Share

05 : Dia Sungguh Navia?

Author: Melodearose
last update Last Updated: 2023-06-12 20:36:07

Malik berusaha keras untuk keluar dari kerumunan dan dia tidak menunggu untuk berlari menghampiri perempuan yang terlihat mirip dengan Navia itu.

Logikanya berkata untuk berhenti. Tidak mungkin orang yang sudah meninggal, bisa hidup lagi dan berdiri di depan matanya. Tapi seperti orang bodoh, Malik malah semakin cepat melangkah dan membuat perempuan itu akhirnya lari dengan wajah panik.

Kenapa dia lari? Memang dia mengenal Malik? Seharusnya dia tetap di sana jika dia bukan Navia, jadi … apakah perempuan itu benar-benar Navia?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus terputar di otak Malik selagi kakinya menerjang jarak yang semakin jauh ketika perempuan itu juga berlari tak kalah kencang darinya.

“Tunggu, kamu! Berhenti!” ujar Malik, membuat orang-orang yang menontonnya—kini bingung karena dia tiba-tiba kabur dari kermunan dan itu demi mengejar seorang perempuan?

Awalnya orang-orang itu berpikir Malik hanya mencari alasan untuk lari dari masalah, tapi sejak lelaki itu sudah tidak menaruh perhatiannya pada masalah proyek dan bersikap tak acuh, mereka sadar jika ada hal tidak beres yang terjadi dan membiarkan Malik pergi untuk mengejar perempuan yang mungkin dikenalinya.

“Tolong berhenti sebentar, Mbak!” Malik berkata, berusaha untuk membuat perempuan itu berhenti tapi si perempuan malah berlari lebih kencang. “Saya mau tanya sesuatu! Berhenti dulu!” Malik meninggikan suaranya, dan dia tidak sabar jika si perempuan tidak mau diajak kerja sama.

Malik berlari lebih kencang sampai tangannya berhasil menyentuh pergelangan perempuan itu dan hampir membuatnya berhenti, jika saja perempuan itu tidak tiba-tiba berbalik dan memasuki gang perumahan yang padat.

“Sial!” Malik mengumpat, dia tidak pernah merasa seburuk ini hanya karena gagal mendapatkan sesuatu. Karenanya, Malik kembali berlari mengejar perempuan itu yang juga tak kalah berusaha keras untuk lari darinya. Jika dipikir secara logika, gadis desa biasa akan senang jika ada orang kota berpakaian rapi datang mendekatinya. Tapi perempuan itu lari dengan wajah panik dan ketakutan yang mudah terbaca, seakan-akan melihat Malik adalah mimpi buruknya yang jadi nyata—seakan-akan perempuan itu memanglah Shanavia Arini yang berusaha melarikan diri setelah bertemu kembali dengan Malik.

Malik semakin ingin mendapatkan perempuan itu dengan segera dan menuntaskan rasa penasarannya, tapi tampaknya tidak akan mudah karena perempuan itu terlihat terlalu pintar memilih jalan untuk menghindarinya. Malik tidak punya kesempatan untuk mendekat sedikit saja dan dia sudah dibuat bingung akan jalan mana yang harus diikutinya untuk mendapatkan perempuan itu.

Untung saja Malik adalah seorang laki-laki, dia memiliki tenaga dan stamina yang tentunya lebih unggul sehingga dia bisa mempercepat larinya. “Tunggu!” Sekali lagi, Malik berhasil menggenggam tangan perempuan itu dan kali ini dia membuat perempuan itu berhenti.

“Lepasin saya!” Perempuan itu memekik, suaranya mirip sekali dengan suara Navia—semakin yakin bagi Malik untuk tidak melepasnya.

“Saya mau tanya sesuatu sama kamu!”

“Saya nggak ada urusan sama kamu! Lepasin saya atau saya bakal teriak!”

“Saya nggak berniat jahat! Saya benar-benar cuma mau tanya tentang siapa kamu!”

“Untuk apa kamu tanya begitu!”

“Karena kamu mirip sama Navia!”

