Share

THE REBEL PRINCE

Author: Hwali
last update Last Updated: 2023-03-22 00:02:56

Aether si anak presiden, disebut sebagai The Rebel Prince atau Pangeran Bermasalah karena selalu membuat ulah akibat dimanjakan presiden. Tidak ada yang berani mengkritik tindakan presiden yang seluruh pekerjaannya dianggap sempurna. Namun, para pendukung presiden justru mengalihkan kebencian kepada Aether dan memuji Alvin yang merupakan anak haram presiden.

Sementara Aether si anak yatim piatu dan besar di masyarakat pecundang di kota belakang, disebut sebagai Pangeran Mafia. Entah kenapa dia disebut seperti itu, dan sejak kapan.

Kelihatannya memang lebih mahal dan bagus sebutan pangeran bermasalah daripada pangeran mafia. Batin Aether.

Julia memperhatikan Aether yang makan bubur dengan lahap. "Apakah kamu menyukai buburnya?"

"Ya?"

"Kamu tidak suka dengan bubur kan? Katanya makanan bubur itu aneh dan tidak bisa dimakan, kamu lebih suka makan daging mahal." Julia menatap cemas Aether. "Apakah ada masalah dengan pencernaan kamu?"

Sepertinya Aether harus pintar mencari alasan jika ditanyai, mana dia tahu kalau pemilik tubuhnya membenci bubur.

"Ada apa, Aether? Perlu Ibu ganti makanannya?"

Aether menggeleng cepat. "Tidak perlu, semalam aku mabuk dan sepertinya aku lebih suka makanan ringan seperti bubur daripada berat. Aneh jika di pagi hari makan daging."

Alvin, Aida, presiden dan istri sirinya memperhatikan sarapan mereka dengan steak daging sapi. Sarapan mewah dan bergizi bagi mereka berempat.

Aida tertawa canggung. "Ah, kakak Aether. Jika kakak ingin makan steak yang sama dengan kami, bisa kok. Seperti biasanya wagyu yang didatangkan langsung dari Jepang."

Kedua mata Aether berbinar. "Oh, benarkah?"

Aida mengangguk antusias lalu memberikan perintah ke kepala pelayan. "Tolong ambilkan steak untuk kakak aku."

Kepala pelayan yang berdiri di belakang presiden, mengangguk dan bergegas pergi menuju dapur.

Istri siri presiden, Danti. Bicara ke Aether dengan nada bahagia. "Aether, tadi Ayah kamu bertanya soal wanita yang sempat kamu bawa ke dalam kamar, semalam. Kamu belum menjawab pertanyaannya. Apakah dia kekasih kamu? Kenapa tidak menyapa kami terlebih dahulu? Aku senang jika ada teman untuk Aida, mengingat Alvin tidak pernah membawa kekasihnya ke rumah."

Alvin menegur ibunya. "Aku belum tertarik menjalin hubungan dengan wanita mana pun."

Danti tersenyum bangga.

Julia mengerutkan kening tidak suka ketika mendengar pertanyaan memojokkan Danti.

Aether menghabiskan bubur dan menjawab pertanyaan Danti. "Apakah aku harus memperkenalkan ke tante?"

"Oh, iya. Tentu saja, siapa tahu kami bisa menjadi teman," jawab Danti dengan riang.

"Untuk apa?"

"Ya?"

"Untuk apa aku mengenalkan dia ke tante?"

Danti menjawab dengan tatapan bingung ke Aether. "Tentu saja untuk berteman, tapi jika kamu tidak mau- tante juga tidak memaksa."

Aether tertawa mencemooh. "Oh, maksud tante- bicara ke semua orang kalau aku sudah meniduri wanita itu?"

Presiden tidak suka dengan pertanyaan Aether. "Aether, tolong jangan bicara kasar ke Danti."

"Memang kenyataannya seperti itu kan, Ayah? Tante Danti bisa menusuk Ibu dari belakang- berarti juga bisa menusuk aku." Aether mengerutkan kening dengan jijik ketika mangkuk berisi bubur sudah digantikan steak daging mahal oleh kepala pelayan.

Aether menoleh ke Julia yang makan buburnya dengan anggun dan tanpa suara. "Ibu-"

"Ya?"

"Aku tidak suka daging."

Julia menoleh ke Aether. "Hm?"

