“Kenapa tidak?”Sean memiringkan kepalanya dan bersiap mencium bibir Luna lagi, tapi Luna menghindar.“Jangan tinggalkan karirmu hanya demi aku sementara kamu sudah memperjuangankannya bertahun-tahun, aku janji tidak akan seperti itu lagi.”“Promise?”Luna mengangguk dengan serius dan dia mengangkat jari kelingkingnya ke arah Sean. Sean tertawa kecil dan dia ikut menautkan jari kelingkingnya yang ramping pada jari kelingking Luna yang cantik.“Sweet promise,” gumam Sean dengan senyumnya yang menawan.Membuat jantung Luna kembali bereaksi tak biasa hanya dengan senyuman Sean.“Kamu belum mandi kan? Aku siapkan air hangat.” Kilah Luna untuk membuang rasa gugupnya.“Bagaimana kalau mandi bersamamu?” goda Sean dengan senyumnya yang nakal.“Hmm, adegan apa yang kamu lakukan bersama Aura hari ini? sampai kamu terus menyerangku sejak kamu pulang. Kamu ingin melampiaskannya padaku?”Sean mengulas senyuman yang ia buat semanis mungkin, seolah dia membenarkan jawaban Luna.Luna semakin tidak se
“Sean, hentikan argh...”Suara Luna justru berubah erangan yang memabukkan yang semakin memicu Sean, dan dengan gerakan tangannya yang cepat, bra milik Luna sudah terlepas, sementara tangan Sean berpindah pada dada Luna yang sudah mengeras dan mengencang.Lama dia bermain-main di situ hingga membuat Luna sepertinya sudah kehilangan akal sehat, dia sama sekali tidak menolak karena sentuhan Sean begitu memabukkan dirinya.Apalagi saat tangan tangan Sean berpindah ke bagian diantara kedua paha Luna, menyelinap ke bagian celana dalamnya, Luna menegang merasakan jari-jari Sean yang bermain-main disitu.“Sean, jangan....”Mulutnya memang berkata jangan, tapi dia justru melebarkan pahanya seolah dia memberikan akses pada Sean.“Kamu mau menikah denganku?” ulang Sean.Luna meraih pergelangan tangan Sean dan menjauhkan tangan Sean dari area sensitifnya.“Sean, jika kamu bertanya padaku dengan tanganmu yang masih di situ, tentu saja aku tidak akan bisa menjawab.”“Oke, sekarang apa jawabanmu?”
“Sean, Jeremy menggugatmu ke pengadilan, kamu ada masalah apa dengannya?”Suara panik bercampur amarah Daren yang pertama kali mencapa telinganya dan seketika rasa kantuknya kabur, dia mengubah posisinya menjadi duduk dan tidak dapat dipungkiri dia terkejut luar biasa.“Apa?”“Kamu tidak dengar apa yang aku bilang tadi?” Daren kehilangan kesabaran di seberang sana.“Aku baru saja bangun,” aku Sean dengan suara yang terdengar lelah sambil memijat pelipisnya dan melirik ke arah Luna yang masih tertidur dengan nyenyak di sampingnya.“Kamu ada masalah apa dengan Jeremy?” Daren terpaksa mengulanginya sambil berusaha menekan amarahnya.“Vania tidak cerita ke kamu?”Daren menghela nafas tak berdaya sebelum dia menebak, “Jadi karena Luna lagi?”Sean tak menyalahkan juga tidak membenarkan. Dia bangkit dari kamar tidur dan segera memakai piyama kimononya dan bersandar di sofa saat Daren mulai menceramahinya.“Oh my God! Sean, berapa kali aku bilang gunakan akal sehatmu saat melakukan sesuatu. K
Sean dengan santai merejectnya di depan Luna dan dia menggandeng tangan Luna untuk segera pergi ke kamar mandi.Luna linglung sesaat dan dia segera sadar saat Helena kembali menghubungi Sean.“Sean, your mom!”“Yes, but i don’t care.”Sean terlihat acuh tak acuh dan itu membuat Luna tidak setuju. Dia memakai pakaiannya dan menginterogasi Sean.“Memangnya ada apa?”Sean hanya menatap Luna dan dia tidak mengatakan apa-apa.“Sean, sebenarnya ada apa?”Luna memegangi kedua lengan Sean dan memaksanya meminta penjelasan.Sean mengalihkan pandangannya saat kemarahan kembali menguasai dirinya.“Jeremy menuntutku.”Jantung Luna tiba-tiba seolah melompat ke jurang yang sangat curam.“Apa?”Lapisan kabut langsung muncul di matanya saat dia tiba-tiba teringat bagaimana malam itu villa Red Rose menjadi sangat sunyi dan bau darah memenuhi ruangan saat Sean memintanya menutup mata ketika dia membawanya keluar dari villa itu.Pada pemikiran itu, ketakutan dan bayang-bayang Sean akan masuk ke penjara