Perempuan itu tiba-tiba berhenti memberontak ketika Malik menyebut nama Navia. Mata mereka bertemu dalam ketegangan, tajam nan serius menatap satu sama lain. Reaksi perempuan itu membuat Malik tersadar, jika apa yang diyakininya sejak tadi mungkin adalah apa yang sebenarnya terjadi, bahwa perempuan di depan matanya ini pasti Navia.

“Navia … ini pasti kamu! Kamu nggak benar-benar meninggal malam itu, kamu selamat dan kamu sengaja lari dari aku!” ujar Malik, dan perempuan itu tidak bereaksi seolah sengaja mendengarkan perkataannya, “kenapa kamu lakuin ini sama aku, Navia? Satu tahun … satu tahun aku hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah atas kematian kamu! Tapi ternyata kamu masih hidup dan—”

“Kamu ini ngomong apa, sih!?” Malik tercengang ketika tiba-tiba perempuan itu menepis genggamannya, “pakai cari alasan segala lagi! Kamu pasti punya maksud buruk, kan!?”

“Nggak, Navia! Navia dengerin aku!”

“Tolong …! Tolong ada laki-laki kota cabul yang mau nyulik saya!”

“Navia!”

Duagh!

“Ukh!” Malik spontan memegangi kepala belakangnya ketika sesuatu memukul tengkuknya keras, dia sempoyongan dan menoleh ke belakang—tepat ketika pemuda yang tadi ada di depan kerumunan, sekarang berdiri di belakangnya sembari memegang balok kayu. “Kamu …!” Malik ingin marah, dia ingin membela diri kalau tidak seharusnya dia diperlakukan seperti ini, tapi semua itu kalah cepat dengan kesadarannya yang seakan hilang dalam sekejap.

***

Ketika ia membuka mata, Malik sudah berada di sebuah ruangan yang khas dengan aroma obat-obatannya. Sekilas melihat saja Malik tahu dia berada di mana. Tapi yang membuatnya langsung benar-benar tersadar adalah, sekelebat wajah perempuan yang mirip dengan Navia yang muncul dalam kepalanya.

“Navia!” Malik langsung duduk, tapi sakit luar biasa ia rasakan di bagian tengkuknya dan saat ia menyentuh—dia sadar jika kepalanya terluka dan pasti karena pukulan pemuda desa tadi. Malik menghela napas dan menundukkan kepalanya dalam ratapan. Padahal tadi hampir saja dia bisa mengungkap kebenaran, tapi pemuda gegabah tadi mengacaukan segalanya.

Malik ingat ekspresi perempuan itu ketika dia berbicara tentang Navia, sorot matanya gemetar dan menunjukkan sebuah relevansi akan cerita yang Malik ungkap. Tapi pada akhirnya perempuan itu tetap menyangkal dan Malik sudah menduga kalau hal seperti itu akan terjadi.

Tapi tetap saja, mengingat bagaimana raut dan wajah perempuan itu bereaksi ketika Malik datang padanya dengan cerita seorang Navia, membuat Malik merasa dia tidak bisa melepaskannya begitu saja. Malik harus segera mencari keberadaan perempuan itu dan bicara baik-baik, jika saja dia memang benar Shanavia Arini maka itu akan jadi berita bagus. Malik segera menarik kesimpulan kalau kemungkinan yang dia percaya semakin besar karena sejak satu tahun lalu, jasad Navia tidak pernah ditemukan.

"Sudah bangun?"

Malik segera menoleh ketika seseorang mengajaknya bicara.

Rupanya pemuda yang memukul kepalanya tadi, kini berbicara dengan nada dingin. Sudah begitu wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. Suasana hati Malik jadi makin berantakan.

“Mau ke mana, Pak?” tanya pemuda itu, menatap tajam Malik yang meninggalkan kasur.

“Itu bukan urusan kamu,” jawab Malik dingin, tapi pemuda itu langsung pasang badan untuk menghalanginya keluar.

“Apa Bapak mau nyari Nirmala dan berbuat macam-macam lagi kayak tadi!?”

“Nirmala?” tanya Malik.

“Iya, perempuan yang Bapak pegang erat kayak macan nerkam mangsanya tadi itu Nirmala, dan dia pacar saya!”

