Perempuan itu tampak berpikir keras dengan kendala yang terjadi. Mengingat ancaman dari Kekaisaran Han Zhou sangat berbahaya, perlu bantuan dari Pemerintahan Yamato.
"Jika saja Bajak Laut Bendera Tengkorak ada di tempat ini. Mungkin kita bisa berbuat banyak untuk mempertahankan kedaulatan kita!" ucap perempuan bernama Wang Xie tersebut. Bahwa dia mendapatkan kabar tentang Sagara yang mampu membuat orang-orang Kekaisaran kalang kabut."Setahuku mereka sekarang menjadi Bajak Laut, bisa saja ikut mencari harta di Pulau Emas." ucap lelaki bernama Randu Pandega sambil minum teh di depan orang yang bicara.Mengingat bagaimana ketiganya mampu menghadapi orang kedigdayaan tinggi. Nama mereka memang sudah menjadi pembicaraan banyak orang. Meskipun pembicaraan itu jelas sulit terkabul, mereka tidak tahu keberadaan Sagara.Meskipun sebenarnya harapan mereka terkabul karena memang Sagara akan pergi ke Pulau Emas. Itu akan disambut dengan baik oleh KebataraPanglima Jiang Yi sesuai namanya memang mengerikan, mungkin belum ada lawan yang sebanding dengannya. Bahkan Wang Xie dan Kai Gaku yang terkenal kuat harus kerepotan melawannya. Padahal keduanya memakai senjata, sedangkan Panglima Jiang Yi hanya menggunakan sarung pedang. Hingga lelaki tua yang paling dianggap paling kuat tersungkur ke belakang. Menerima sebuah serangan yang sangat keras, sehingga tak bisa dielakkan. BRUK! Panglima Tua itu bahkan sudah tak bisa diselamatkan ketika berusaha melindungi adiknya. Kini Kebataraan Pulau Emas telah kehilangan Panglima Perang mereka. Semua seperti akan menunggu saja untuk mati, mengingat lawan tidak seimbang. Kini hanya Wang Xie yang masih berdiri, mengingat Randu Pandega dalam keadaan terluka sebelumnya. Wanita itu harus menghadapi Panglima Jiang Yi yang memiliki kekuatan mengerikan. Sosok yang sulit dihadapi oleh orang-orang Kebataraan Pulau Emas dalam mempertahankan tanah akhirnya. Mengingat Bunga
Panglima Jiang Yi ambruk ketika menerima serangan dari lawannya. Jelas membuat dirinya hanya bisa mengeluh dengan apa yang terjadi."Siapa yang berani menyerang diriku dari belakang?" bentak Panglima Jiang Yi mendengus kesal. "Tentu saja, aku!" bentak seorang perempuan yang kesal dengan apa yang terjadi. Dia tak lain adalah Mei Ling yang ternyata sudah berhasil mengalahkan anak buah Panglima Jiang Yi. "Keparat kau pengkhianat!" bentak Panglima Jiang Yi yang merasa telah dikhianati oleh Bajak Laut Bendera merah. "Setelah kau hancurkan Kapal masih bilang pengkhianat?" bentak Si Mata Picak yang bicara lebih keras dengan apa yang terjadi. "Lalu apa yang kalian inginkan?" keluh Panglima Jiang Yi yang sudah merasa sangat terdesak. Meskipun masih bisa bertarung namun jelas dia memilih melunak. "Apa Batara Sang Wisnu ada yang ingin disampaikan? Katanya dia bertanya apa yang ingin kita lakukan?" tanya Si Mata Picak yang kini kembali
Namun semua kaget ketika melihat ada sebuah ledakan di daratan, dimana di Champa sedang ada kejadian. Jelas membuat orang yang ada di Kapal harus waspada. "Sepertinya Keratuan Champa dalam bahaya besar, adanya lawan yang menyerang, kita harus waspada." ucap Raja Bajak Laut yang menyadari apa yang terjadi. Mengingat dia juga sering datang ke daerah tersebut, mengingat Champa adalah Sekutu dari Kekaisaran Han Zhou."Sepertinya orang Funan kembali menyerang Champa," ucap Parawita yang berada di samping Marita dan Yukio Rin. Parawita ternyata cukup lama tinggal di Champa sebagai penjual hasil laut. Bahkan dia cukup pasih berbahaya orang-orang daratan di Selatan Han Zhou tersebut. "Semua harus bersiap, sepertinya kita perlu menolong orang-orang Champa. Kita harus segera bersiap untuk menghadapi lawan yang cukup kuat." Ucap pimpinan Bajak Laut Bendera Tengkorak yang disertai anggukan kepala dari semua awak kapal. Sagara sudah menjelaskan bahwa Funa