“Aku tahu dan aku tidak peduli, Ma.”“Sean!”Jeritan kemarahan Helena semakin melengking di telinga Sean hingga membuat Sean menjauhkan ponselnya dari telinganya.“Ma, sudahlah! Aku tidak ingin berdebat, aku...”Belum selesai Sean berbicara dengan Helena, Luna muncul dari kamar mandi dan menghampiri Sean.“Sean, kamu menyuruhku mandi, tapi kenapa kamu belum mandi juga?”Sean menaruh jarinya di depan mulutnya menginstruksikan Luna agar tidak terlalu dekat dengannya karena takut suara Luna terdengar Helena, meski begitu Helena masih bisa mendengar suara Luna dan itu membuatnya benar-benar mendidih karena marah.“Kamu bahkan bersama si jalang itu sekarang?”“Aku hanya berkunjung ke tempatnya Ma, sudahlah! aku janji aku bisa mengurus masalahku dengan Jeremy. Bye!”Sean buru-buru menutup teleponnya bahkan sebelum Helena menjawab apapun. Dia menghela nafas panjang saat menaruh ponselnya ke meja kopi.“Mama kamu?”“Iya.”Luna mendesah dan dia mengerutkan bibirnya saat mendudukkan dirinya ke
Begitu tiba di rumah kontrakannya, Luna langsung diseret masuk oleh Vania.“Ada apa Van?”“Para fans Sean mencarimu.”Baik Sean dan Luna membelalak kaget.“Kamu serius Van?”Sean bertanya dengan marah.Vania menggigit bibirnya dan dia mengangguk dengan serius.Luna shock dan dia membanting tubuhnya di sofa, menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tahu ini akan terjadi, tapi entah kenapa dia merasa sangat takut sekarang.Sean menghampiri Luna dan dia memeluknya.“Aku akan mengatasinya, kamu percaya padaku?”Luna mengangkat kepalanya dan dia menatap Sean begitu lama sebelum dia mengangguk.Sean mengecup puncak kepala Luna dan kemudian pergi.Begitu Sean pergi, Vania ikut duduk di samping Luna dan mengulurkan tangannya untuk menaruh telapak tangan Luna pada gengggamannya.“Luna, you’re not alone, okey!”Luna menoleh ke arah Vania saat kilatan kesedihan muncul di matanya dan dia tidak bisa menahan air matanya di depan sahabatnya.Vania merengkuh tubuh kurus Luna dan men
Luna melesat bagai anak panah begitu menerima pesan itu, bergegas membukakannya.“Sean!”Dia menghambur ke pelukan Sean dan menumpahkan semua kesedihan juga ketakutan di bahu kekasihnya. Dia menangis sesenggukan dan melepas pelukannya saat sadar Xander juga ikut menangis seolah dia bisa merasakan apa yang dirasakan Luna.Sean dengan cekatan mengambil Xander dari gendongan Luna dan dia menciuminya sebelum memeluknya erat dengan Luna di sisinya.Sean lalu memeluk keduanya dan adegan itu membuat Vania yang berdiri di belakangnya tersenyum haru.Dia memberi waktu mereka sedikit lebih lama sebelum dia menghampiri dan berkata, “Tempat ini tidak aman bagi Luna, Sean. Kamu harus membawa mereka pergi karena aku takut setelah ini oknum fans kamu akan menyerbu tempat tinggalku sementara aku tidak punya banyak pengawal di rumah.”“Aku tahu Van, aku sudah mempersiapkan tempat yang aman untuk Luna dan Xander.”Luna mengangkat kepalanya ke arah Sean dan dia menatap kekasihnya itu penuh terimakasih.D