Malik syok, dia membatu beberapa saat mendengar apa yang pemuda itu katakan. Pacar, katanya?

Tapi ini bukan saat yang tepat untuk syok hanya karena hal yang belum pasti baginya; Malik akan percaya kalau dia mendengar langsung dari mulut perempuan bernama Nirmala itu.

“Saya harus ketemu sama dia,” ujar Malik, dan tentu saja dia langsung dihalangi.

“Bapak ini kalau nafsu, jangan diketarain banget begitu, dong, Pak! Nggak malu sama jas klimis Bapak!?”

“Saya bakal malu kalau saya pernah membahayakan nyawa orang asing tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi!” balas Malik, menyindir pemuda itu atas perlakuannya tadi. Terlihat si pemuda sedikit gugup, pasti tersindir. “Dan saya bilang ke kamu, saya bukan orang cabul! Saya punya urusan sendiri, kenapa saya harus ketemu sama perempuan yang katamu bernama Nirmala tadi … itu bukan urusan kamu!”

Malik melenggang pergi ke luar ruangan, rupanya dia sedang berada di klinik dan belum keluar dari area desa. Dengan langkah sedikit terhuyung dan kepala yang masih terasa berputar-putar, Malik berjalan untuk mencari tempat di mana Nirmala tinggal—dan sudah pasti dia tidak punya petunjuk sama sekali.

Ponselnya tidak tahu di mana, jas hitamnya juga tidak ada. Pasti dua benda itu tertinggal di klinik tadi, tapi Malik sudah tidak peduli sejak itu bisa diurusnya esok hari. Tapi soal perempuan bernama Nirmala tadi, Malik merasa jika dia akan kehilangannya bahkan jika hanya satu detik terlambat.

Karena itu, dia harus cepat-cepat menemui Nirmala, hari juga sudah menjelang petang tapi tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong sejak dia dilihat sebagai orang kota yang bermaksud jahat oleh warga sekitar.

“Sialan …,” gumam Malik, sesekali memijat kepalanya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini dan merasa sehina ini hanya karena tatapan orang-orang desa, bahkan orang-orang kota bersikap sopan kepadanya! Demi memuaskan rasa penasarannya … demi Shanavia yang sudah membuatnya berada di titik seperti ini, Malik bersumpah akan mendapatkan wanita itu kembali!

Tapi tiba-tiba ....

TIIIN!

Related chapters

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   06 : Sedikit Lagi

    Malik tersentak saat suara klakson motor itu berbunyi nyaring di belakangnya, dia segera menoleh dan melihat seorang lelaki paruh baya berpakaian batik menghampirinya. “Bapak ini orang proyek dekat curuk itu, kan?” tanya lelaki asing itu, langsung pada intinya. Tidak memedulikan Malik yang hampir serangan jantung setelah nyaris dia tabrak dengan motornya. Malik yang sedikit bingung jadinya hanya mengangguk kecil. “Mau ke mana? Saya denger tadi ada keributan gara-gara Bapak berusaha melecehkan salah satu warga sini. Kebetulan ketemu di sini, kita harus bicara, Pak!” Malik menghela napas berat dan memijat kepalanya sekali lagi; ucapan orang asing di depannya ini semakin membuatnya sakit kepala. “Tunggu dulu, Pak, saya pusing,” ujar Malik, “Bapak ini siapa?” Lelaki itu mengulurkan tangan. “Meski kita nggak jabat tangan untuk damai cepat-cepat, tapi perekenalkan, Pak, saya Rusnadi. Saya adalah kepala RT desa ini!” Malik hanya mengangguk sejenak dan berkata, “Saya Malik, dan saya ngga

    Last Updated : 2023-06-13
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   07 : Navia Yang Berbeda