Namun karena pertempuran berlangsung lama, Si Kaki Tunggal dan Yukio Rin ikut membantu. Sehingga orang yang cukup kuat di pihak Funan ambruk bersimbah darah dan ada yang tidak bergerak lagi. Membuat kengerian yang dirasakan di seluruh pelabuhan Keratuan Champa tersebut. Melihat apa yang terjadi di lokasi pertempuran, pimpinan Orang-orang Funan turun tangan. Lelaki berbadan tegap itu langsung membantu anak buahnya yang terluka. Tiga orang yang menghadapi para murid memang terlihat cukup kuat. "Sekarang kau sadar menghadapi siapa, Orang-orang Funan?" Ucap Raja Bajak Laut yang menjadi lawan dari pimpinan orang-orang Funan.Pertempuran semakin mengerikan dengan banyaknya orang yang tumbang. Terutama dari pihak orang-orang Funan yang tak bisa berbuat banyak menghadapi lawannya. Karena para anak buah orang-orang Funan bahwa tak sanggup melawan musuh yang menggunakan pedang tersebut. Hal yang paling mengerikan jelas adalah ketika lawannya tewas, darah
Semua cukup heran dengan apa yang terjadi, tak disangka bahwa mereka disapa dengan sangat meriah. Bahkan ada banyak pasukan yang seperti membuat semua yang datang adalah pahlawan, jelas tak pernah didapatkan sebelumnya. "Kenapa kami disambut begini rupa?" tanya Sagara cukup heran dengan apa yang terjadi. "Kami sudah melihat dari kejauhan bahwa kalian berhasil memukul mundur orang-orang Funan. Sebagai bentuk terima kasih, silakan untuk masuk!" ucap Gotama yang kembali memberikan aba-aba agar Sagara dan lainnya mengikuti dirinya. "Apa Tuan Putri Niti Wardani juga ada di dalam?" tanya Parawita yang mengenal perempuan yang dulu pernah menampung dirinya. Bahwa dia pernah menjadi bagian dari Keratuan Champa."Tentu saja, mereka semua sudah menunggu kalian!"Sagara, Liong Yu, Yukio Rin, Marita, Parawita, Si Kaki Tunggal dan Tuan Putri Ayu Lestari akhirnya mengikuti lelaki bernama Gotama. Mereka betul-betul disambut dengan meriah bak sebagai p
"Tentu saja, jika benar adanya Raja Funan yang bertanggung jawab atas semua kejadian ini!" ucap Sagara yang akhirnya bicara. Keduanya sedang mengamati Kerajaan kecil yang sedang menyusun kekuatan besar tersebut. Setelah Sagara tahu bahwa pasukan Han Zhou menuju ke Funan, dimana mereka akan menyusun kekuatan. Namun sepertinya belum sampai ke Pelabuhan Funan, sehingga membuat Sagara dan Tuan Putri Niti Wardani pergi ke Funan. Tujuan mereka adalah menangkap Raja Funan yang bertanggung jawab atas semua kejadian. Tuan Putri Niti Wardani ternyata pernah tinggal di Funan sehingga paham seluk beluk tempat tersebut. Hal yang cukup mengejutkan adalah bahwa Raja Funan adalah adik dari Maharatu Sri Wardani. Yaitu seorang lelaki yang bernama Jaya Warman yang berambisi menyatukan Funan dan Champa. Tuan Putri Niti Wardani tinggal di Funan ketika nenek dan kakeknya masih hidup. Dulu kerajaan Funan adalah semua yang kini menjadi Champa dan Funan. Namun ketika Maharatu S
“Cukup Pangeran Arya Warman, lebih baik kita tanya-tanya saja!” ucap seorang pemuda berpakaian hitam yang berada di belakang yang tak lain adalah Sagara yang bersama Si Kaki Tunggal. “Baiklah, Tuan Sagara!” Lelaki yang ternyata adalah Si Kaki Tunggal yang sekarang diketahui bernama Pangeran Arya Warman. Lelaki itu adalah adik dari Maharatu Sri Wardani dan Jaya Warman. Lelaki yang sebenarnya dianggap tewas dalam sebuah kecelakaan di lautan. “Kau, Pangeran Arya Warman?” ucap Raja Jaya Warman yang tak menyangka jika orang yang di depannya adalah adiknya sendiri. Orang yang paling tidak ingin datang untuk menyerang dirinya."Iya ini Aku, orang yang sudah kau singkirkan!" bentak Si Kaki Tunggal dengan nada kesal kepada kakaknya itu."Tidak mungkin, kau seharusnya sudah mati!" keluh Raja Jaya Warman yang tak menyangka hal itu bisa terjadi. “Kenapa, kau takut Aku menuntut balas akan perbuatan dirimu padaku?” ucap Pangeran Arya Warman dengan t
“Tentu saja mengangkat anggota Bajak Laut Bendera Tengkorak sebagai tamu kehormatan di Funan!” ucap Pangeran Arya Warman dengan santainya. "Selain tentunya bersiap jika orang-orang Kekaisaran Han Zhou sampai ke tempat ini!"“Sepertinya kita harus bersiap-siap, pagi hari mereka sudah sampai.” ucap Sagara menambahkan apa yang harus segera mereka lakukan. “Bersiap untuk melawan, menghentikan Kekaisaran Han Zhou bermarkas di Funan.” ucap Pangeran Arya Warman kepada orang-orang yang sedang berada di gerbang istana tersebut. “Bagaimana caranya, apa mungkin bisa melawan Pasukan Han Zhou kubu Panglima Jiang Yi. Mengingat pasukan Han Zhou jauh lebih banyak daripada kekuatan Funan!” ucapan tersebut keluar dari Tuan Putri Niti Wardani. Dia sudah kembali ke tempat tersebut setelan membereskan urusan keluarga Kerajaan Funan. “Tentu saja, semua yang sudah berjuang harus terus bertempur. Terutama memberitahu semua orang yang diluar tentang situasi di kerajaan
Kening si pemuda sudah berkeringat, dia seperti diinterogasi oleh seorang hakim ketika dituduh maling ayam.Adipati Mandalagiri mengangguk-angguk kepala sambil mengelus jenggot yang tak ada. Terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi pemuda di depannya."Kau harus bersyukur diberi kemampuan itu," ucap Adipati Mandalagiri sambil mangut-mangut.Sagara hanya bisa mengangguk, walau sebenarnya sudah tahu apa yang dibicarakan lelaki di depannya. Datuk Rambut Merah sudah menjelaskan semuanya kepadanya."Baiklah. Ayo dimakan, pasti kamu lapar," ucap Adipati Mandalagiri memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Keduanya kemudian makan malam bersama sambil saling bercerita apa yang sebenarnya terjadi di Negeri
Sosok pertama yang menyerang Sagara terjatuh ketika kepalanya terkena pukul sarung Pedang milik Samurai dari Selatan yang belum diketahui namanya itu. Sosok serba hitam tersebut malah tak sadar diri akibat pukulan yang sangat telak.Melihat hal tersebut, sosok serba hitam yang bicara menjadi gugup. Jika kawannya ketahuan, maka dia akan dicurigai. Sehingga dia mencari cara untuk bisa membawa kawannya meloloskan diri dari Mandalagiri."Teknik Pedang Bulan? Jurus itu sudah puluhan tahun menghilang," ucap Adipati Mandalagiri mengenal jurus yang diperagakan oleh Sagara."Ada hubungan apa dia dengan Bajak Laut yang hilang puluhan tahun lalu dari Tanah Jawa itu?"Sementara itu pertarungan terus terjadi, sosok serba hitam malah kepayahan. Namun dia terpaksa men
BRUKK!Namun sebelum nyawa Adipati Mandalagiri akan melayang akibat serangan lawannya. Ada seseorang yang menolongnya dengan menggebuk sosok serba hitam menggunakan sarung pedang.Melihat siapa yang ada di depannya, sosok serba hitam itu terkejut."Kenapa dia ada disini? Bukankah seharusnya dia...?" tanya sosok tersebut dalam hatinya. Namun tak menyelesaikan ucapannya karena lawannya keburu menerima serangan. Padahal serangan tersebut hanya memakai warangka pedang yang dipegang secara menyilang dengan dua tangan.Pertarungan aneh terjadi ketika sosok serba hitam menyerang lawannya. Hal itu terjadi karena lawannya hanya menggunakan warangka pedang tanpa olah kanuragan.Namun yang lebih aneh lagi,
Betul saja apa yang dilihat oleh Sagara sebelumnya. Ada orang berpakaian serba hitam lengkap dengan topeng kayu yang dicat hitam. Persis seperti orang sebelumnya yang mencegat Sagara dan Putri Dara Murti dalam perjalanan pulang.Namun kini tampak aneh, mereka menyerang sore hari. Serta hanya dua orang saja yang datang ke Kediaman Adipati yang tidak memiliki orang dengan kedigdayaan tinggi itu.Sagara kemudian segera menuju ke pusat Kadipaten Mandalagiri untuk menyimpan kudanya. Beruntung meskipun sudah sore namun ada jasa penitipan kuda yang masih buka, sehingga dapat bergerak dengan mudah.Tujuan Sagara adalah kediaman Adipati Mandalagiri, dia yakin bahwa lelaki tua itu yang diincar. Namun ketika dia sampai di kediaman Adipati Mandalagiri, justru dicegat oleh prajurit kadipaten yang bertugas berja