Luna menundukkan kepalanya dan dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya penuh putus asa.“Jeremy menyakiti mantan asisten kami Luna, sementara kami masih menjalin hubungan baik dengannya, jadi rasanya wajar saja kalau Sean ingin membantunya, ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan,” sela Daren dengan cepat.Saat itu Luna mengangkat kepalanya dan dia menghela nafas lega. Daren telah menyelamatkannya. Dia tersenyum senang.Sementara di layar TV, Sean menambahkan, “Daren benar, ini bukan masalah yang harus dibesar-besarkan. Lagipula jika kalian menjadi aku, jika ada teman atau kenalan baik yang mengalami kesulitan, kalian juga pasti akan membantunya kan? Jadi aku mohon hentikan menghakimi siapapun, terutama buat para Sever. Di sini aku tidak membela siapapun, tapi aku hanya ingin kedamaian dari kalian para Sever karena aku sangat menyayangi kalian, tanpa dukungan dari kalian Sean Aaron tidak akan bisa seperti ini, terimakasih.”Sean menangkupkan kedua tangannya dan menganggukka
“Ya, tentu saja kamu harus merasa seperti itu karena kedatangan tamu istimewa.” Goda Sean.Chevra terkekeh dan dia langsung menghampiri Sean untuk menyambutnya. Mereka kemudian pergi ke halaman belakang sambil menikmati kopi sebelum masuk ke obrolan inti. “Hmm, jadi karena Jeremy?” “Ya, kakakmu satu itu selalu saja menggangguku.”Chevra tertawa kecil sebelum berkata, “Jangan lupa kita bertiga satu ayah, jadi dia juga sebenarnya kakakmu.” Sean hanya mengedikkan bahunya malas sambil menyeruput kembali kopinya. “Sayangnya aku melupakan itu dan hanya menganggapmu saja yang saudaraku.”Chevra hanya mendengus sebelum kembali menanggapi perkataan Sean.“Lalu bantuan apa yang kamu butuhkan dariku?” “Tentu saja informasi tentang Louis.” Chevra mengerutkan keningnya dengan keras begitu mendengar nama mendiang sahabatnya disebut.“Louis? Ada perlu apa kamu bertanya tentang dia?” “Jeremy memegang semua kartu as Luna hingga membuat Luna terpaksa kembali padanya, dan menurutku
“Jeremy, aku harus memandikan dan menidurkan Xander terlebih dulu.”Luna langsung pergi begitu saja tanpa ingin menjawab pertanyaan Jeremy karena jelas ia tidak mungkin menerimanya kembali, Jeremy sudah pernah menghancurkan semua kehidupannya bahkan di usianya yang baru genap 21 tahun saat itu, dan sekarang dia meminta menikahinya? “Apa dia sudah gila?” keluh Luna dalam hati saat memandikan Xander.Dia sampai tidak fokus hingga lupa membersihkan rambut Xander, alhasil dia harus kembali memandikan Xander.“Mommy minta maaf.” Lirih Luna sambil mendudukkan Xander ke tempat tidur sambil membasuh tubuhnya yang putih bersih dan berisi, dia seperti pangeran kecil yang menggemaskan.Xander hanya tersenyum cerah sambil menampilkan deretan giginya yang baru saja tumbuh, dia seolah ingin menghibur Luna dengan senyuman itu. “Xander, apa kamu menyukai Daddy?”“Dddddy.” Lagi-lagi Xander tersenyum cerah sambil bertepuk membenturkan mainan di tangan kanan dan kirinya. Luna yang saat ini sedang mem
***“Jadi kapan kita akan ke Barcelona?” Ungkit Luna lagi saat mereka sarapan bersama. “Besok, apa kau senang sekarang?” Luna tersenyum begitu manis dan mengangguk. Meski di dalam hatinya dia sangat muak bersikap manis lagi seperti dulu, tapi demi bertemu Louis, dia rela melakukan apapun.“Aku akan menuruti apapun yang kau minta.” “Benarkah?” “Hmm, katakan saja! Apa ada hal lain? Mumpung aku sedang baik hati padamu karena semalam.” “Aku ingin tinggal bersama Xander selamanya.” Luna tersenyum penuh kemenangan saat mengatakan itu. Apa lagi yang dia inginkan kecuali itu?Jeremy menaikkan salah satu alisnya dan dia mencondongkan tubuhnya pada Luna sambil berbisik, “Asal kau terus disisiku, kau bisa kapanpun menemuinya.”Hati Luna langsung menyusut, dia menatap Jeremy dengan kesal sebelum kembali sibuk dengan sarapannya.“Aku akan menyuruh pelayan membawa Xander ke apartemenmu.” Luna hanya mengangguk acuh sambil mengelap tisu di bibirnya.“Dan kau harus menyusuinya.”
