Wisata alam di kota belakang sangat indah, karena merupakan pulau dan pantainya bisa dinikmati sebagai liburan, hanya saja ada beberapa tempat yang sangat indah membutuhkan uang banyak untuk keamanan, sementara wisata murah hanya bisa dinikmati oleh masyarakat setempat karena banyak warga luar yang malas dengan perlakuan tidak menyenangkan. Kebanyakan yang berlibur adalah orang-orang kaya yang membawa keluarga atau selingkuhannya untuk berlibur. "Kamu tahu dari mana?" "Kami harus cepat mendapatkan informasi demi majikan, kami tidak ingin kehilangan majikan." "Apakah kamu tidak merasa direndahkan karena hal itu?" "Hal itu?" "Majikan dan tuan." "Kenapa Tuan muda bertanya? Bukankah Tuan muda yang su-" pelayan muda itu langsung menutup mulut dengan kedua tangan lalu bersujud di dekat kaki Aether. "Saya minta maaf karena sudah mengatakan hal yang tidak berguna." "Lama-lama, aku tidak suka dengan kelakuan kamu." Aether tidak suka dengan pelayan muda yang selalu merendahkan dirinya u
Dimas mengangkat pistol ke arah Aether dengan tangan kiri sementara tangan kanan diangkat supaya para anggota menahan diri untuk tidak asal tembak, sekarang kelompok mereka sedang disudutkan oleh sekelompok gangster lain, kelompok Balin yang jaya, hampir runtuh karena kehilangan ketua yang dituduh melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Tentu saja, sekarang para kelompok lain berani, karena pemerintah Indonesia juga turun tangan menyerang Balin. Dimas menyipitkan kedua mata dan berusaha mengingat identitas pria yang berdiri di hadapannya. Anggota lain terkejut ketika mengenali Aether. "Bukankah dia anak presiden yang dikenal sebagai pangeran bermasalah?" Dimas juga terkejut. "Kenapa?" Aether tidak lagi tersenyum bodoh atau melakukan kegiatan bodoh lainnya, dia berjalan santai dan mendekati Dimas, tanpa takut meskipun pistol diarahkan ke dirinya. "Ya, saya anak Presiden." Aether belum mau mengungkapkan identitas asli jiwa di dalam tubuhnya, tidak mungkin dia mengatak
Aether menatap tidak percaya Dimas. "Kamu yakin pemerintah tidak mengembalikan tubuh ketua kalian? Kenapa?" "Kami tidak tahu alasannya." Geleng Dimas sementara anggota lainnya menunjukkan wajah sedih. "Mereka tiba-tiba datang mencuri dokumen dan menuduh kelompok kita telah berupaya memberontak dan bekerja sama dengan negara lain." Aether mengepalkan kedua tangannya dengan marah lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Kalian mau diam saja ketika mendapat perlakuan tidak adil?" "Lawan kami penguasa." "Kami bisa berbuat apa?" "Anda hanya anak orang kaya yang masih menerima uang dari orang tua." "Bagaimana bisa kami mempertaruhkan nyawa untuk anda?" "Jangan ganggu kami." Aether tidak menyalahkan sikap mereka, mengambil kartu nama di balik saku jaket dan menyerahkannya ke Dimas. "Ini." Dimas membaca kartu nama kekanakan dan terlihat mewah, berwarna emas. "Apakah ini bisa dijual? Saya yakin ada unsur emas di kartu nama ini." Aether memasang tampang kecut ketika Dimas melontarkan
