Sean dengan santai merejectnya di depan Luna dan dia menggandeng tangan Luna untuk segera pergi ke kamar mandi.Luna linglung sesaat dan dia segera sadar saat Helena kembali menghubungi Sean.“Sean, your mom!”“Yes, but i don’t care.”Sean terlihat acuh tak acuh dan itu membuat Luna tidak setuju. Dia memakai pakaiannya dan menginterogasi Sean.“Memangnya ada apa?”Sean hanya menatap Luna dan dia tidak mengatakan apa-apa.“Sean, sebenarnya ada apa?”Luna memegangi kedua lengan Sean dan memaksanya meminta penjelasan.Sean mengalihkan pandangannya saat kemarahan kembali menguasai dirinya.“Jeremy menuntutku.”Jantung Luna tiba-tiba seolah melompat ke jurang yang sangat curam.“Apa?”Lapisan kabut langsung muncul di matanya saat dia tiba-tiba teringat bagaimana malam itu villa Red Rose menjadi sangat sunyi dan bau darah memenuhi ruangan saat Sean memintanya menutup mata ketika dia membawanya keluar dari villa itu.Pada pemikiran itu, ketakutan dan bayang-bayang Sean akan masuk ke penjara
“Aku tahu dan aku tidak peduli, Ma.”“Sean!”Jeritan kemarahan Helena semakin melengking di telinga Sean hingga membuat Sean menjauhkan ponselnya dari telinganya.“Ma, sudahlah! Aku tidak ingin berdebat, aku...”Belum selesai Sean berbicara dengan Helena, Luna muncul dari kamar mandi dan menghampiri Sean.“Sean, kamu menyuruhku mandi, tapi kenapa kamu belum mandi juga?”Sean menaruh jarinya di depan mulutnya menginstruksikan Luna agar tidak terlalu dekat dengannya karena takut suara Luna terdengar Helena, meski begitu Helena masih bisa mendengar suara Luna dan itu membuatnya benar-benar mendidih karena marah.“Kamu bahkan bersama si jalang itu sekarang?”“Aku hanya berkunjung ke tempatnya Ma, sudahlah! aku janji aku bisa mengurus masalahku dengan Jeremy. Bye!”Sean buru-buru menutup teleponnya bahkan sebelum Helena menjawab apapun. Dia menghela nafas panjang saat menaruh ponselnya ke meja kopi.“Mama kamu?”“Iya.”Luna mendesah dan dia mengerutkan bibirnya saat mendudukkan dirinya ke
Begitu tiba di rumah kontrakannya, Luna langsung diseret masuk oleh Vania.“Ada apa Van?”“Para fans Sean mencarimu.”Baik Sean dan Luna membelalak kaget.“Kamu serius Van?”Sean bertanya dengan marah.Vania menggigit bibirnya dan dia mengangguk dengan serius.Luna shock dan dia membanting tubuhnya di sofa, menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tahu ini akan terjadi, tapi entah kenapa dia merasa sangat takut sekarang.Sean menghampiri Luna dan dia memeluknya.“Aku akan mengatasinya, kamu percaya padaku?”Luna mengangkat kepalanya dan dia menatap Sean begitu lama sebelum dia mengangguk.Sean mengecup puncak kepala Luna dan kemudian pergi.Begitu Sean pergi, Vania ikut duduk di samping Luna dan mengulurkan tangannya untuk menaruh telapak tangan Luna pada gengggamannya.“Luna, you’re not alone, okey!”Luna menoleh ke arah Vania saat kilatan kesedihan muncul di matanya dan dia tidak bisa menahan air matanya di depan sahabatnya.Vania merengkuh tubuh kurus Luna dan men
Luna melesat bagai anak panah begitu menerima pesan itu, bergegas membukakannya.“Sean!”Dia menghambur ke pelukan Sean dan menumpahkan semua kesedihan juga ketakutan di bahu kekasihnya. Dia menangis sesenggukan dan melepas pelukannya saat sadar Xander juga ikut menangis seolah dia bisa merasakan apa yang dirasakan Luna.Sean dengan cekatan mengambil Xander dari gendongan Luna dan dia menciuminya sebelum memeluknya erat dengan Luna di sisinya.Sean lalu memeluk keduanya dan adegan itu membuat Vania yang berdiri di belakangnya tersenyum haru.Dia memberi waktu mereka sedikit lebih lama sebelum dia menghampiri dan berkata, “Tempat ini tidak aman bagi Luna, Sean. Kamu harus membawa mereka pergi karena aku takut setelah ini oknum fans kamu akan menyerbu tempat tinggalku sementara aku tidak punya banyak pengawal di rumah.”“Aku tahu Van, aku sudah mempersiapkan tempat yang aman untuk Luna dan Xander.”Luna mengangkat kepalanya ke arah Sean dan dia menatap kekasihnya itu penuh terimakasih.D