"Tadi aku kan sudah bilang ke Ibu, kalau aku suka makan bubur. Kenapa malah makananku diganti dengan daging?"

Aida menjadi panik, begitu mendengar pertanyaan kakaknya. "Kakak, kenapa bicara seperti itu? Tadi kan kakak setuju makan daging."

"Kapan?"

"Tadi."

"Oh, aku tidak mengatakan apa pun. Aku hanya bilang 'oh, benarkah?'"

Aida mengingatnya kembali. "Tapi-"

Aether melihat handphone yang sedari tadi dipegang oleh pelayan adik tirinya yang perempuan. "Apakah kamu sedang menyuruh pelayan untuk merekam aku?"

Pelayan Aida segera menyembunyikan handphone ke dalam saku apron.

Wah, Aether. Ternyata kamu bukan pangeran seperti yang dikatakan orang banyak. Batin Aether lalu bicara ke Julia. "Ibu, aku tidak tertarik sarapan lagi. Bisakah aku mendapatkan uang dari Ibu?"

Julia mengerutkan kening. "Bukankah Ayah kamu selalu memberikan uang?"

"Bukankah uang Ibu lebih banyak dari Ayah?"

Julia tersenyum kecil. "Untuk apa kamu gunakan itu, Sayang?"

Presiden marah, acara sarapan yang paling dia sukai menjadi kacau karena ulah anak sulungnya. "Aether, minta maaf ke Danti!"

Aether mengabaikan permintaan sang ayah dan merayu ibunya. "Ibu, aku juga membutuhkan transportasi dan pergi menemui teman."

"Teman?" Julia tidak terlalu suka dengan teman-teman Aether. "Untuk apa kamu bertemu dengan teman itu? Tidak perlu! Jauhi mereka!"

"Tidak bisa begitu, mereka sudah membantu aku dalam banyak hal. Aku harus membalas jasa."

"AETHER!" teriak presiden.

Aether berdiri dan melempar piring berisikan steak ke Alvin. Aida dan ibunya berteriak karena terkejut.

Pelayan di belakang berhasil menangkap piring steak yang panas, tapi tidak dengan daging dan kuahnya yang mengenai pakaian Alvin.

Kepala pelayan bergegas menolong Alvin.

"Kepala pelayan." Panggil Aether yang masih berdiri di tempatnya.

Kepala pelayan mengabaikan panggilan Aether, bantu membersihkan pakaiannya yang kotor dan panas. "Apakah anda baik-baik saja?"

"Ibu."

Julia tetap makan dengan tenang, tidak terpengaruh dengan tindakan Aether. "Ya, putraku?" Tanyanya sambil mengusap bibir dengan napkin.

"Apakah kita punya kepala pelayan yang bodoh?" Tanya Aether.

Julia menatap dingin kepala pelayan yang terdiam begitu mendengar pertanyaan Aether. "Oh."

Kepala pelayan balik badan dan menatap lurus Aether. "Tuan muda, kenapa anda melakukan itu ke tuan Alvin? Tuan Alvin tidak melakukan apa pun dan hanya diam saja."

"Kamu sekarang berani menegur aku?" Tanya Aether dengan santai, sambil menyisir rambutnya ke belakang. "Ah, kalau dipikir kembali- bukankah rumah ini milik klan Kailash?"

"Anda bicara apa, Tuan muda? Tentu saja ini rumah milik keluarga Kailash." Kepala pelayan menjadi khawatir dengan tindakan impulsif Aether.

"Lalu, kenapa kamu ada di sana?" Tanya Aether.

"Ya?"

Aether memiringkan kepalanya dan menunjuk kepala pelayan dengan santai. "Mereka yang duduk di sana, bukan pemilik asli rumah ini. Lalu kenapa kamu melayani mereka sepenuh hati? Mengabaikan Ibuku sedari tadi serta mengucilkan aku."

"Tuan muda- saya-"

Aether tersenyum masam dan memotong kalimat kepala pelayan. "Oh, apakah karena selama ini kami berdua diam dan tidak melakukan tindakan apa pun- membuat kalian semakin bertindak kurang ajar."

"Tuan muda, saya minta maaf jika menyinggung anda. Saya hanya khawa-" kepala pelayan terdiam ketika mendapat serangan berupa gelas kaca ke sampingnya. Gelas jatuh ke lantai dan hancur.