    Malik membuka matanya perlahan, meski rasanya dia ingin tidur lebih lama tapi suara alam di luar sana seperti membentuk konser massal yang terus mengusik alam bawah sadarnya. Orang kota mungkin mendambakan bangun dengan alarm suara cuitan burung yang bernyanyi, tapi bagaimana jika ayam, bebek bahkan kambing ikut melatari? Malik membuka sempurna kedua matanya dan sadar jika dia tidak ada di klinik kesehatan apalagi hotel bintang lima pesanannya. Di mana dia sekarang? Lelaki itu berusaha mengingat-ingat; dan yang tersimpan dalam memorinya adalah perjalanan panjang nan melelahkan hanya untuk bisa berbicara pada perempuan desa yang sangat mirip dengan mendiang istrinya. Sudah begitu, ketika dia tinggal hanya satu langkah menuju tujuannya—dia malah tak sadarkan diri. “Sialan ….” Begitu ujarnya karena masih tersisa rasa kesal dalam hati. Malik melihat ke sekitar, dia berada di kamar sederhana dengan dekorasi bernuansa pedesaan yang sangat kental. Apa dia ada di rumah perempuan itu? Malik b

    Last Updated : 2023-06-14
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   08 : Rasa Masakan Navia

    Setelah mandi, Malik merasa lebih segar. Kendati pakaian milik ayah Nirmala tidak tercium wangi dan terasa sedikit gatal saat menyentuh kulit putihnya, tapi ini lebih baik ketimbang memakai kemeja dengan noda darah selama tiga hari berturut-turut. Berterimakasihlah pada Nirmala yang berbaik hati dan menyempatkan diri untuk mencarikan pakaian terbaik untuk dipasangkan ke tubuh orang kaya ini, tapi perempuan itu tidak kunjung pergi untuk melakukan urusannya. Malik berjalan menghampiri Nirmala yang tampak kesulitan dengan motor tuanya. “Kenapa nggak pergi? Katanya mau ke sawah?” tanya Malik, bersilang tangan sembari bersandar pada kusen pintu. Nirmala melihat tingkah Malik dan itu membuatnya sedikit kesal. “Kalau motornya mau nyala, saya udah jalan dari tadi!” jawab perempuan itu dengan nada ketus. Dia berusaha mengengkol motornya lagi, dan itu menyala. Tapi ketika Nirmala menyusun satu-satu barang bawaannya dimulai dari termos nasi sampai tas jerami berisi rantang makanan dan juga min

    Last Updated : 2023-06-15
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   09 : Ternyata Memang Bukan

    Setelah sarapan selesai, bekas makan tinggal dibuang ke tempat sampah. Malik sedikit terkejut menyadari sisi efisiensi dari cara keluarga Nirmala makan bersama. Bukankah akan lebih praktis kalau bekas makan langsung dibuang dan diolah alam? Malik memperhatikan Nirmala yang langsung membakar daun pisang itu bersama tumpukan sampah lainnya di dekat gubuk mereka. Nirmala yang sadar pun bertanya ketus, “Kenapa?” “Lihat-lihat aja,” jawab Malik. Kemudian perhatian mereka teralihkan saat dari kejauhan terdengar. “MALA …! MALA!” Nirmala dan Malik spontan mengalihkan perhatian mereka pada Hendri yang datang bersama beberapa anak kecil di belakangnya. Mereka membawa beberapa wadah kecil dari bambu, sepertinya hendak mencari sesuatu. “Mau ke mana, Heng?” tanya Nirmala, dia tersenyum dan tak seperti saat melihat Malik. Terang saja begitu, kan? Mereka sepasang kekasih. “Mau nyari belut sama tutut. Ikut, Mal?” Hendri menawari, dan Malik juga pikir Nirmala akan langsung pergi bersama Hendri. T

    Last Updated : 2023-07-01
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   10 : Ajakan Ke Jakarta

