Julia sangat mengenal anaknya dengan baik, Aether memang puas melihat reaksi para pembencinya, bahkan politikus oposisi dan pembenci ayahnya, turut berkomentar.Aether membalik halaman di ipad dan minum teh, duduk berhadapan dengan Baron. "Menurut Ayah, pembelaan yang dilakukan bangsawan Inggris, terlihat berguna atau semakin merendahkan aku?"Baron tidak peduli dengan masalah Aether, selama ini selalu dibiarkan saja. Namun, ketika mengingat putranya melakukan hal luar biasa, dan bisa saja memperburuk namanya, dia tidak bisa tinggal diam. "Kenapa tidak bisa belajar dari Adik kamu? Dia sudah bekerja keras melakukan yang terbaik dan menunjukkan prestasinya."Aether tertawa lalu meletakkan ipad di samping tempat duduknya. "Kenapa aku harus menjadi dia? Aku anak sah, dia hanya anak haram.""AETHER!" bentak Baron."Apa? Aku disalahkan lagi?""Kamu membuat ulah dengan bunuh orang di depan umum!""Aku terpaksa melakukannya," jawab Aether dengan santai. "Jika aku tidak membunuhnya, dia akan m
"Aku tidak tertarik pada politik, tapi aku juga bukan tipe orang yang suka bermain pahlawan. Aku hanya ingin melakukan hal yang disukai dan hidup santai," jawab Aether.Dimas masih tidak paham dengan penjelasan Aether. "Maaf, saya tidak begitu paham dengan penjelasan Anda. Mungkin bisa diperjelas?""Intinya, aku hanya ingin hidup nyaman. Aku tidak ingin tinggal di negara yang penuh dengan sampah dan orang tidak berguna, duduk di tempat itu. Jika mereka bisa membunuh atasan kamu yang berharga, mereka pasti bisa membunuh orang-orang yang tidak dianggap berguna bagi mereka," ucap Aether sambil bersandar di sofa kamarnya. Ah, rasanya sangat menyenangkan menikmati kemewahan sekarang. Berbeda dengan kehidupannya yang dulu, harus susah payah bisa duduk di sofa semahal ini, bahkan bisa dibilang hampir kehilangan nyawa.Bagi orang miskin, memiliki sofa empuk dan terlihat mahal, sangat tidak berguna, hanya menghabiskan uang. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana nyamannya tempat duduk itu setelah m
Julia hidup dalam kemewahan dan memiliki status tinggi yang sangat diinginkan banyak orang, sayang sekali dia memiliki anak macam Aether yang sama sekali tidak berguna. Kadang kala Alvin iri dengan kehidupan Aether yang memiliki ibu kandung macam Julia, bukan menjadi anak dari hasil perselingkuhan lalu hidup dalam belas kasihan orang lain sehingga dirinya harus mati-matian menaikkan nilai diri sendiri di mata publik. Sementara sang ayah, Baron tahu dengan baik perasaan Alvin, dia sendiri yang melihat bagaimana perjuangan sang anak untuk bisa dilihat masyarakat Indonesia dan tidak dicap sebagai anak haram. Dulu dirinya mengharapkan Aether, namun seiring pertumbuhan anak itu, tidak mungkin bisa berharap lagi. "Alvin, tolong mengalahlah, jika tidak ingin menjilat Julia," kata Baron, nada suaranya mengharapkan permohonan dan simpati kepada Alvin. "Hanya kamu, anak yang aku harapkan." Alvin menatap kecewa Baron. "Mau mengalah sampai kapan?" tanyanya. Baron menghela napas dalam-dalam, m