"Justru karena aku bagian dari mereka, sehingga paham apa yang direncanakan. Terutama tentang tertua Istana, sepertinya dia yang punya rencana menyingkirkanmu, Randu Pandega!"."Bukankah semua ini dari Sepasang Iblis Tongkat Emas?" tanya Sagara lagi yang heran dengan ucapan Ratu Bajak Laut."Betul tentang itu, tetapi dia terlibat dengan pimpinan di Istana Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi, seperti mendukung ucapan Sang Ratu."Apa tujuannya berbuat seperti itu?""Menguasai dunia kedigdayaan, yang pertama adalah Negeri Perak," ucap Randu Pandega lagi."Jika begitu, berarti dia ingin merebut kekuasaan Negeri Perak juga?" tanya Sagara."Bukankah diri
"Sekarang giliran dirimu, Randu Pandega!" seru Datuk Rambut Merah. "Meskipun ini luka luar, tetapi akan kucoba menyembuhkannya," ucap guru Dara Murti."Terima kasih sebelumnya, Datuk!""Tidak usah sungkan, itu sudah kewajibanku untuk menolong orang yang sakit," tambah Datuk Rambut Merah.Pada akhirnya Sagara dan Randu Pandega sudah merasa mendingan. Kini mereka hanya butuh istirahat serta perlu meminum ramuan untuk mempercepat penyembuhan.Ketika sudah selesai, Sagara punya pertanyaan kepada Datuk Rambut Merah."Apa Datuk paham dengan Pedang milik Samurai dari Selatan ini?" tanya Sagara sambil menjelaskan kenapa senjata itu ada di tangannya."Tentu sa
Tuan Putri itu akhirnya mengambil beberapa harta, lalu memasukkan ke dalam kain hitam. Setelah itu membiarkan harta sisa yang jumlahnya masih sangat banyak."Ini kamu ambil saja, untukmu secukupnya. Sedangkan sisanya kau bagikan ke rakyat kecil yang ada di Negeri Perak ini," ucap Tuan Putri Dara Murti. Meskipun punya niat baik dia tak punya niatan untuk mengembalikan harta ke Negeri Perak.Perempuan itu paham jika rakyat Negeri Perak memang sedang kesulitan sehingga membutuhkan uluran tangan. Hal itu terjadi akibat ulah para pejabat mereka yang terkenal tamak. Pajak yang dari masyarakat kadang tidak sampai ke pusat dengan tarif yang cukup mahal."Terima kasih, saya berjanji tidak akan merampok lagi," ucap pimpinan begal tersebut."Itu terserah kau, namu
Setelah itu para begal terkejut dengan kedatangan dua orang pemuda yang kini berada di belakang si gadis. Keduanya tampak tersenyum kepada gadis yang akan ditolongnya tersebut."Kalian? Kenapa bisa ke sini?" ucap gadis berpakaian hijau corak tersebut. "Sagara, dari mana saja?" tanya gadis itu lagi yang jelas adalah orang yang dikenalnya."Simpan saja pertanyaan itu Tuan Putri, nanti kami Jawab," ucap pemuda yang tak lain Sagara yang sedang berada di samping kanan sang gadis yang ternyata adakah Tuan Putri Dara Murti."Lebih baik kita cepat selesaikan pertarungan, lalu kita pergi dari sini!" seru pemuda satunya yang tak lain Randu Pandega, dia berada di samping kiri Tuan Putri.Lalu menatap lawan dengan posisi waspada. Ketiganya saling membelakangi
“Tentu saja, aku berjanji,” ucap Randu Pandega. “Lagi pula kita bisa bekerja mengungkap tabir di Negeri Perak, kan?”Mendengar hal itu, Sagara kemudian menatap Randu Pandega ternyata tersenyum kepadanya. Tak ada salahnya jika dilakukan bersama, apalagi mereka adalah sahabat sedari kecil. Meskipun Sagara selalu menjadi korban ejekan dari Randu Pandega karena menjadi anak yang sangat lemah.“Sepakat?” tanya Sagara.“Sepakat!”Keduanya lalu bersalaman, pertanda mereka sudah baikkan. Keduanya memang saling segan sehingga timbul prasangka yang tidak baik. Kini semua sudah beres ketika keduanya berani jujur.“Aduh, aku melupakan sesuatu?” keluh Sagara yan