***Begitu pintu kamar terbuka, kelegaan menghampirinya. Luna meringkuk di tempat tidurnya seperti seekor anak kucing, bernapas dengan pelan dan menikmati tidurnya yang nyenyak.Sean berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya, menatap wajah cantik Luna yang terpahat sempurna dengan begitu dekat, dan dia tidak bisa menahan diri untuk membiarkan pipi putih Luna yang sehalus bayi itu untuk dibiarkan saja, dia mengecup pipi Luna berulang kali seolah-olah dia telah meninggalkan Luna bertahun-tahun.Luna terbangun karena ciuman Sean di pipinya yang kemudian berpindah ke bibirnya sekilas, dia membuka matanya perlahan dan mengubah posisinya menjadi telentang sambil meregangkan tubuhnya.Gerakan itu justru memicu Sean dan dia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas Luna, hingga wajahnya berjarak begitu dekat dengan Luna.“Sean, kamu baru pulang?”Sean mengangguk dan dia menyingkirkan sejumput rambut di wajah Luna, membawanya ke belakang telinga, lalu membelai wajahnya dengan tatapan yang be
“Kenapa tidak?”Sean memiringkan kepalanya dan bersiap mencium bibir Luna lagi, tapi Luna menghindar.“Jangan tinggalkan karirmu hanya demi aku sementara kamu sudah memperjuangankannya bertahun-tahun, aku janji tidak akan seperti itu lagi.”“Promise?”Luna mengangguk dengan serius dan dia mengangkat jari kelingkingnya ke arah Sean. Sean tertawa kecil dan dia ikut menautkan jari kelingkingnya yang ramping pada jari kelingking Luna yang cantik.“Sweet promise,” gumam Sean dengan senyumnya yang menawan.Membuat jantung Luna kembali bereaksi tak biasa hanya dengan senyuman Sean.“Kamu belum mandi kan? Aku siapkan air hangat.” Kilah Luna untuk membuang rasa gugupnya.“Bagaimana kalau mandi bersamamu?” goda Sean dengan senyumnya yang nakal.“Hmm, adegan apa yang kamu lakukan bersama Aura hari ini? sampai kamu terus menyerangku sejak kamu pulang. Kamu ingin melampiaskannya padaku?”Sean mengulas senyuman yang ia buat semanis mungkin, seolah dia membenarkan jawaban Luna.Luna semakin tidak se
“Sean, hentikan argh...”Suara Luna justru berubah erangan yang memabukkan yang semakin memicu Sean, dan dengan gerakan tangannya yang cepat, bra milik Luna sudah terlepas, sementara tangan Sean berpindah pada dada Luna yang sudah mengeras dan mengencang.Lama dia bermain-main di situ hingga membuat Luna sepertinya sudah kehilangan akal sehat, dia sama sekali tidak menolak karena sentuhan Sean begitu memabukkan dirinya.Apalagi saat tangan tangan Sean berpindah ke bagian diantara kedua paha Luna, menyelinap ke bagian celana dalamnya, Luna menegang merasakan jari-jari Sean yang bermain-main disitu.“Sean, jangan....”Mulutnya memang berkata jangan, tapi dia justru melebarkan pahanya seolah dia memberikan akses pada Sean.“Kamu mau menikah denganku?” ulang Sean.Luna meraih pergelangan tangan Sean dan menjauhkan tangan Sean dari area sensitifnya.“Sean, jika kamu bertanya padaku dengan tanganmu yang masih di situ, tentu saja aku tidak akan bisa menjawab.”“Oke, sekarang apa jawabanmu?”