Luna menundukkan kepalanya dan dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya penuh putus asa.“Jeremy menyakiti mantan asisten kami Luna, sementara kami masih menjalin hubungan baik dengannya, jadi rasanya wajar saja kalau Sean ingin membantunya, ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan,” sela Daren dengan cepat.Saat itu Luna mengangkat kepalanya dan dia menghela nafas lega. Daren telah menyelamatkannya. Dia tersenyum senang.Sementara di layar TV, Sean menambahkan, “Daren benar, ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan. Lagipula jika kalian menjadi aku, jika ada teman atau kenalan baik yang mengalami kesulitan, kalian juga pasti akan membantunya kan? Jadi aku mohon hentikan menghakimi siapapun, terutama buat para Sever. Di sini aku tidak membela siapapun, tapi aku hanya ingin kedamaian dari kalian para Sever karena aku sangat menyayangi kalian, tanpa dukungan dari kalian Sean Aaron tidak akan bisa seperti ini, terimakasih.”Sean menangkupkan kedua tangannya dan menganggukka
“Aku harus pulang sekarang Dar!”Wajah Sean sangat serius sangat dia mengatakan itu. Jumpa pers baru saja selesai dan Sean sudah buru-buru pulang.Daren mengerutkan keningnya dan dia melirik jam mahal di tangan kanannya.“Sean, kamu tidak ingat setelah ini kita akan meeting dengan brand fashion ternama dari Newyork?”Sean mengangguk lesu dan dia menatap Daren setengah memohon.“Aku tahu, tapi... firasatku sangat buruk tentang Luna.” Balasnya dengan suara yang sangat pelan.Tentu saja dia takut terdengar oleh orang-orang sekitarnya, meski ruangan ia berada saat ini tidaklah begitu ramai.Daren mendesah dan dia memaksakan diri untuk mengerti yang dirasakan Sean, meski dia tidak serta merta memberi ijin Sean langsung.“Coba hubungi Luna sekarang, jika dia baik-baik saja, kamu bersedia ikut meeting bersamaku?”Sean mengangguk setuju dan dia buru-buru mengeluarkan ponselnya.Satu, dua, tiga, hingga empat kali dia menghubungi Luna, tapi tetap saja panggilan itu terabaikan dan membuat Sean m
Sean menatap Luna serius dan dia bertanya dengan ekspresi dingin di wajahnya.“Apa yang kamu katakan? Aku bahkan berniat menikahimu.”“Aku tahu Sean, tapi...”“Luna cukup! Kamu tahu aku tidak akan bisa melakukan itu.” Sean mengatupkan giginya saat dia mengatakan itu, dia sedang berusaha menahan amarahnya dengan susah payah.Luna tidak tahu harus berkata apa selain isak tangisnya. Dia ketakutan jika terus berada di sisi Sean, Helena bahkan akan mengajak Jeremy dan Aura bergabung menyakitinya. Bukankah itu sangat mengerikan? Mengingat mereka semua adalah orang yang tidak punya belas kasihan.“Baiklah maafkan aku!”Sean melembutkan suaranya dan dia hendak menyeka air mata Luna, tapi Luna memalingkan wajahnya hingga tangan Sean tergantung di udara.“Aku ingin kita putus Sean.”Luna berkata dengan sangat serius di sela isak tangisnya, meski ia tahu kalimat itu bukan hanya menyakiti dirinya sendiri, tapi juga Sean.Ya, Luna tidak punya pilihan lain karena jujur saja dia lelah dengan semua i
“Luna, apa yang terjadi?” Vania bingung melihat Luna yang menangis hebat seperti itu sampai tubuhnya gemetar, ditambah lagi dia tadi berpapasan dengan Sean yang terlihat muram dan menyedihkan bahkan sampai tidak menyapanya. Luna yang saat ini duduk bersandar dengan wajah yang tertutup kedua tangannya, langsung mendongak dan menyeka air matanya begitu Vania datang, dia menggeleng dan justru menanyakan keberadaan Xander. “Tidak ada apa-apa, dimana Xander?” Vania menyeret kursi dan duduk di samping ranjang Luna dengan ekspresi kesal. “Dan menurutmu aku percaya? Xander bersama babysitternya.” Luna mendesah dan dia berkata dengan lirih, “Aku tidak tahu apa keputusanku ini salah atau benar.” Dia menarik nafas dalam-dalam dan menambahkan, “Aku mengakhiri hubunganku dengan Sean.” Vania membelalak terkejut dan dia sampai tidak bisa berkata apapun. Luna menyeka air matanya sekali lagi saat kembali berkata, “Aku tahu harusnya aku tidak melakukan ini pada Sean, dia sangat mencintaiku dan