Keesokan paginya, Aether terbangun dengan kepala sakit. Pelayan muda yang bersumpah setia kepadanya, menghela napas dengan lega dan tertawa gugup melihat majikannya sudah bangun. "Tuan muda, anda sudah bangun?" Aether menatap dingin pelayan junior tersebut. Sang pelayan menundukkan kepala dan mengakui kesalahannya. "Saya minta maaf, Nyonya memaksa saya untuk membuka mulut. Saya tidak punya pilihan lain." Aether bangun dengan susah payah lalu mengangkat tangan ketika pelayan itu hendak menolongnya, dia bukan orang lumpuh dan tidak suka ada yang membantunya untuk hal kecil. "Tidak masalah, ceritakan saja. Aku tidak peduli." Dia juga tidak ingin merahasiakan semua tindakannya ke Julia untuk sementara waktu. "Ibu memang orang yang peduli pada hal detail, tidak usah merasa bersalah." Pelayan muda itu semakin gugup dengan jawaban Aether, masalahnya dia tidak tahu apakah jawaban majikannya itu untuk menghibur atau justru malah mengujinya. "Tapi, saya benar-benar merasa bersalah." "Kamu h
Sebastian selalu menjunjung tinggi nilai moral, dia tidak menyukai dengan namanya pengkhianatan. Apa yang dilakukan suami dari majikannya sudah melanggar norma, dia tidak pernah menghormati selingkuhan dan anak-anaknya sejak awal. "Rumah ini milik keluarga Kailash, beliau adalah tamu dari anggota keluarga Kailash. Sekarang saya ingin tanya kepada anda- apakah anda juga bagian dari anggota keluarga Kailash?"Alvin tersenyum. "Ayahku adalah menantu keluarga Kailash yang berarti aku-""Apakah anda tidak tahu mengenai hubungan darah? Atau saya perlu menjelaskan dengan teliti, bahwa hubungan darah itu diperlukan dalam menjalin hubungan keluarga, dan anda- apakah terhubung dengan darah?"Alvin terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Sebastian."Anda tidak bisa menjawab?" tanya Sebastian."Kamu- benar-benar tidak tahu sopan santun, aku akan bicara ke Ayah mengenai hal ini.""Saya digaji keluarga Kailash, istri sah dan anak sah keluarga inilah yang hanya bisa memerintahkan saya." Sebastian b
Hari itu juga, Dimas bertemu dengan kepala pelayan dan diberikan banyak pengarahan sambil tersenyum cerah. Dimas yang tidak tahan lagi, bertanya. "Apakah anda baik-baik saja? Kenapa tersenyum seperti itu? Apakah saya melakukan kesalahan? Saya tidak pantas berada di tempat ini?" Senyum Sebastian lenyap begitu mendengar pertanyaan Dimas, lalu berdehem. "Saya hanya bahagia melihat Tuan Muda akhirnya melakukan sesuatu yang berguna." "Menurut saya tidak terlalu berguna, dia hanya ingin membuang uang dan menunjukkan kekuasaannya di depan orang banyak." Dimas mengangkat kedua bahu dengan santai. "Beliau membuang uang dan menunjukkan kekuasaan karena memang berasal dari keluarga Kalish, tidak ada yang salah. Namun, yang salah jika beliau tidak memiliki pertahanan yang kuat." "Eh?" "Anda berasal dari kota belakang. Ini hanya rahasia umum sesama kepala pelayan di ibukota, para pelayan yang berasal dari kota belakang biasanya cekatan dan pekerja keras, tujuan mereka tidak ingin kembali ke pu
Dimas segera menurunkan piring dan gelas di atas kereta makanan, ke meja di hadapan Aether. Pelayan muda tersenyum penuh kemenangan. "Kalian berdua, bisa jelaskan kepada aku- kenapa negara ini masih berkembang meskipun banyak faktor potensial, yang menjadikan negara ini bisa maju?" tanya Aether. Dimas yang sudah selesai meletakkan piring dan gelas, berdiri tegap di samping pelayan muda. Pelayan muda mengerutkan kening dengan bingung sekaligus gugup. "Apakah kalian tidak bisa memikirkan hal ini?" tanya Aether. Pelayan muda maju dan memberikan alasan. "Tuan muda, kami hanya pelayan. Yang bisa kami lakukan hanya mencari uang untuk bertahan hidup, bagaimana bisa kami tahu jawabannya?" "Sumber daya manusia." Pelayan muda dan Aether spontan menoleh ke arah Dimas yang menunjukkan wajah datar. "Sumber daya manusialah yang membuat negara ini sulit berkembang." Pelayan muda berdiri di hadapan Dimas dan menegurnya. "Hei, kamu jangan sok tahu! Tuan muda tidak membutuhkan jawaban kita, s