“Sean, Jeremy menggugatmu ke pengadilan, kamu ada masalah apa dengannya?”Suara panik bercampur amarah Daren yang pertama kali mencapa telinganya dan seketika rasa kantuknya kabur, dia mengubah posisinya menjadi duduk dan tidak dapat dipungkiri dia terkejut luar biasa.“Apa?”“Kamu tidak dengar apa yang aku bilang tadi?” Daren kehilangan kesabaran di seberang sana.“Aku baru saja bangun,” aku Sean dengan suara yang terdengar lelah sambil memijat pelipisnya dan melirik ke arah Luna yang masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya.“Kamu ada masalah apa dengan Jeremy?” Daren terpaksa mengulanginya sambil berusaha menekan amarahnya.“Vania tidak cerita ke kamu?”Daren menghela nafas tak berdaya sebelum dia menebak, “Jadi karena Luna lagi?”Sean tak menyalahkan juga tidak membenarkan. Dia bangkit dari kamar tidur dan segera memakai piyama kimononya dan bersandar di sofa saat Daren mulai menceramahinya.“Oh my God! Sean, berapa kali aku bilang gunakan akal sehatmu saat melakukan sesuatu. K
Sean dengan santai merejectnya di depan Luna dan dia menggandeng tangan Luna untuk segera pergi ke kamar mandi.Luna linglung sesaat dan dia segera sadar saat Helena kembali menghubungi Sean.“Sean, your mom!”“Yes, but i don’t care.”Sean terlihat acuh tak acuh dan itu membuat Luna tidak setuju. Dia memakai pakaiannya dan menginterogasi Sean.“Memangnya ada apa?”Sean hanya menatap Luna dan dia tidak mengatakan apa-apa.“Sean, sebenarnya ada apa?”Luna memegangi kedua lengan Sean dan memaksanya meminta penjelasan.Sean mengalihkan pandangannya saat kemarahan kembali menguasai dirinya.“Jeremy menuntutku.”Jantung Luna tiba-tiba seolah melompat ke jurang yang sangat curam.“Apa?”Lapisan kabut langsung muncul di matanya saat dia tiba-tiba teringat bagaimana malam itu villa Red Rose menjadi sangat sunyi dan bau darah memenuhi ruangan saat Sean memintanya menutup mata ketika dia membawanya keluar dari villa itu.Pada pemikiran itu, ketakutan dan bayang-bayang Sean akan masuk ke penjara
“Aku tahu dan aku tidak peduli, Ma.”“Sean!”Jeritan kemarahan Helena semakin melengking di telinga Sean hingga membuat Sean menjauhkan ponselnya dari telinganya.“Ma, sudahlah! Aku tidak ingin berdebat, aku...”Belum selesai Sean berbicara dengan Helena, Luna muncul dari kamar mandi dan menghampiri Sean.“Sean, kamu menyuruhku mandi, tapi kenapa kamu belum mandi juga?”Sean menaruh jarinya di depan mulutnya menginstruksikan Luna agar tidak terlalu dekat dengannya karena takut suara Luna terdengar Helena, meski begitu Helena masih bisa mendengar suara Luna dan itu membuatnya benar-benar mendidih karena marah.“Kamu bahkan bersama si jalang itu sekarang?”“Aku hanya berkunjung ke tempatnya Ma, sudahlah! aku janji aku bisa mengurus masalahku dengan Jeremy. Bye!”Sean buru-buru menutup teleponnya bahkan sebelum Helena menjawab apapun. Dia menghela nafas panjang saat menaruh ponselnya ke meja kopi.“Mama kamu?”“Iya.”Luna mendesah dan dia mengerutkan bibirnya saat mendudukkan dirinya ke
Begitu tiba di rumah kontrakannya, Luna langsung diseret masuk oleh Vania.“Ada apa Van?”“Para fans Sean mencarimu.”Baik Sean dan Luna membelalak kaget.“Kamu serius Van?”Sean bertanya dengan marah.Vania menggigit bibirnya dan dia mengangguk dengan serius.Luna shock dan dia membanting tubuhnya di sofa, menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tahu ini akan terjadi, tapi entah kenapa dia merasa sangat takut sekarang.Sean menghampiri Luna dan dia memeluknya.“Aku akan mengatasinya, kamu percaya padaku?”Luna mengangkat kepalanya dan dia menatap Sean begitu lama sebelum dia mengangguk.Sean mengecup puncak kepala Luna dan kemudian pergi.Begitu Sean pergi, Vania ikut duduk di samping Luna dan mengulurkan tangannya untuk menaruh telapak tangan Luna pada gengggamannya.“Luna, you’re not alone, okey!”Luna menoleh ke arah Vania saat kilatan kesedihan muncul di matanya dan dia tidak bisa menahan air matanya di depan sahabatnya.Vania merengkuh tubuh kurus Luna dan men
Luna melesat bagai anak panah begitu menerima pesan itu, bergegas membukakannya.“Sean!”Dia menghambur ke pelukan Sean dan menumpahkan semua kesedihan juga ketakutan di bahu kekasihnya. Dia menangis sesenggukan dan melepas pelukannya saat sadar Xander juga ikut menangis seolah dia bisa merasakan apa yang dirasakan Luna.Sean dengan cekatan mengambil Xander dari gendongan Luna dan dia menciuminya sebelum memeluknya erat dengan Luna di sisinya.Sean lalu memeluk keduanya dan adegan itu membuat Vania yang berdiri di belakangnya tersenyum haru.Dia memberi waktu mereka sedikit lebih lama sebelum dia menghampiri dan berkata, “Tempat ini tidak aman bagi Luna, Sean. Kamu harus membawa mereka pergi karena aku takut setelah ini oknum fans kamu akan menyerbu tempat tinggalku sementara aku tidak punya banyak pengawal di rumah.”“Aku tahu Van, aku sudah mempersiapkan tempat yang aman untuk Luna dan Xander.”Luna mengangkat kepalanya ke arah Sean dan dia menatap kekasihnya itu penuh terimakasih.D