    Nirmala langsung menarik tangannya yang sempat digenggam secara tiba-tiba oleh Malik. Apa lagi ini? Setelah ngotot minta ingin bicara dan diizinkan bertemu, sekarang Malik malah mengatakan hal yang makin jauh di luar nalar. “Maksud kamu apa?” tanya Nirmala, nada bicaranya meninggi dan membuat Malik sadar akan apa yang baru saja dikatakannya. Malik menarik tangannya kembali lalu berkata, “Saya … saya mau kamu ikut ke Jakarta untuk—” “Kamu ini bener-bener berani atau nggak tau malu aja? Jangan mentang-mentang kamu ini bos besar jadi kamu bisa seenaknya merintah saya!” “Nirmala, denger, saya punya alasan kuat kenapa kamu harus ikut ke Jakarta sama saya.” “Alasan apa? Untuk membuktikan sama keluarga besar kamu kalau ada perempuan yang mirip banget sama mendiang istri kamu? Atau kamu mau minta saya buat pura-pura jadi istri kamu yang bangkit dari kematian?” Malik menahan napas dan sejenak tak tahu apa yang harus dia katakan; tapi dia merasa dia perlu membawa Nirmala bersamanya. Malik

    Last Updated : 2023-07-02
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   11 : Kontrak Disepakati

    Setelah membuat heboh orang-orang dengan keputusannya, Nirmala memutuskan untuk berangkat ke Jakarta keesokan harinya—bersama Malik.Apa yang dia lakukan tentu membuat orang-orang terkejut; terlebih kedua orang tuanya dan Hendri Tapi Nirmala tidak memiliki pilihan lain sejak Malik mengancamnya dengan nasib orang-orang desa. Daripada orang-orang desa menjadi korban atas keegoisan Malik, lebih baik Nirmala ikuti dulu apa keinginan lelaki itu.Saat ini Nirmala sedang dalam perjalanan, dan dia cukup penasaran kenapa dirinya malah berakhir berada di mobil yang sama dengan Malik. Padahal dia akan bekerja sebagai pembantu.“Pak Malik,” panggil Nirmala setelah beberapa saat bimbang untuk bicara lebih dulu.“Iya?”“Saya cuma bakal kerja sebagai pengasuh anak Bapak, kan?”Malik terdiam lalu menatap ke luar mobil dan berkata, “Ya ... satu tahun sebagai ibu susu udah cukup.”“Ibu susu? Maksudnya saya suruh menyusui juga?” tanya Nirmala dengan kaget.“Kalau bisa,” jawab Malik asal, meski begitu Nir

    Last Updated : 2023-07-09
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   12 : Belum Bisa Melupakan

    BRAK! Malik terkejut saat pintu kamarnya dibuka dengan sangat keras, dan saat melihat siapa yang datang--rasanya seperti dia sudah bisa melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. "Malik!" Leria mendekati sang suami, dengan raut bingung, kesal, kecewa yang berpadu satu—tak mudah dijelaskan dengan kata-kata. "Apa ini, Malik? Kenapa kamu bawa pulang perempuan itu?" "Aku sudah bilang 'kan kalau dia bukan Navia, aku sudah mastiin itu jadi jangan marah-marah seka—" "Gimana bisa aku bersikap tenang seperti yang kamu harap? Kamu ngerti apa yang kamu lakuin, nggak, sih?" "Ngerti," jawab Malik, singkat dan tegas di depan wajah Leria yang tegang, "dan aku ngerti kalau kamu juga bakal bereaksi seperti ini." "Kalau begitu, kenapa tetep kamu lakuin? Kamu nggak mikir perasaan aku?" "Hah ... aku lakuin semua ini untuk Kamal. Kamu lihat sendiri gimana keadaan dia, kan? Dia lahir sehat, nggak ada kekurangan apa pun. Tapi sejak kematian ibunya, Kamal jadi anak yang rewel banget, sering sakit dan a

    Last Updated : 2023-07-10
  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   13 : Anak Navia

    Sesuai yang diperintahkan Malik pada kepala pelayan rumahnya yang bernama Handoko itu, Nirmala dibawa untuk melihat kamarnya, kemudian berjalan-jalan untuk mengenal keseluruhan dari rumah itu. Karena jalan-jalan dan pengenalan singkat itu juga, Nirmala jadi mengetahui kalau para pembantu dan pengasuh memiliki asrama sendiri. Ada bagian rumah yang dikhususkan untuk tempat tinggal para pekerja. Di sana ada beberapa kamar, ada dapur dan ruang santai sendiri. Tampaknya menjadi pembantu di rumah itu bukanlah hal yang buruk dengan fasilitas sebaik ini, terang saja—Malik adalah orang kaya. “Nirmala, ini ruang pribadi tuan Malik.” Nirmala yang semula fokus memperhatikan betapa megahnya langit-langit rumah itu, kini teralihkan dan fokus pada sebuah pintu ganda berukuran besar di hadapannya. Handoko mengatakan itu adalah ruangan pribadi dari Malik, tapi mereka sudah melewati kamar Leria yang sudah pasti menjadi kamarnya Malik. “Ruangan pribadi untuk apa, Pak?” “Untuk apa aja, namanya juga r