Malamnya. Aether makan malam bersama keluarga besar, termasuk Ibunya. Julia. Kali ini Julia duduk di kursi keluarga sementara ayah kandung Aether duduk di sisi kiri, lalu Aether duduk di seberangnya. istri siri dan anak-anak selingkuhan tentu saja duduk di samping sang presiden. Berkat kebaikan hati Aether sebagai anak. Hal ini membuat para pelayan baru, mulai bersimpati terhadap Aether. Sementara pelayan lama yang dibawa kembali oleh kepala pelayan, menatap benci orang asing yang tidak ada hubungannya dengan Kailash. Alvin dan Aida tidak berani berkutik. Aether menyesap minumnya dengan santai. Baron berdehem lalu bertanya ke Aether. "Besok jadwal kamu apa?" "Menjemput tamu di bandara, bisa dibilang mereka memiliki hubungan baik dengan Ibu." Jawab Aether sambil mengangkat daging yang menancap di garpu dengan jijik. Apakah orang kaya selalu makan makanan yang menjijikan seperti ini setiap hari? Julia yang memperhatikan putranya, bertanya dengan khawatir. "Ada apa sayang? Maka
Julia hidup dalam kemewahan dan memiliki status tinggi yang sangat diinginkan banyak orang, sayang sekali dia memiliki anak macam Aether yang sama sekali tidak berguna. Kadang kala Alvin iri dengan kehidupan Aether yang memiliki ibu kandung macam Julia, bukan menjadi anak dari hasil perselingkuhan lalu hidup dalam belas kasihan orang lain sehingga dirinya harus mati-matian menaikkan nilai diri sendiri di mata publik. Sementara sang ayah, Baron tahu dengan baik perasaan Alvin, dia sendiri yang melihat bagaimana perjuangan sang anak untuk bisa dilihat masyarakat Indonesia dan tidak dicap sebagai anak haram. Dulu dirinya mengharapkan Aether, namun seiring pertumbuhan anak itu, tidak mungkin bisa berharap lagi. "Alvin, tolong mengalahlah, jika tidak ingin menjilat Julia," kata Baron, nada suaranya mengharapkan permohonan dan simpati kepada Alvin. "Hanya kamu, anak yang aku harapkan." Alvin menatap kecewa Baron. "Mau mengalah sampai kapan?" tanyanya. Baron menghela napas dalam-dalam, m
"Aku tidak tertarik pada politik, tapi aku juga bukan tipe orang yang suka bermain pahlawan. Aku hanya ingin melakukan hal yang disukai dan hidup santai," jawab Aether.Dimas masih tidak paham dengan penjelasan Aether. "Maaf, saya tidak begitu paham dengan penjelasan Anda. Mungkin bisa diperjelas?""Intinya, aku hanya ingin hidup nyaman. Aku tidak ingin tinggal di negara yang penuh dengan sampah dan orang tidak berguna, duduk di tempat itu. Jika mereka bisa membunuh atasan kamu yang berharga, mereka pasti bisa membunuh orang-orang yang tidak dianggap berguna bagi mereka," ucap Aether sambil bersandar di sofa kamarnya. Ah, rasanya sangat menyenangkan menikmati kemewahan sekarang. Berbeda dengan kehidupannya yang dulu, harus susah payah bisa duduk di sofa semahal ini, bahkan bisa dibilang hampir kehilangan nyawa.Bagi orang miskin, memiliki sofa empuk dan terlihat mahal, sangat tidak berguna, hanya menghabiskan uang. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana nyamannya tempat duduk itu setelah m