Aether menatap langit Indonesia yang mendung, instingnya mengatakan akan terjadi sesuatu. Dimas yang selalu mengikuti Aether, berjalan mendekat dengan khawatir. "Kenapa anda ada di sini?" "Bagaimana hasilnya?" tanya Aether yang terlalu malas berbasa-basi. Dimas menghela napas panjang. "Gagal. Maafkan saya." "Tidak, tidak perlu. Aku tahu akan menjadi gagal." "Bos." Aether menatap Dimas. "Hm?" Dimas hendak mengatakan sesuatu lalu menggelengkan kepala. "Tidak, tidak apa." Aether mengangguk lalu berjalan menuju mobil. "Pastikan awasi mereka, aku tidak masalah rencana kali ini gagal." "Ya." Aether masuk ke dalam mobil, membaca dokumen yang sudah disediakan Dimas di dalam mobil. Aether sangat dikagumi oleh kalangan masyarakat bawah, yang bisa dibilang kaum pecundang. Menyelamatkan anak-anak yang dibuang orang tuanya untuk menjadi bawahan dan juga masyrakat yang dibuang oleh orang-orang kota karena tidak bisa bertahan hidup di tengah masyarakat. Aether menyediakan tempat tinggal
Tidak semua orang yang bekerja di dunia bawah, mau menerima permintaan Presiden. Pekerjaan menghadapi kartel narkoba Meksiko sudah sangat beresiko, salah sedikit bisa nyawa yang hilang. Presiden menjanjikan uang pun, tidak akan ada yang mau menerimanya. Namun, hanya Aether yang mau menerima permintaan Presiden. Alasannya mudah, Presiden menyetujui penggunaan lahan untuk kasta masyarakat pecundang. Presiden juga menjanjikan perlindungan hukum untuk masyarakat yang dia lindungi jika misi yang diberikan berhasil. Namun, kenyataannya proyek yang Aether kepalai, gagal. Tidak ada yang mau membangun lahan tersebut, ada yang menerima tapi ternyata malah kabur, ada yang mengganggu proyeknya hingga menjadi gagal. Aether kecewa. Maka dari itu, Aether memutuskan bertemu dengan Presiden untuk mencari penyebab dan melanjutkan proyek yang gagal, hanya saja- Aether menatap muak gedung tinggi. Jika dia mau berpikiran buruk, mungkin pemerintah ikut campur menggagalkan proyeknya, lalu kenapa? Bukan
Aether kembali memperhatikan wajahnya di cermin satu badan setelah mandi dan berhasil mengusir wanita dan kepala pelayan tadi, tersisa pelayan muda yang takut padanya. Pelayan muda itu menuruti perintah Aether sambil menjawab pertanyaannya dengan gugup. Wajah dan kehidupan yang berbeda, namun memiliki nama dan tanggal lahir yang sama. Tuhan memang kejam. Aether kembali memperhatikan wajahnya yang sangat tampan di depan cermin dan berkata di dalam hati. Sayang sekali, wajah tampan ini digunakan untuk melakukan hal yang tidak berguna. Jika aku menjadi dia, aku akan melakukan upaya terbaik untuk menaikkan posisi. Aether dibantu memakai pakaian, awalnya sangat canggung karena selama ini memakai pakaian sendiri, namun sepertinya pelayan muda itu tidak perhatikan. Aether kembali mendengar penjelasan pelayan muda tersebut. "Anda adalah anak sah dari Presiden dan istri. Presiden merupakan menantu dari klan Kailash, dan berhasil mendapatkan kedudukan berkat klan, namun karena pemimpin kl
Pintu ruang makan dibuka, semua orang yang duduk di meja sontak menoleh, termasuk kepala pelayan yang berdiri di belakang kursi Presiden. Julia masuk dengan santai dan menyipitkan kedua mata ketika melihat letak duduk istri siri suaminya. "Aku heran, ini rumahku- dan tidak ada tempat duduk untuk aku?" Meja makan panjang dan kursi makan banyak, ada tempat untuk orang lain namun Julia hanya memikirkan posisinya sebagai istri sah. "Kenapa kamu sarapan di sini? Bukankah biasanya kamu di kamar?" Julia menaikkan salah satu alis dan hendak mengatakan sesuatu, Aether masuk ke dalam ruang makan setelah mendapat laporan dari pelayan muda dan tertawa melihat wanita cantik yang dia kenal melalui majalah. Istri sah presiden yang tidak terlalu suka dengan publikasi. "Ibu-" Julia menoleh lalu terpana melihat Aether, tubuhnya membeku sesaat dan bertanya. "Aether?" "Ada apa, bu?" tanya Aether dengan sopan. "Tidak mau sarapan di sini?" Julia menggeleng lalu memperhatikan putranya dari atas sam
