Bajak Laut Bendera Tengkorak setelah kapalnya hancur."Saya kurang tahu, mengingat kapal tersebut tidak terlalu jelas terlihat!""Kalau begitu kau kembali ke Pelabuhan, awasi setiap apa yang terjadi. Lalu segera beri laporan jika ada sesuatu yang mencurigakan!""Baik Tuan Maharaja!" ucap Panglima tersebut sambil membawa pasukan tambahan untuk berjaga di Pelabuhan Champa.Sedangkan di ruangan itu semua masih bingung apa yang sebenarnya terjadi di Funan. Mengingat seharusnya mereka ada yang kembali ke Champa, setidaknya memberi laporan."Apa mungkin mereka ditangk“Gawat Maharatu Sri Wardani! Di pelabuhan ada orang lain dengan pakaian sama dengan orang berpakaian hitam tadi!” Seorang prajurit dengan kemampuan tinggi datang dengan tergesa-gesa berbicara dengan tidak jelas. Jelas membuat semua orang semakin terkejut, siapa sebenarnya yang menyerang. Apa benar yang menyerang adalah orang-orang Siam? “Siapa yang sudah berjaga di sana dan berapa banyak?” tanya Panglima tersebut dengan sedikit waspada. “Panglima Anggara yang menuju ke sana! Beliau yang menyuruh saya untuk memberitahu tuan!” ucap prajurit itu lagi. Sekedar informasi bahwa Panglima Anggara adalah orang yang melapor sebelumnya. Dimana dia malah terpisah dengan orang-orang yang pergi ke Funan dan belum kembali. “Baiklah! Ayo segera ke Pelabuhan!” ucap Panglima tersebut. "Tuan Liong Yu! tolong jaga Maharatu di sini!" Setelah bicara, Panglima Champa tersebut dengan kecepatan penuh menuju ke sisi timur. Malam
Apakah lelaki hebat dari Champa itu akan mati? Orang yang datang itu sangat khawatir. Begitu anak buahnya, sangat sedih kehilangan pimpinan yang sangat dihormatinya tersebut. Semua orang yang ada di Pelabuhan juga bingung, kenapa Panglima Anggara bisa kalah dengan mudah oleh lelaki bernama Lingga itu. Keduanya kemudian segera mengecek keadaan Panglima Anggara yang bentuk tubuhnya sudah bercampur pasir tersebut. "Apa tidak ada yang bisa menyembuhkan luka dalam yang dimilikinya?" keluh seseorang yang sudah membunuh lelaki bernama Lingga tersebut.Namun tidak ada yang bicara karena memang tidak memiliki kemampuan itu. Sampai pada akhirnya ada orang yang turun dari kapal paling terakhir, dialah yang langsung menuju ke arah Panglima Anggara. DESS! Lelaki itu langsung menotok beberapa bagian tubuh dari Panglima Anggara. Sehingga pada akhirnya lelaki itu sedikitnya hanya mengalami luka ringan. Hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat hingg
Panglima Narendra menjadi sangat lega mendengar apa yang didengarnya. Rencananya berlindung di balik orang-orang sakti kembali terjadi. Bagaimanapun kemampuan dari lelaki yang disebut Tuan itu sangat bisa diandalkan. Sehingga akan dapat membantu perjuangan dari dirinya. "Apa lagi yang kalian tunggu?" Lelaki yang disebut Tuan murka karena orang bayarannya tak kunjung pergi."Kami ingin kau memberi kami beberapa uang terlebih dahulu!" Bandit Penghisap Darah terus terang, karena dia sadar bahwa orang di depannya tak punya kemampuan apa-apa. Sehingga selalu dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya berlindung di Champa."Baiklah, Terima ini! Setelah itu segera pergi, jangan ada lagi kegagalan!" ucap lelaki tersebut sambil melemparkan sebuah kain berisi uang. Lalu dia pergi dari markas tersebut, menuju ke sebuah tempat. Sedangkan Panglima Narendra dan Bandit Penghisap Darah memutuskan pergi dari tempat tersebut. Jelas dengan satu tujuan menghabisi lawan
"Betul tuan, katanya ayah saya berasal dari sana. Namun saya sendiri belum pernah datang ke sana!" ucap Sagara yang memang hanya itu yang bisa dia ucapkan. Terlebih jika bilang tidak itu akan sangat mencurigakan. "Apa yang perlu saya bantu?""Tidak, aku pikir kau memang besar di Kerajaan Selatan. Kami berencana untuk pergi ke sana setelah menaklukkan Champa." ucap Panglima Do Yuan yang jelas membuat Sagara cukup kaget dengan apa yang terjadi. Namun dia segera menguasai diri takut dicurigai, bahwa dia adalah bagian dari Keratuan Champa. Sebagai informasi bahwa Kerajaan Selatan adalah sebutan bagi Kerajaan yang ada di Pulau Jawa, mengingat disana ada banyak Kerajaan kecil."Jika tuan perlu bantuan, kata ayah saya banyak kenalan di sana." ucap Sagara memberi tawaran dengan nada yang meyakinkan. "Baiklah, aku akan hubungi kamu jika saatnya tiba. Sekarang kita harus kembali ke Istana, takut ada sesuatu yang terjadi!" Sindu Darma kemudian berjalan pel