    Last Updated : 2023-07-11

Latest chapter

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   25 : Nirmala Minta Maaf

    Sejak pergi dari mal, Malik hanya diam saja. Nirmala merasa tidak nyaman setelah melihat alis tajam Malik sejak mereka keluar dari toko es krim tadi. Karena itu juga, Nirmala tidak bisa menikmati waktu santai yang diberikan Malik untuknya sehingga dia hanya membeli satu sepatu dan meminta untuk pulang.Sejak saat itu, Malik tidak mengatakan apa pun. Tatapannya tajam dan dingin, seperti akan menyapu seluruh eksistensi yang ada di depan mobilnya. Nirmala tidak mau memedulikan itu, tapi keheningan yang mengurungnya ini terasa seperti mencekik. Dia tidak tahan, sampai akhirnya bersuara.“Pak Malik marah sama saya?” tanya Nirmala dengan suara yang jelas.“Memang kamu ngelakuin sesuatu yang buat saya marah?”“Seinget saya, sih, enggak.”“Kalau begitu saya nggak marah.”“Tapi ekspresi bikin saya nggak nyaman; mata Bapak kayak orang lagi nahan kesel. Bapak marah karena es krim rekomendasi Bapak saya sebut kayak rasa rumput?”Malik tidak menjawab; menghela napas singkat dan mengembuskannya den

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   24 : Ungkapan Terima Kasih Dari Malik

    Malik bisa berjalan dengan lebih ringan setelah mendengar perkembangan keadaan Kamal. Anak laki-lakinya itu semakin sehat, hasil imunisasi menunjukkan banyak hal baik dan Malik akui jika Kamal bisa seperti itu karena ada Nirmala di sampingnya."Kayaknya kamu udah berusaha keras buat jagain Kamal, ya?" Malik berbicara, sambil menyetir mobil sementara Nirmala duduk di samping kursi kemudi yang dia tempati.Ucapan Malik menjadi pengetuk kesunyian yang menyelimuti mereka sejak keluar dari rumah sakit, itu sedikit membuat Nirmala terkesiap."Ah ... oh iya? Saya gak ngerasa se-berjuang itu juga kok, Pak," balas Nirmala, menghindari kontak dengan Malik yang meliriknya.Malik mungkin sedikit heran dengan sikap canggung itu, Nirmala tidak peduli. Wanita itu masih teringat akan kesalahan yang dia lakukan semalam, dan itu masih menjaganya setiap kali dia melihat Malik.Nirmala hanya seorang pengasuh, tapi dengan lancang masuk ke ruang pribadi tuannya bahkan ketika semua orang dilarang masuk ke s

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   23 : Kamar Pribadi Malik

    Nirmala masih merasa tidak nyaman mengingat apa yang terjadi kemarin.Tentang lelaki asing bernama Adam yang langsung memeluknya ketika mereka pertama kali bertemu. Jujur saja, itu lebih membuat Nirmala tidak nyaman daripada bagaimana pertemuan pertamanya dengan Malik.Setidaknya, Malik tidak memaksa untuk memeluk Nirmala dan menyentuhnya, rasanya malah seperti; "Rasanya kayak yang suami Navia malah si Adam itu, dan bukan Malik."Nirmala menghela napas, menaruh kepalanya ke kasur Kamal sambil menunggu bayi itu benar-benar terlelap.Sepertinya kali ini Nirmala akan tidur lagi di kamar Kamal, sebab sejak kejadian kemarin, Kamal jadi semakin manja dan tidak mau jauh dari Nirmala.Mungkin karena bayi itu juga terkejut dengan suara di sekitarnya, atau mungkin dia merasakan apa yang Nirmala rasakan?Untuk sejenak, Nirmala merenungkan dan mengingat kembali titik mula yang membuatnya berakhir di tempat ini. Jika bukan karena kontrak yang menekan Nirmala, dia tidak akan datang dan melakukan ap

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   22 : Orang Baru

    Pagi yang cerah, Nirmala membawa Kamal untuk berjalan-jalan santai sekaligus berjemur.Semua orang terlihat senang dengan perkembangan baik Kamal setiap harinya semenjak Nirmala ada. Tak sedikit dari mereka berkata jika Kamal seperti mendapat ibunya kembali, dan Nirmala hanya akan tersenyum kecut."Apa kamu senang karena aku di sini?" tanya Nirmala pada Kamal yang sedang asyik sendiri di dalam kereta bayinya.Seakan mengerti apa yang Nirmala katakan, Kamal tersenyum lebar seakan menyambut Nirmala dalam peluk tangan kecilnya.Nirmala tersenyum hambar, tidak terlihat tenang sedikitpun meski dia merasa senang melihat senyum Kamal yang tampak tulus.Nirmala berlutut di depan kereta bayi, bersandar sambil mengulurkan tangannya untuk masuk dan meladeni Kamal yang ingin bermain."Sepertinya kamu bener-bener menganggap kalau aku ini ibumu, ya? Aku nggak tau kalau bayi pun bisa punya ingatan kuat untuk ingat wajah seseorang, tapi mungkin karena itu ibumu, kamu ingat wajahnya lebih baik dari wa

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   21 : Pergi Berdua Dengan Malik

    Malik dan Nirmala keluar dari sebuah ruangan bersama dengan Kamal yang sudah terlelap. Bayi itu tidur sangat pulas dalam gendongan Nirmala setelah menangis cukup lama pasca penyuntikan vaksin yang dilakukan rutin untuknya.Sementara menunggu proses administrasi selesai, Nirmala duduk dengan wajah kecut dan tatapan dinginnya mengarah pada Malik yang baru saja kembali dari membayar biaya imunisasi dan cek kesehatan Kamal.“Kamu belum makan?” tanya Malik, dengan nada yang pelan, “kamu kelihatan kayak pengen banget nelen saya hidup-hidup.”“Nggak masalah saya udah makan atau belum, Pak. Bapak sengaja bawa saya ketemu dokternya den Kamal yang kenal sama nyonya Navia, ya? Dia kelihatan syok banget tadi, kayak ngelihat hantu.”“Ah, saya nggak ngira dia bakal sekaget itu, sih. Wajar aja dia kaget, dia temennya Navia.”Nirmala menatap Malik dengan sorot tak percaya; bagaimana bisa Malik bersikap sesantai itu tanpa memikirkan dampak dari tindakannya lebih dulu?“Lagipula kenapa harus saya yang

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   20 : Memastikan Lagi

    Nirmala masih bersama Kamal di taman depan rumah Malik saat itu; membawanya berjalan-jalan sore setelah diberi makan oleh Emi. Jujur saja, Nirmala belum akrab dengan pekerjaannya. Dia masih merasa canggung dan masih membutuhkan bantuan tiga pengasuh Kamal sebelumnya untuk bisa meningkatkan keahliannya. “Kalau bukan karena orang desa, aku pasti nggak bakal pernah ke sini dan kerja kayak begini,” ujar Nirmala, membiarkan Kamal duduk di kursi taman sambil dia pegangi agar tidak jatuh. Kamal terlihat sangat ceria, dia mengoceh banyak dengan bahasa bayi dan ingin menyentuh banyak hal. Jujur saja itu sedikit merepotkan, apalagi bayi belum tahu mana benda yang aman untuk dia sentuh dan yang tidak. Tadi hampir saja Leria membiarkan Kamal menyentuh dahan bunga mawar yang berduri. “Den Kamal … seneng banget, ya, Den, main sama saya?” tanya Nirmala di hadapan Kamal, yang hanya tertawa seolah dia mengerti apa yang pengasuhnya tanyakan. “Saking