"Tidak perlu khawatir, karena aku tidak akan pernah melihat kamu lagi, Kepala pelayan. Kamu dipecat!"

Kepala pelayan meminta bantuan ke presiden. "Presiden?"

Aether bicara ke ayahnya. "Ayah, apakah Ayah ingin menyelamatkan kepala pelayan?"

Related chapters

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   JEBAKAN

    Presiden menjadi bingung. Ini kali pertamanya Aether bersikap seperti itu, biasanya anak sulung hanya marah dan bersikap impulsif, melakukan hal yang tidak berguna. Tapi sekarang kenapa malah- "Jadi, Ayah lebih suka membela kepala pelayan yang tidak tahu malu?" Tanya Aether sambil melihat jam tangannya. "Ah, sudah jam segini. Aku harus pergi. Ibu." Julia menoleh dan menatap putranya dengan tersenyum. "Ada apa Putraku? Ngomong-ngomong, dari tadi Ibu melihat kamu memakai kaos tangan, apakah ada luka di tanganmu?" Aether menyeringai. "Tidak ada, hanya keisengan." Setelah menjawab pertanyaan Julia, dia mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompetnya. Sebelum keluar kamar, dia sudah meneliti uang, debit card dan juga kredit card yang diberikan sang ayah. Pemilik tubuh sebelumnya pasti terlalu bodoh untuk membedakan debit dan kredit card. Dari perkataan pelayan, pemilik tubuh sebelumnya hanya asal memilih kartu di dompet, dan hanya beberapa kartu kredit saja yang terlihat sering dipakai.

    Last Updated : 2023-03-30
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   MEMECAT PARA PELAYAN

    Tidak lama muncul suara rekaman video terakhir, Aether tertawa. "Oh, ternyata yang tadi direkam." Julia bersandar di kursi dengan angkuh. "Oh- apakah Aether bisa melihat postingan media sosial tentang pangeran bermasalah?" Aether menuruti perintah ibunya. "Okey dokey." Alvin bangkit dan hendak meraih handphone di tangan Aether. Aether melepas tangan ayahnya lalu menendang perut Alvin dengan keras, setelahnya berjalan santai ke Julia. "Sepertinya Ibu yang paling paham soal media sosial. Bolehkah bantu aku?" Julia yang hendak mengambil handphone di tangan Aether, tersenyum ketika putranya tiba-tiba menarik handphone. "Dasar anak nakal!" Aether tersenyum lalu memberikan saran. "Aku sarankan memakai sarung tangan, karena handphone ini menjadi barang bukti sekarang." Presiden berteriak marah. "AETHER!" Julia menghela napas. "Ibu tidak membawa sarung tangan, jika kamu bicara lebih awal- mungkin bisa Ibu persiapkan terlebih dahulu." Aether masih menunjukkan senyumnya. "Tidak perlu kh

    Last Updated : 2023-04-01
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   KOTA BELAKANG

    Aether menuruni tangga dengan santai. Hari ini dia bisa tidur nyenyak dan bangun dengan nyaman setelah mendapat perlakuan khusus dari para pelayan baru. langkah kakinya terhenti di tengah tangga ketika mendengar jeritan histeris Aida. "JANGAN BAWA PELAYANKU PERGI!" Alvin berusaha memegang adiknya, supaya tidak menyusul si pelayan sementara Danti hanya berdiri kebingungan, tidak bisa berbuat sesuatu. Aether berjalan melewati kekacauan itu. Aida menatap marah Aether. "KAKAK PUAS SEKARANG? SUDAH MENYAKITI AKU, SEKARANG MENGUSIR PELAYANKU KELUAR DARI RUMAH! AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN KAKAK!" Aether berjalan santai dan melambaikan tangan, tanpa menoleh ke belakang. Aida menjerit putus asa, sementara Alvin hanya menatap punggung Aether yang menjauh. "Kita mau ke mana?" "Tuan muda!" Aether menoleh lalu melihat seorang pria tua berjalan terburu-buru menghampirinya. "Oh-" "Tuan muda, saya dari tadi memanggil anda." "Ada apa?" "Ini." Aether menaikkan salah satu alis, menerima sebuah a

    Last Updated : 2023-04-01
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   GRUP BALIN

    Wisata alam di kota belakang sangat indah, karena merupakan pulau dan pantainya bisa dinikmati sebagai liburan, hanya saja ada beberapa tempat yang sangat indah membutuhkan uang banyak untuk keamanan, sementara wisata murah hanya bisa dinikmati oleh masyarakat setempat karena banyak warga luar yang malas dengan perlakuan tidak menyenangkan. Kebanyakan yang berlibur adalah orang-orang kaya yang membawa keluarga atau selingkuhannya untuk berlibur. "Kamu tahu dari mana?" "Kami harus cepat mendapatkan informasi demi majikan, kami tidak ingin kehilangan majikan." "Apakah kamu tidak merasa direndahkan karena hal itu?" "Hal itu?" "Majikan dan tuan." "Kenapa Tuan muda bertanya? Bukankah Tuan muda yang su-" pelayan muda itu langsung menutup mulut dengan kedua tangan lalu bersujud di dekat kaki Aether. "Saya minta maaf karena sudah mengatakan hal yang tidak berguna." "Lama-lama, aku tidak suka dengan kelakuan kamu." Aether tidak suka dengan pelayan muda yang selalu merendahkan dirinya u

    Last Updated : 2023-04-01
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   PENAWARAN AETHER

    Dimas mengangkat pistol ke arah Aether dengan tangan kiri sementara tangan kanan diangkat supaya para anggota menahan diri untuk tidak asal tembak, sekarang kelompok mereka sedang disudutkan oleh sekelompok gangster lain, kelompok Balin yang jaya, hampir runtuh karena kehilangan ketua yang dituduh melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Tentu saja, sekarang para kelompok lain berani, karena pemerintah Indonesia juga turun tangan menyerang Balin. Dimas menyipitkan kedua mata dan berusaha mengingat identitas pria yang berdiri di hadapannya. Anggota lain terkejut ketika mengenali Aether. "Bukankah dia anak presiden yang dikenal sebagai pangeran bermasalah?" Dimas juga terkejut. "Kenapa?" Aether tidak lagi tersenyum bodoh atau melakukan kegiatan bodoh lainnya, dia berjalan santai dan mendekati Dimas, tanpa takut meskipun pistol diarahkan ke dirinya. "Ya, saya anak Presiden." Aether belum mau mengungkapkan identitas asli jiwa di dalam tubuhnya, tidak mungkin dia mengatak

    Last Updated : 2023-04-02
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   PENAWARAN AETHER II

    Aether menatap tidak percaya Dimas. "Kamu yakin pemerintah tidak mengembalikan tubuh ketua kalian? Kenapa?" "Kami tidak tahu alasannya." Geleng Dimas sementara anggota lainnya menunjukkan wajah sedih. "Mereka tiba-tiba datang mencuri dokumen dan menuduh kelompok kita telah berupaya memberontak dan bekerja sama dengan negara lain." Aether mengepalkan kedua tangannya dengan marah lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Kalian mau diam saja ketika mendapat perlakuan tidak adil?" "Lawan kami penguasa." "Kami bisa berbuat apa?" "Anda hanya anak orang kaya yang masih menerima uang dari orang tua." "Bagaimana bisa kami mempertaruhkan nyawa untuk anda?" "Jangan ganggu kami." Aether tidak menyalahkan sikap mereka, mengambil kartu nama di balik saku jaket dan menyerahkannya ke Dimas. "Ini." Dimas membaca kartu nama kekanakan dan terlihat mewah, berwarna emas. "Apakah ini bisa dijual? Saya yakin ada unsur emas di kartu nama ini." Aether memasang tampang kecut ketika Dimas melontarkan

    Last Updated : 2023-04-10
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   ADIK TIRI YANG SOK