Aether si anak presiden, disebut sebagai The Rebel Prince atau Pangeran Bermasalah karena selalu membuat ulah akibat dimanjakan presiden. Tidak ada yang berani mengkritik tindakan presiden yang seluruh pekerjaannya dianggap sempurna. Namun, para pendukung presiden justru mengalihkan kebencian kepada Aether dan memuji Alvin yang merupakan anak haram presiden. Sementara Aether si anak yatim piatu dan besar di masyarakat pecundang di kota belakang, disebut sebagai Pangeran Mafia. Entah kenapa dia disebut seperti itu, dan sejak kapan.Kelihatannya memang lebih mahal dan bagus sebutan pangeran bermasalah daripada pangeran mafia. Batin Aether.Julia memperhatikan Aether yang makan bubur dengan lahap. "Apakah kamu menyukai buburnya?""Ya?""Kamu tidak suka dengan bubur kan? Katanya makanan bubur itu aneh dan tidak bisa dimakan, kamu lebih suka makan daging mahal." Julia menatap cemas Aether. "Apakah ada masalah dengan pencernaan kamu?"Sepertinya Aether harus pintar mencari alasan jika ditan
Julia hidup dalam kemewahan dan memiliki status tinggi yang sangat diinginkan banyak orang, sayang sekali dia memiliki anak macam Aether yang sama sekali tidak berguna. Kadang kala Alvin iri dengan kehidupan Aether yang memiliki ibu kandung macam Julia, bukan menjadi anak dari hasil perselingkuhan lalu hidup dalam belas kasihan orang lain sehingga dirinya harus mati-matian menaikkan nilai diri sendiri di mata publik. Sementara sang ayah, Baron tahu dengan baik perasaan Alvin, dia sendiri yang melihat bagaimana perjuangan sang anak untuk bisa dilihat masyarakat Indonesia dan tidak dicap sebagai anak haram. Dulu dirinya mengharapkan Aether, namun seiring pertumbuhan anak itu, tidak mungkin bisa berharap lagi. "Alvin, tolong mengalahlah, jika tidak ingin menjilat Julia," kata Baron, nada suaranya mengharapkan permohonan dan simpati kepada Alvin. "Hanya kamu, anak yang aku harapkan." Alvin menatap kecewa Baron. "Mau mengalah sampai kapan?" tanyanya. Baron menghela napas dalam-dalam, m
"Aku tidak tertarik pada politik, tapi aku juga bukan tipe orang yang suka bermain pahlawan. Aku hanya ingin melakukan hal yang disukai dan hidup santai," jawab Aether.Dimas masih tidak paham dengan penjelasan Aether. "Maaf, saya tidak begitu paham dengan penjelasan Anda. Mungkin bisa diperjelas?""Intinya, aku hanya ingin hidup nyaman. Aku tidak ingin tinggal di negara yang penuh dengan sampah dan orang tidak berguna, duduk di tempat itu. Jika mereka bisa membunuh atasan kamu yang berharga, mereka pasti bisa membunuh orang-orang yang tidak dianggap berguna bagi mereka," ucap Aether sambil bersandar di sofa kamarnya. Ah, rasanya sangat menyenangkan menikmati kemewahan sekarang. Berbeda dengan kehidupannya yang dulu, harus susah payah bisa duduk di sofa semahal ini, bahkan bisa dibilang hampir kehilangan nyawa.Bagi orang miskin, memiliki sofa empuk dan terlihat mahal, sangat tidak berguna, hanya menghabiskan uang. Tapi mereka tidak tahu, bagaimana nyamannya tempat duduk itu setelah m