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   19 : Chintya Bertemu 'Navia'

    Sesuai rencana dan keinginannya, sore itu Chintya mendatangi rumah Malik untuk bicara langsung dengan Leria. Dia ingin mendengar secara lengkap alasan mengapa suami anaknya tiba-tiba menunda pembangunan proyek besar yang mempengaruhi banyak pihak itu.“Nyonya Leria lagi mandi, Bu Chintya. Tolong tunggu dan duduk di sini, ya, Bu, nanti saya buatin teh,” ujar Menik, salah satu pembantu di rumah itu.“Bilangin sama Leria kalau ibunya dateng, biar dia nggak lama-lama mandinya.”“Oh iya, Bu ….”Setelah Menik pergi, Chintya duduk menunggu Leria dengan senyap. Matanya masih menggambarkan rasa kesal jika teringat akan tindakan tiba-tiba menantunya. Rasanya dia ingin mengomel saja, meski tadi dia sempat sudah tenang karena bantuan kekasihnya—tapi saat melihat rumah ini, rasa kesalnya datang lagi.“Kenapa dari dulu rumah ini nggak pernah terasa nyaman, sih, buatku? Padahal ini rumah anakku sama suaminya, tapi setiap masuk sini rasanya aku nggak betah,” cibir Chintya, melirik kemewahan rumah den

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   18 : Chintya Kumalasari

    Seorang wanita membuka pintu dengan kasar. Tatapannya nyalang menggambarkan rasa kesal.“Sialan! Bisa-bisanya proyek itu ditunda!?” ucapnya dengan marah. "Nggak bisa ... nggak bisa dibiarin. Pokoknya proyek itu harus mulai tahun ini juga!"Chintya Kumalasari terlihat panik, kesal dan tegang. Pasalnya proyek pembangunan yang menantunya pimpin itu ditangguhkan mendadak. Dia tidak tahu tentang alasan sebenarnya, tapi anaknya memberi kabar kalau dia gagal mengubah pikiran Malik untuk menunda proyek itu.Setelah marah-marah dan membuat ruang kerjanya berantakan, seorang laki-laki tampan yang lebih muda darinya masuk.“Nyonya ...,” laki-laki itu memanggil dengan nada lembut, membuat Chintya berhenti untuk meliriknya. “Kalau ruang kerja berantakan begini, Nyonya bisa luka karena sesuatu, lho.”“Jangan masuk, Daffan. Aku lagi nggak mau ketemu siapa pun."Bak mendengar sebuah perintah, larangan Chintya diterjangnya tanpa peduli. Daffan melewati barang-barang yang berserakan dan sampai di depan

  • KEMBALINYA ISTRIKU SEBAGAI IBU SUSU   17 : Semua Karena Si Gadis Desa

    Malik menghampiri Leria dengan tatapan kesal.“Kenapa kamu teriak? Kamu lupa kalau di rumah masih ada mama?”“Memang kenapa? Ini rumah kita, hal yang wajar kalau kita bertengkar di rumah kita sendiri. Kalau mama kamu nggak suka, kamu bisa anterin dia pulang sekarang! Aku rasa bakal lebih baik untuknya kalau nggak ngelihat mukaku!”Malik tercengang, tapi dia menahan amarahnya. “Leria, jangan bersikap kurang ajar sama mama aku. Dia ibu mertua kamu.”“Dan ibuku juga ibu mertuamu, tapi kamu malah ngomongin hal yang buruk tentang dia bahkan di depan anaknya sendiri!”Malik menghela napas, mengusap wajahnya seraya berharap Tuhan memberinya lebih banyak kesabaran. "Aku mohon jangan mulai pertikaian baru hari ini, Leria. Aku harus pergi ke kantor sekarang." Malik menggenggam bahu Leria sejenak, berharap perempuan itu akan tenang. Tapi saat dia akan pergi, Leria kembali menahannya. "Kamu mau kabur lagi? Aku belum selesai bicara sama kamu. Jangan jadiin kantor sebagai alesan kamu menghindari

DMCA.com Protection Status