Hingga akhirnya lelaki tua doyan wanita tersebut kehilangan nyawanya. Bersama dengan robohnya kayu yang ada di hutan tersebut, kemudian menimpanya.“Sepertinya kita harus segera pergi dari sini." ucap orang yang bersama dengan Si Mata Picak. "Apa kau tidak apa-apa, Zhang Hao?""Tuan Putri, apakah kau itu?" keluh Zhang Hao yang kaget dengan siapa yang menolongnya. Namun wanita itu menutup mulut Zhang Hao agar tidak bicara lagi. "Sepertinya begitu, Aku yakin dia belum terlalu jauh, kita harus kejar mereka!" Si Mata Picak keluar dari tempat tersebut."Bagaimana dengan tempat ini, apakah akan dibiarkan begini saja?" kata Mei Ling kepada Si Mata Picak. "Robohkan saja! Biar pandai ini tidak ada lagi, menjadi kuburan dari Panglima Narendra." ucap Si Mata Picak yang paham jika lelaki itu memang pantai mendapatkan hal itu. BRAKK ... BAAMM ... BANGTempat itu hancur seperti terkena gempa bumi yang
Si Mata Picak kemudian mengarang bebas jika yang membunuh ayahnya adalah orang Champa yang bekerja sama dengan Kaisar Han Zhou. Hal itu jelas membuat pihak Funan tertarik agar mereka dijadikan sekutu yang dapat diandalkan."Maafkan kami, telah berprasangka buruk terhadap kalian. Mohon dimaklumi bahwa kami sedang dalam keadaan gawat darurat!" ucap Sindu Darma sepertinya sudah sangat percaya kepada Sagara. Padahal sedang di kibuli. Hal itu terjadi karena memang Sagara sangat piawai dalam urusan menjilat para pimpinan kerajaan gila pujian."Apa yang sebenarnya terjadi dengan Funan, Tuan? Mengingat kemarin malam saya melihat pasukan kerajaan berhasil mengamankan orang dengan pakaian hitam di dekat perbatasan Champa?" Mei Ling yang kini ikut-ikutan seperti orang serius, tampak seperti seorang samurai yang dapat diandalkan."Kami juga tidak tahu persis, yang jelas orang yang kami maksud seperti seorang Shinobi yang berasal dari Pulau Bunga!”Sindu Darma kemudian menjelaskan bahwa sebenarny
Namun dibalik semua pembicaraan itu, ternyata ada yang menculik Putri Champa yaitu Tuan Putri Niti Lestari. Jelas membuat perempuan itu panik ketika dirinya dibawa pergi, paham akan ada hal besar setelah yang terjadi sekarang. "Tenang Tuan Putri! Saya orang baik, tetapi Tuan harus ikut saya." Orang dengan penutup wajah tersebut sekejap mata langsung membawa putri MahaMaharatu Sri Wardani tersebut pergi meninggalkan istana."Gawat tuan! Gawat ....""Ada apa?""Gawat ... Anu! Tuan Putri Niti Wardani diculik oleh orang berpakaian coklat kehitaman tadi!?" ucap seorang Dayang tua tersebut tampak ketakutan, karena tak mampu menjaga Tuan Putri Niti Wardani dengan baik."Kurang ajar! Pasti ini ada hubungannya dengan Kerajaan orang-orang Funan?" Maharatu Sri Wardani sangat marah. Para panglima serta Senopati hanya tertunduk dengan apa yang terjadi. Meskipun mereka sudah menumpas beberapa orang hingga tewas para penyusup tersebut."Kejar mereka! Sepertinya mereka hanya ingin menculik orang-ora
"Tidak keduanya, Aku memilih kau yang mati." Perempuan berpakaian Bajak Laut itu langsung menyerang lawan, meskipun cukup kerepotan karena lawannya ada tiga. Anak buah Panglima Anggara tersebut juga bukan lawan yang bisa dengan mudah ditaklukkan."Ayo kita kepung ramai-ramai, nanti kita nikmati juga bersama-sama! Hahaha." ajak Panglima Anggara yang merasa di atas angin, lawannya memang terlihat lemah. Kedua anak buahnya juga dipenuhi nafsu yang sama, karena kecantikan perempuan yang tak lain adalah Mei Ling. Kini wanita mata picak itu membuka penutup matanya, jelas itu adalah Mata iblis yang akan mencari korban selanjutnya.BRAKKSebuah pukulan membuat salah satu dari anak buah Panglima Anggara tersungkur. Tanpa disadari ada orang lain yang melakukannya. Membantu perempuan berpakaian Bajak Laut dari kepungan orang penuh nafsu tersebut. Ketiga orang itu tidak sadar jika nafsu akan membuat mereka jatuh ke lubang penderitaan.BRUKKSuara tersungkur juga kembali terjadi, sekarang giliran
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan