“Jadi sejak aku diusir, Bibi juga pergi?”Bibi Nancy mengangguk.“Lebih tepatnya Bibi ingin mencari Nona Luna, tapi Tuhan tidak mempertemukannya waktu itu. Bibi akhirnya bekerja di keluarga Aaron dan baru beberapa bulan terakhir dipindah ke sini untuk merawat villa ini, tapi justru di sini Tuhan mempertemukan kita Non, skenarioNya luar biasa.”Luna menatap orang tua asuhnya itu dengan berlinangan air mata sebelum akhirnya dia memeluknya kembali dalam waktu yang lama.Bibi Nancy membalas pelukan Luna dan mengusap-usap punggungnya untuk menguatkannya.“Bi, aku ingin kita selalu bersama sekarang, karena aku merasa Bibi satu-satunya keluarga yang aku miliki selain keluarga Vania.”Bibi Nancy melepaskan pelukan Luna dan dia mengerutkan keningnya saat nama ‘Vania’ tidak asing di telinganya.“Vania?”“Iya, Bibi mengenalnya? Dia sepupu Sean.”“Ah iya, Bibi berkali-kali melihatnya ketika Non Vania berkunjung ke rumah keluarga Aaron.”“Selama ini aku tinggal bersama mereka, Bi.”Bibi Nancy mend
Ya, dua hari yang lalu dia membayar seseorang paparazzi untuk bekerja sama dengannya.Tapi sayangnya semalam, paparazzi itu tidak berhasil mengikuti Sean sampai ke villa Red Rose karena Sean sadar dia diikuti oleh mobil lain dan dia membuat ferrarinya seolah melayang agar tidak bisa diikuti.Untungnya Sean bukan hanya handal soal fight, tapi dia juga menguasai balapan mobil dengan sangat baik.“Jadi kamu tidak tahu Sean pergi kemana semalam?” Aura menekan suaranya agar tidak terdengar yang lain, meski dia sudah pergi ke sudut yang jauh dari kerumunan.“Maafkan saya Non Aura, Sean mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. Sepertinya dia tahu saya mengikutinya.”Aura mendengus marah.“Dasar sampah tidak berguna! Jika kamu gagal lagi, lupakan saja bonus yang aku janjikan.”“Itu tidak akan terulang lagi, saya janji.”Aura tidak tahan lagi dan dia langsung menutup teleponnnya, Jane memanggilnya untuk menyelesaikan beberapa scene terakhir di film itu.“Kamu sudah lebih baik Sean?”Sean ter
***Begitu pintu kamar terbuka, kelegaan menghampirinya. Luna meringkuk di tempat tidurnya seperti seekor anak kucing, bernapas dengan pelan dan menikmati tidurnya yang nyenyak.Sean berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya, menatap wajah cantik Luna yang terpahat sempurna dengan begitu dekat, dan dia tidak bisa menahan diri untuk membiarkan pipi putih Luna yang sehalus bayi itu untuk dibiarkan saja, dia mengecup pipi Luna berulang kali seolah-olah dia telah meninggalkan Luna bertahun-tahun.Luna terbangun karena ciuman Sean di pipinya yang kemudian berpindah ke bibirnya sekilas, dia membuka matanya perlahan dan mengubah posisinya menjadi telentang sambil meregangkan tubuhnya.Gerakan itu justru memicu Sean dan dia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas Luna, hingga wajahnya berjarak begitu dekat dengan Luna.“Sean, kamu baru pulang?”Sean mengangguk dan dia menyingkirkan sejumput rambut di wajah Luna, membawanya ke belakang telinga, lalu membelai wajahnya dengan tatapan yang be
“Kenapa tidak?”Sean memiringkan kepalanya dan bersiap mencium bibir Luna lagi, tapi Luna menghindar.“Jangan tinggalkan karirmu hanya demi aku sementara kamu sudah memperjuangankannya bertahun-tahun, aku janji tidak akan seperti itu lagi.”“Promise?”Luna mengangguk dengan serius dan dia mengangkat jari kelingkingnya ke arah Sean. Sean tertawa kecil dan dia ikut menautkan jari kelingkingnya yang ramping pada jari kelingking Luna yang cantik.“Sweet promise,” gumam Sean dengan senyumnya yang menawan.Membuat jantung Luna kembali bereaksi tak biasa hanya dengan senyuman Sean.“Kamu belum mandi kan? Aku siapkan air hangat.” Kilah Luna untuk membuang rasa gugupnya.“Bagaimana kalau mandi bersamamu?” goda Sean dengan senyumnya yang nakal.“Hmm, adegan apa yang kamu lakukan bersama Aura hari ini? sampai kamu terus menyerangku sejak kamu pulang. Kamu ingin melampiaskannya padaku?”Sean mengulas senyuman yang ia buat semanis mungkin, seolah dia membenarkan jawaban Luna.Luna semakin tidak se
“Sean, hentikan argh...”Suara Luna justru berubah erangan yang memabukkan yang semakin memicu Sean, dan dengan gerakan tangannya yang cepat, bra milik Luna sudah terlepas, sementara tangan Sean berpindah pada dada Luna yang sudah mengeras dan mengencang.Lama dia bermain-main di situ hingga membuat Luna sepertinya sudah kehilangan akal sehat, dia sama sekali tidak menolak karena sentuhan Sean begitu memabukkan dirinya.Apalagi saat tangan tangan Sean berpindah ke bagian diantara kedua paha Luna, menyelinap ke bagian celana dalamnya, Luna menegang merasakan jari-jari Sean yang bermain-main disitu.“Sean, jangan....”Mulutnya memang berkata jangan, tapi dia justru melebarkan pahanya seolah dia memberikan akses pada Sean.“Kamu mau menikah denganku?” ulang Sean.Luna meraih pergelangan tangan Sean dan menjauhkan tangan Sean dari area sensitifnya.“Sean, jika kamu bertanya padaku dengan tanganmu yang masih di situ, tentu saja aku tidak akan bisa menjawab.”“Oke, sekarang apa jawabanmu?”
“Sean, Jeremy menggugatmu ke pengadilan, kamu ada masalah apa dengannya?”Suara panik bercampur amarah Daren yang pertama kali mencapa telinganya dan seketika rasa kantuknya kabur, dia mengubah posisinya menjadi duduk dan tidak dapat dipungkiri dia terkejut luar biasa.“Apa?”“Kamu tidak dengar apa yang aku bilang tadi?” Daren kehilangan kesabaran di seberang sana.“Aku baru saja bangun,” aku Sean dengan suara yang terdengar lelah sambil memijat pelipisnya dan melirik ke arah Luna yang masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya.“Kamu ada masalah apa dengan Jeremy?” Daren terpaksa mengulanginya sambil berusaha menekan amarahnya.“Vania tidak cerita ke kamu?”Daren menghela nafas tak berdaya sebelum dia menebak, “Jadi karena Luna lagi?”Sean tak menyalahkan juga tidak membenarkan. Dia bangkit dari kamar tidur dan segera memakai piyama kimononya dan bersandar di sofa saat Daren mulai menceramahinya.“Oh my God! Sean, berapa kali aku bilang gunakan akal sehatmu saat melakukan sesuatu. K
Sean dengan santai merejectnya di depan Luna dan dia menggandeng tangan Luna untuk segera pergi ke kamar mandi.Luna linglung sesaat dan dia segera sadar saat Helena kembali menghubungi Sean.“Sean, your mom!”“Yes, but i don’t care.”Sean terlihat acuh tak acuh dan itu membuat Luna tidak setuju. Dia memakai pakaiannya dan menginterogasi Sean.“Memangnya ada apa?”Sean hanya menatap Luna dan dia tidak mengatakan apa-apa.“Sean, sebenarnya ada apa?”Luna memegangi kedua lengan Sean dan memaksanya meminta penjelasan.Sean mengalihkan pandangannya saat kemarahan kembali menguasai dirinya.“Jeremy menuntutku.”Jantung Luna tiba-tiba seolah melompat ke jurang yang sangat curam.“Apa?”Lapisan kabut langsung muncul di matanya saat dia tiba-tiba teringat bagaimana malam itu villa Red Rose menjadi sangat sunyi dan bau darah memenuhi ruangan saat Sean memintanya menutup mata ketika dia membawanya keluar dari villa itu.Pada pemikiran itu, ketakutan dan bayang-bayang Sean akan masuk ke penjara
“Aku tahu dan aku tidak peduli, Ma.”“Sean!”Jeritan kemarahan Helena semakin melengking di telinga Sean hingga membuat Sean menjauhkan ponselnya dari telinganya.“Ma, sudahlah! Aku tidak ingin berdebat, aku...”Belum selesai Sean berbicara dengan Helena, Luna muncul dari kamar mandi dan menghampiri Sean.“Sean, kamu menyuruhku mandi, tapi kenapa kamu belum mandi juga?”Sean menaruh jarinya di depan mulutnya menginstruksikan Luna agar tidak terlalu dekat dengannya karena takut suara Luna terdengar Helena, meski begitu Helena masih bisa mendengar suara Luna dan itu membuatnya benar-benar mendidih karena marah.“Kamu bahkan bersama si jalang itu sekarang?”“Aku hanya berkunjung ke tempatnya Ma, sudahlah! aku janji aku bisa mengurus masalahku dengan Jeremy. Bye!”Sean buru-buru menutup teleponnya bahkan sebelum Helena menjawab apapun. Dia menghela nafas panjang saat menaruh ponselnya ke meja kopi.“Mama kamu?”“Iya.”Luna mendesah dan dia mengerutkan bibirnya saat mendudukkan dirinya ke