Julia sangat mengenal anaknya dengan baik, Aether memang puas melihat reaksi para pembencinya, bahkan politikus oposisi dan pembenci ayahnya, turut berkomentar.Aether membalik halaman di ipad dan minum teh, duduk berhadapan dengan Baron. "Menurut Ayah, pembelaan yang dilakukan bangsawan Inggris, terlihat berguna atau semakin merendahkan aku?"Baron tidak peduli dengan masalah Aether, selama ini selalu dibiarkan saja. Namun, ketika mengingat putranya melakukan hal luar biasa, dan bisa saja memperburuk namanya, dia tidak bisa tinggal diam. "Kenapa tidak bisa belajar dari Adik kamu? Dia sudah bekerja keras melakukan yang terbaik dan menunjukkan prestasinya."Aether tertawa lalu meletakkan ipad di samping tempat duduknya. "Kenapa aku harus menjadi dia? Aku anak sah, dia hanya anak haram.""AETHER!" bentak Baron."Apa? Aku disalahkan lagi?""Kamu membuat ulah dengan bunuh orang di depan umum!""Aku terpaksa melakukannya," jawab Aether dengan santai. "Jika aku tidak membunuhnya, dia akan m
Video Aether membunuh penculik hewan dengan cepat menjadi viral di media sosial. Beberapa orang memuji Aether atas tindakannya, sementara yang lain mengutuk karena main hakim sendiri.Politisi dan pendukung presiden dengan cepat ikut-ikutan. Beberapa politisi menggunakan Aether sebagai contoh mengapa mereka keras terhadap kejahatan, sementara yang lain menggunakannya untuk menyerang lawan mereka.Video-video Aether juga memicu perdebatan tentang hak-hak hewan. Beberapa orang berpendapat bahwa Aether adalah pahlawan untuk melindungi hewan, sementara yang lain berpendapat bahwa dia adalah seorang main hakim sendiri yang melanggar hukum.Perdebatan tentang Aether kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu. Namun, satu hal yang pasti, Aether telah menjadi simbol harapan bagi banyak orang yang peduli terhadap kesejahteraan hewan.Dimas yang mengawasi media sosial, membaca komentar satu persatu. Ketika Aether sudah duduk santai di kamarnya, setelah kekacauan itu- Helena menjadi trauma
"Danti datang ke rumah saya tanpa izin, dia juga membawa teman-temannya untuk mengejek Aether. Saya punya bukti CCTV yang di mana Danti sengaja memasukan temannya ke ruang tengah. Padahal aturan di rumah adalah tamu datang hanya sebatas di ruang tamu, bukan ruang tengah. Jika begini, siapa yang memulai duluan?" Selena dan Asher yang melihat rekaman itu, langsung menutup handphone dan tidak ingin melihatnya lagi. Julia yang memiliki harga diri tinggi dan tidak pernah menceritakan aibnya- sekarang malah mengatakan kepada semua orang tentang kondisi rumah tangga. Hari ini mereka berdua memiliki janji untuk bertemu dengan Aether dan Julia di restoran cepat saji, sementara anak-anak bermain di taman samping restoran, dijaga ketat oleh pengawal dari keluarga Kailash. Tidak lama Aether dan Julia masuk ke restoran cepat saji. Selena dan Asher yang hendak menyambut sahabat, terkejut begitu melihat pipi Julia yang kemerahan dan tidak disembunyikan oleh make up sama sekali, membuat mereka ber
Baron yang sudah melihat rekaman itu setelah ditunjukkan oleh kedua anaknya, spontan pergi ke kamar Julia dan masuk tanpa mengetuk pintu. "Apa yang sudah kamu katakan di depan publik?"Julia minum teh dengan santai sambil menonton televisi. "Bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu? Kenapa kamu jadi melupakan sopan santun setelah bergaul dengan Danti?""Jangan bawa-bawa nama Danti, dia tidak tahu apa pun!" Julia meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan kasar, lalu menegakkan tubuhnya. "Tidak tahu? Dia tidak tahu apa pun?"Baron berdiri di tempatnya, berusaha menjaga jarak sekaligus mengawasi istrinya jika berusaha melawan. "Danti tidak tahu apa pun, jangan pernah melibatkan dia disetiap pertengkaran kita.""Kamu selalu membela anak-anak dan selingkuhan, tapi kamu tidak bisa membela Aether dan aku. Apakah kami sudah bukan bagian dari keluarga kamu?" tanya Julia."Bukan seperti itu, aku hanya mengharapkan kamu dan Danti-""Apakah kamu tahu kalau kamu nyaris tidak bisa menjadi Presid