    Keesokan paginya, Aether terbangun dengan kepala sakit. Pelayan muda yang bersumpah setia kepadanya, menghela napas dengan lega dan tertawa gugup melihat majikannya sudah bangun. "Tuan muda, anda sudah bangun?" Aether menatap dingin pelayan junior tersebut. Sang pelayan menundukkan kepala dan mengakui kesalahannya. "Saya minta maaf, Nyonya memaksa saya untuk membuka mulut. Saya tidak punya pilihan lain." Aether bangun dengan susah payah lalu mengangkat tangan ketika pelayan itu hendak menolongnya, dia bukan orang lumpuh dan tidak suka ada yang membantunya untuk hal kecil. "Tidak masalah, ceritakan saja. Aku tidak peduli." Dia juga tidak ingin merahasiakan semua tindakannya ke Julia untuk sementara waktu. "Ibu memang orang yang peduli pada hal detail, tidak usah merasa bersalah." Pelayan muda itu semakin gugup dengan jawaban Aether, masalahnya dia tidak tahu apakah jawaban majikannya itu untuk menghibur atau justru malah mengujinya. "Tapi, saya benar-benar merasa bersalah." "Kamu h

    Last Updated : 2023-05-07
  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   MEMBANGKITKAN BALIN

    Sebastian selalu menjunjung tinggi nilai moral, dia tidak menyukai dengan namanya pengkhianatan. Apa yang dilakukan suami dari majikannya sudah melanggar norma, dia tidak pernah menghormati selingkuhan dan anak-anaknya sejak awal. "Rumah ini milik keluarga Kailash, beliau adalah tamu dari anggota keluarga Kailash. Sekarang saya ingin tanya kepada anda- apakah anda juga bagian dari anggota keluarga Kailash?"Alvin tersenyum. "Ayahku adalah menantu keluarga Kailash yang berarti aku-""Apakah anda tidak tahu mengenai hubungan darah? Atau saya perlu menjelaskan dengan teliti, bahwa hubungan darah itu diperlukan dalam menjalin hubungan keluarga, dan anda- apakah terhubung dengan darah?"Alvin terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Sebastian."Anda tidak bisa menjawab?" tanya Sebastian."Kamu- benar-benar tidak tahu sopan santun, aku akan bicara ke Ayah mengenai hal ini.""Saya digaji keluarga Kailash, istri sah dan anak sah keluarga inilah yang hanya bisa memerintahkan saya." Sebastian b

    Last Updated : 2023-05-12

Latest chapter

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   KEPUTUSAN JULIA

    Julia hidup dalam kemewahan dan memiliki status tinggi yang sangat diinginkan banyak orang, sayang sekali dia memiliki anak macam Aether yang sama sekali tidak berguna. Kadang kala Alvin iri dengan kehidupan Aether yang memiliki ibu kandung macam Julia, bukan menjadi anak dari hasil perselingkuhan lalu hidup dalam belas kasihan orang lain sehingga dirinya harus mati-matian menaikkan nilai diri sendiri di mata publik. Sementara sang ayah, Baron tahu dengan baik perasaan Alvin, dia sendiri yang melihat bagaimana perjuangan sang anak untuk bisa dilihat masyarakat Indonesia dan tidak dicap sebagai anak haram. Dulu dirinya mengharapkan Aether, namun seiring pertumbuhan anak itu, tidak mungkin bisa berharap lagi. "Alvin, tolong mengalahlah, jika tidak ingin menjilat Julia," kata Baron, nada suaranya mengharapkan permohonan dan simpati kepada Alvin. "Hanya kamu, anak yang aku harapkan." Alvin menatap kecewa Baron. "Mau mengalah sampai kapan?" tanyanya. Baron menghela napas dalam-dalam, m

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   MELAWAN PERUNDUNGAN

    "Aku tidak tertarik pada politik, tapi aku juga bukan tipe orang yang suka bermain pahlawan. Aku hanya ingin melakukan hal yang disukai dan hidup santai," jawab Aether.Dimas masih tidak paham dengan penjelasan Aether. "Maaf, saya tidak begitu paham dengan penjelasan Anda. Mungkin bisa diperjelas?""Intinya, aku hanya ingin hidup nyaman. Aku tidak ingin tinggal di negara yang penuh dengan sampah dan orang tidak berguna, duduk di tempat itu. Jika mereka bisa membunuh atasan kamu yang berharga, mereka pasti bisa membunuh orang-orang yang tidak dianggap berguna bagi mereka," ucap Aether sambil bersandar di sofa kamarnya. Ah, rasanya sangat menyenangkan menikmati kemewahan sekarang. Berbeda dengan kehidupannya yang dulu, harus susah payah bisa duduk di sofa semahal ini, bahkan bisa dibilang hampir kehilangan nyawa.Bagi orang miskin, memiliki sofa empuk dan terlihat mahal, sangat tidak berguna, hanya menghabiskan uang. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana nyamannya tempat duduk itu setelah m