Julia sangat mengenal anaknya dengan baik, Aether memang puas melihat reaksi para pembencinya, bahkan politikus oposisi dan pembenci ayahnya, turut berkomentar.Aether membalik halaman di ipad dan minum teh, duduk berhadapan dengan Baron. "Menurut Ayah, pembelaan yang dilakukan bangsawan Inggris, terlihat berguna atau semakin merendahkan aku?"Baron tidak peduli dengan masalah Aether, selama ini selalu dibiarkan saja. Namun, ketika mengingat putranya melakukan hal luar biasa, dan bisa saja memperburuk namanya, dia tidak bisa tinggal diam. "Kenapa tidak bisa belajar dari Adik kamu? Dia sudah bekerja keras melakukan yang terbaik dan menunjukkan prestasinya."Aether tertawa lalu meletakkan ipad di samping tempat duduknya. "Kenapa aku harus menjadi dia? Aku anak sah, dia hanya anak haram.""AETHER!" bentak Baron."Apa? Aku disalahkan lagi?""Kamu membuat ulah dengan bunuh orang di depan umum!""Aku terpaksa melakukannya," jawab Aether dengan santai. "Jika aku tidak membunuhnya, dia akan m
Video Aether membunuh penculik hewan dengan cepat menjadi viral di media sosial. Beberapa orang memuji Aether atas tindakannya, sementara yang lain mengutuk karena main hakim sendiri.Politisi dan pendukung presiden dengan cepat ikut-ikutan. Beberapa politisi menggunakan Aether sebagai contoh mengapa mereka keras terhadap kejahatan, sementara yang lain menggunakannya untuk menyerang lawan mereka.Video-video Aether juga memicu perdebatan tentang hak-hak hewan. Beberapa orang berpendapat bahwa Aether adalah pahlawan untuk melindungi hewan, sementara yang lain berpendapat bahwa dia adalah seorang main hakim sendiri yang melanggar hukum.Perdebatan tentang Aether kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu. Namun, satu hal yang pasti, Aether telah menjadi simbol harapan bagi banyak orang yang peduli terhadap kesejahteraan hewan.Dimas yang mengawasi media sosial, membaca komentar satu persatu. Ketika Aether sudah duduk santai di kamarnya, setelah kekacauan itu- Helena menjadi trauma
"Danti datang ke rumah saya tanpa izin, dia juga membawa teman-temannya untuk mengejek Aether. Saya punya bukti CCTV yang di mana Danti sengaja memasukan temannya ke ruang tengah. Padahal aturan di rumah adalah tamu datang hanya sebatas di ruang tamu, bukan ruang tengah. Jika begini, siapa yang memulai duluan?" Selena dan Asher yang melihat rekaman itu, langsung menutup handphone dan tidak ingin melihatnya lagi. Julia yang memiliki harga diri tinggi dan tidak pernah menceritakan aibnya- sekarang malah mengatakan kepada semua orang tentang kondisi rumah tangga. Hari ini mereka berdua memiliki janji untuk bertemu dengan Aether dan Julia di restoran cepat saji, sementara anak-anak bermain di taman samping restoran, dijaga ketat oleh pengawal dari keluarga Kailash. Tidak lama Aether dan Julia masuk ke restoran cepat saji. Selena dan Asher yang hendak menyambut sahabat, terkejut begitu melihat pipi Julia yang kemerahan dan tidak disembunyikan oleh make up sama sekali, membuat mereka ber
Baron yang sudah melihat rekaman itu setelah ditunjukkan oleh kedua anaknya, spontan pergi ke kamar Julia dan masuk tanpa mengetuk pintu. "Apa yang sudah kamu katakan di depan publik?"Julia minum teh dengan santai sambil menonton televisi. "Bisakah kamu mengetuk pintu terlebih dahulu? Kenapa kamu jadi melupakan sopan santun setelah bergaul dengan Danti?""Jangan bawa-bawa nama Danti, dia tidak tahu apa pun!" Julia meletakkan cangkir teh ke tatakan dengan kasar, lalu menegakkan tubuhnya. "Tidak tahu? Dia tidak tahu apa pun?"Baron berdiri di tempatnya, berusaha menjaga jarak sekaligus mengawasi istrinya jika berusaha melawan. "Danti tidak tahu apa pun, jangan pernah melibatkan dia disetiap pertengkaran kita.""Kamu selalu membela anak-anak dan selingkuhan, tapi kamu tidak bisa membela Aether dan aku. Apakah kami sudah bukan bagian dari keluarga kamu?" tanya Julia."Bukan seperti itu, aku hanya mengharapkan kamu dan Danti-""Apakah kamu tahu kalau kamu nyaris tidak bisa menjadi Presid