"Kita membahas masa lalu dulu ya- di keluarga Kailash memang ada tradisi salah satu generasi harus masuk ke dunia politik dan menjadi pejabat. Hal ini bukan dikarenakan kita buta akan kekuasaan, melainkan karena perjanjian nenek moyang yang harus dipegang secara teguh."Kami menjadi kaya raya atas izin leluhur di Indonesia, namun sayangnya di generasi saya- tidak ada yang bisa terjun di dunia politik karena memiliki idealis masing-masing, baik itu kerabat jauh maupun kerabat dekat. Saya- yang notabene harus menjadi pewaris, mulai disorot oleh keluarga, tentu saja saya tidak menginginkannya."Buat apa terjun ke dunia politik? Tidak ada gunanya sama sekali, melayani masyarakat yang tidak bisa diatur itu membuang waktu."Aether yang menonton rekaman itu di ipad, tersenyum- Julia secara terang-terangan berani menyindir di depan publik. Biasanya para pejabat publik dan istrinya berusaha menjilat rakyat untuk mendapatkan suara. Yah, memang merupakan hal yang wajar untuk melakukan hal itu, n
Komentar di twitty tidak terlalu parah, tapi yang lebih parah adalah di media sosial pacebok, Dimas benar-benar panen akun. Tidak perlu repot-repot mencari apakah akun itu palsu atau tidak, karena mudah sekali orang-orang bodoh berkomentar jelek dengan menggunakan akun asli bahkan mendoakannya dengan hal buruk sekalipun.Dimas tertawa di dalam hati, ketika melihat komentar-komentar sok agamis yang menilai keburukan Aether, ketika melihat asal kota mereka dan juga foto-foto, tidak ada yang berasal dari kota belakang. Benar, kota belakang terlalu miskin untuk membeli paket internet. Saat iseng mencari sejarah komentar salah satu pemilik akun, dia semakin tertawa. Orang yang menghina dan menggunakan akun asli, juga menghina kota belakang."Apa yang kamu tertawakan?" tanya pelayan muda."Ada orang yang menghina Tuan muda dan mendoakannya jelek, tapi dia juga menghina orang-orang di kota belakang."Pelayan muda yang terkejut, spontan duduk di samping Dimas. "Mana yang berkomentar jelek?"D
Aether yang dibangunkan dengan mood buruk, membaca satu persatu komentar para netizen yang mengkritiknya dengan berbagai macam makian dan doa yang tidak relevan. "Aku ingin bertanya kepada kalian berdua."Pelayan muda dan Dimas berdiri diam di belakang Aether yang sudah duduk di sofa santai kamarnya. "Jadi, apakah aku sudah merugikan para netizen ini di masa lalu?"Pelayan muda menjawab dengan percaya diri. "Tidak, anda tidak pernah mengganggu mereka, tapi mereka memang suka menghina anda di media sosial. Itu sebabnya anda jarang membuka media sosial, anda juga suka menghina mereka tapi tidak menuliskannya di media sosial, karena takut berpengaruh terhadap citra Presiden.""Begitu ya, ternyata dulu di masa lalu dia anak penurut.""Ya?"Aether menyerahkan IPAD ke Dimas. "Kamu paling ahli tentang ini bukan? SS semua yang menghina aku, bahkan menyumpahi aku. Sekalian saja aku menjadi orang jahat, bukan?"Dimas tidak setuju. "Bagaimana jika mereka balik menuntut anda karena telah membungk