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   MENGAMBIL TEMPAT

    Julia sangat mengenal anaknya dengan baik, Aether memang puas melihat reaksi para pembencinya, bahkan politikus oposisi dan pembenci ayahnya, turut berkomentar.Aether membalik halaman di ipad dan minum teh, duduk berhadapan dengan Baron. "Menurut Ayah, pembelaan yang dilakukan bangsawan Inggris, terlihat berguna atau semakin merendahkan aku?"Baron tidak peduli dengan masalah Aether, selama ini selalu dibiarkan saja. Namun, ketika mengingat putranya melakukan hal luar biasa, dan bisa saja memperburuk namanya, dia tidak bisa tinggal diam. "Kenapa tidak bisa belajar dari Adik kamu? Dia sudah bekerja keras melakukan yang terbaik dan menunjukkan prestasinya."Aether tertawa lalu meletakkan ipad di samping tempat duduknya. "Kenapa aku harus menjadi dia? Aku anak sah, dia hanya anak haram.""AETHER!" bentak Baron."Apa? Aku disalahkan lagi?""Kamu membuat ulah dengan bunuh orang di depan umum!""Aku terpaksa melakukannya," jawab Aether dengan santai. "Jika aku tidak membunuhnya, dia akan m

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   PRO-KONTRA

    Video Aether membunuh penculik hewan dengan cepat menjadi viral di media sosial. Beberapa orang memuji Aether atas tindakannya, sementara yang lain mengutuk karena main hakim sendiri.Politisi dan pendukung presiden dengan cepat ikut-ikutan. Beberapa politisi menggunakan Aether sebagai contoh mengapa mereka keras terhadap kejahatan, sementara yang lain menggunakannya untuk menyerang lawan mereka.Video-video Aether juga memicu perdebatan tentang hak-hak hewan. Beberapa orang berpendapat bahwa Aether adalah pahlawan untuk melindungi hewan, sementara yang lain berpendapat bahwa dia adalah seorang main hakim sendiri yang melanggar hukum.Perdebatan tentang Aether kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu. Namun, satu hal yang pasti, Aether telah menjadi simbol harapan bagi banyak orang yang peduli terhadap kesejahteraan hewan.Dimas yang mengawasi media sosial, membaca komentar satu persatu. Ketika Aether sudah duduk santai di kamarnya, setelah kekacauan itu- Helena menjadi trauma

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   KESEJAHTERAAN HEWAN

    "Danti datang ke rumah saya tanpa izin, dia juga membawa teman-temannya untuk mengejek Aether. Saya punya bukti CCTV yang di mana Danti sengaja memasukan temannya ke ruang tengah. Padahal aturan di rumah adalah tamu datang hanya sebatas di ruang tamu, bukan ruang tengah. Jika begini, siapa yang memulai duluan?" Selena dan Asher yang melihat rekaman itu, langsung menutup handphone dan tidak ingin melihatnya lagi. Julia yang memiliki harga diri tinggi dan tidak pernah menceritakan aibnya- sekarang malah mengatakan kepada semua orang tentang kondisi rumah tangga. Hari ini mereka berdua memiliki janji untuk bertemu dengan Aether dan Julia di restoran cepat saji, sementara anak-anak bermain di taman samping restoran, dijaga ketat oleh pengawal dari keluarga Kailash. Tidak lama Aether dan Julia masuk ke restoran cepat saji. Selena dan Asher yang hendak menyambut sahabat, terkejut begitu melihat pipi Julia yang kemerahan dan tidak disembunyikan oleh make up sama sekali, membuat mereka ber