"Kita membahas masa lalu dulu ya- di keluarga Kailash memang ada tradisi salah satu generasi harus masuk ke dunia politik dan menjadi pejabat. Hal ini bukan dikarenakan kita buta akan kekuasaan, melainkan karena perjanjian nenek moyang yang harus dipegang secara teguh."Kami menjadi kaya raya atas izin leluhur di Indonesia, namun sayangnya di generasi saya- tidak ada yang bisa terjun di dunia politik karena memiliki idealis masing-masing, baik itu kerabat jauh maupun kerabat dekat. Saya- yang notabene harus menjadi pewaris, mulai disorot oleh keluarga, tentu saja saya tidak menginginkannya."Buat apa terjun ke dunia politik? Tidak ada gunanya sama sekali, melayani masyarakat yang tidak bisa diatur itu membuang waktu."Aether yang menonton rekaman itu di ipad, tersenyum- Julia secara terang-terangan berani menyindir di depan publik. Biasanya para pejabat publik dan istrinya berusaha menjilat rakyat untuk mendapatkan suara. Yah, memang merupakan hal yang wajar untuk melakukan hal itu, n
Komentar di twitty tidak terlalu parah, tapi yang lebih parah adalah di media sosial pacebok, Dimas benar-benar panen akun. Tidak perlu repot-repot mencari apakah akun itu palsu atau tidak, karena mudah sekali orang-orang bodoh berkomentar jelek dengan menggunakan akun asli bahkan mendoakannya dengan hal buruk sekalipun.Dimas tertawa di dalam hati, ketika melihat komentar-komentar sok agamis yang menilai keburukan Aether, ketika melihat asal kota mereka dan juga foto-foto, tidak ada yang berasal dari kota belakang. Benar, kota belakang terlalu miskin untuk membeli paket internet. Saat iseng mencari sejarah komentar salah satu pemilik akun, dia semakin tertawa. Orang yang menghina dan menggunakan akun asli, juga menghina kota belakang."Apa yang kamu tertawakan?" tanya pelayan muda."Ada orang yang menghina Tuan muda dan mendoakannya jelek, tapi dia juga menghina orang-orang di kota belakang."Pelayan muda yang terkejut, spontan duduk di samping Dimas. "Mana yang berkomentar jelek?"D
Aether yang dibangunkan dengan mood buruk, membaca satu persatu komentar para netizen yang mengkritiknya dengan berbagai macam makian dan doa yang tidak relevan. "Aku ingin bertanya kepada kalian berdua."Pelayan muda dan Dimas berdiri diam di belakang Aether yang sudah duduk di sofa santai kamarnya. "Jadi, apakah aku sudah merugikan para netizen ini di masa lalu?"Pelayan muda menjawab dengan percaya diri. "Tidak, anda tidak pernah mengganggu mereka, tapi mereka memang suka menghina anda di media sosial. Itu sebabnya anda jarang membuka media sosial, anda juga suka menghina mereka tapi tidak menuliskannya di media sosial, karena takut berpengaruh terhadap citra Presiden.""Begitu ya, ternyata dulu di masa lalu dia anak penurut.""Ya?"Aether menyerahkan IPAD ke Dimas. "Kamu paling ahli tentang ini bukan? SS semua yang menghina aku, bahkan menyumpahi aku. Sekalian saja aku menjadi orang jahat, bukan?"Dimas tidak setuju. "Bagaimana jika mereka balik menuntut anda karena telah membungk