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   ANCAMAN AETHER

    Baron yang sudah melihat rekaman itu setelah ditunjukkan oleh kedua anaknya, spontan pergi ke kamar Julia dan masuk tanpa mengetuk pintu. "Apa yang sudah kamu katakan di depan publik?"Julia minum teh dengan santai sambil menonton televisi. "Bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu? Kenapa kamu jadi melupakan sopan santun setelah bergaul dengan Danti?""Jangan bawa-bawa nama Danti, dia tidak tahu apa pun!" Julia meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan kasar, lalu menegakkan tubuhnya. "Tidak tahu? Dia tidak tahu apa pun?"Baron berdiri di tempatnya, berusaha menjaga jarak sekaligus mengawasi istrinya jika berusaha melawan. "Danti tidak tahu apa pun, jangan pernah melibatkan dia disetiap pertengkaran kita.""Kamu selalu membela anak-anak dan selingkuhan, tapi kamu tidak bisa membela Aether dan aku. Apakah kami sudah bukan bagian dari keluarga kamu?" tanya Julia."Bukan seperti itu, aku hanya mengharapkan kamu dan Danti-""Apakah kamu tahu kalau kamu nyaris tidak bisa menjadi Presid

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   KEMARAHAN JULIA

    "Kita membahas masa lalu dulu ya- di keluarga Kailash memang ada tradisi salah satu generasi harus masuk ke dunia politik dan menjadi pejabat. Hal ini bukan dikarenakan kita buta akan kekuasaan, melainkan karena perjanjian nenek moyang yang harus dipegang secara teguh."Kami menjadi kaya raya atas izin leluhur di Indonesia, namun sayangnya di generasi saya- tidak ada yang bisa terjun di dunia politik karena memiliki idealis masing-masing, baik itu kerabat jauh maupun kerabat dekat. Saya- yang notabene harus menjadi pewaris, mulai disorot oleh keluarga, tentu saja saya tidak menginginkannya."Buat apa terjun ke dunia politik? Tidak ada gunanya sama sekali, melayani masyarakat yang tidak bisa diatur itu membuang waktu."Aether yang menonton rekaman itu di ipad, tersenyum- Julia secara terang-terangan berani menyindir di depan publik. Biasanya para pejabat publik dan istrinya berusaha menjilat rakyat untuk mendapatkan suara. Yah, memang merupakan hal yang wajar untuk melakukan hal itu, n

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   JULIA MUNCUL DI PUBLIK

    Komentar di twitty tidak terlalu parah, tapi yang lebih parah adalah di media sosial pacebok, Dimas benar-benar panen akun. Tidak perlu repot-repot mencari apakah akun itu palsu atau tidak, karena mudah sekali orang-orang bodoh berkomentar jelek dengan menggunakan akun asli bahkan mendoakannya dengan hal buruk sekalipun.Dimas tertawa di dalam hati, ketika melihat komentar-komentar sok agamis yang menilai keburukan Aether, ketika melihat asal kota mereka dan juga foto-foto, tidak ada yang berasal dari kota belakang. Benar, kota belakang terlalu miskin untuk membeli paket internet. Saat iseng mencari sejarah komentar salah satu pemilik akun, dia semakin tertawa. Orang yang menghina dan menggunakan akun asli, juga menghina kota belakang."Apa yang kamu tertawakan?" tanya pelayan muda."Ada orang yang menghina Tuan muda dan mendoakannya jelek, tapi dia juga menghina orang-orang di kota belakang."Pelayan muda yang terkejut, spontan duduk di samping Dimas. "Mana yang berkomentar jelek?"D

  • KEMBALINYA PANGERAN MAFIA   ANAK EMAS PRESIDEN

    Aether yang dibangunkan dengan mood buruk, membaca satu persatu komentar para netizen yang mengkritiknya dengan berbagai macam makian dan doa yang tidak relevan. "Aku ingin bertanya kepada kalian berdua."Pelayan muda dan Dimas berdiri diam di belakang Aether yang sudah duduk di sofa santai kamarnya. "Jadi, apakah aku sudah merugikan para netizen ini di masa lalu?"Pelayan muda menjawab dengan percaya diri. "Tidak, anda tidak pernah mengganggu mereka, tapi mereka memang suka menghina anda di media sosial. Itu sebabnya anda jarang membuka media sosial, anda juga suka menghina mereka tapi tidak menuliskannya di media sosial, karena takut berpengaruh terhadap citra Presiden.""Begitu ya, ternyata dulu di masa lalu dia anak penurut.""Ya?"Aether menyerahkan IPAD ke Dimas. "Kamu paling ahli tentang ini bukan? SS semua yang menghina aku, bahkan menyumpahi aku. Sekalian saja aku menjadi orang jahat, bukan?"Dimas tidak setuju. "Bagaimana jika mereka balik menuntut anda karena telah membungk

DMCA.com Protection Status