***Sinar matahari menembus dinding kaca bertirai transparan yang membuat Sean akhirnya menggeliat bangun. Tangannya meraba-raba ponselnya dan menemukannya di atas nakas. “Sudah jam 8, Luna sudah bangun belum ya?” Gumamnya.Dia bangkit dengan malas sambil mengucek matanya saat ponselnya kemudian berdering. Nama Daren tertera di layar dan Sean langsung menggeser ikon hijau untuk menerimanya. “Ya Dar, ada apa? Bukankah ini hari liburku?” Protes Sean.“Aku tahu, tapi aku ingin memberitahu kabar bahagia untukmu.” “Kabar bahagia apa?” “Video viralmu dengan Luna sudah ditakedown, juga semua komentar negatif tentang kalian sudah dihapus bersih tak tersisa, jadi kita tidak perlu merekayasa apapun. Ini menyenangkan bukan?” Daren tampak begitu bersemangat.Berbeda dengan Sean yang justru merasa linglung setelah mendengarnya.“Bagaimana itu bisa terjadi? Apa Luna meminta Jeremy untuk....”Dia tersentak saat mengingat Luna dan bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Luna.“Se
Luna sedang mengamati foto Sean yang tampan sempurna di ponselnya ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya.Dia kemudian menyimpan ponsel pemberian Sean itu ke tasnya dan membukakan pintu.Sosok Jeremy yang tinggi menjulang itu berdiri elegan di depannya dengan setelan biru muda yang membuat wajahnya terlihat bersih dan sangat tampan mempesona.Luna sampai gugup menghadapinya. “Jeremy, kau datang dengan cepat.” Jeremy hanya bergumam dan dia langsung masuk begitu saja. Luna tidak punya pilihan mengikutinya setelah menutup pintu kamar. “Bukankah tadi lokasi yang kau berikan itu berada di sebuah villa? Kenapa sekarang kau berada di hotel?” “Aku ingin menunggumu di sini.” Luna tidak tahu jawabannya itu akan berdampak apa nanti, tapi hanya itu yang dia punya di sela kegugupannya saat ini.Jeremy tersenyum tipis sambil memandangi view dinding kaca yang menghadap kolam dan juga pemandangan malam kota Bogor yang sangat indah. Dia kemudian berbalik untuk menatap Luna dan berkat
Malam ini Luna benar-benar tidak bisa tidur nyenyak. Dia terus memikirkan perkataan Sean yang memaksanya untuk menjadi artis Aaron Management.Bukannya dia tidak bisa, tidak. Bukan soal itu. Luna jelas tidak asing dengan dunia entertainment karena bagaimanapun mamanya, Lucia Hart adalah dulunya seorang model dan juga artis terkenal pada masanya, hanya saja mamanya menutup rapat kehidupan pribadinya hingga publik sampai saat ini tidak ada yang tahu bahwa Luna adalah putrinya. Lagipula Lucia Hart tidak menggunakan nama aslinya, tapi dia memakai nama Kaluna Rose yang merupakan nama panjang Luna, Kaluna Rosivera Hart.Dulu, Lucia sering mengajarkan Luna berakting hingga cara berjalan ala model profesional, dia sangat ingin Luna menjadi seperti dirinya nanti ketika Luna sudah berusia 17tahun. Tapi, sebelum Luna menginjak usia itu, Lucia meninggal dan Rebecca hadir di tengah keluarganya untuk mengacaukan semuanya. Luna dilarang mengikuti casting juga sekolah akting, meski dia tidak
“Kenapa dia justru marah padaku?” Keluh Sean sambil memandangi layar ponselnya. Dia mendesah tanpa daya dan mendongakkan kepalanya ke langit-langit ruangan Daren, memejamkan matanya untuk mencoba berpikir keras. Saat itu, ponselnya kembali berbunyi. Dia dengan malas mengeceknya dan ternyata nama ‘My Luna’ tertera di layar ponsel. Sean mengubah posisi duduknya dan menerima panggilan itu. “Ya Luna.” “Sean, kamu dimana? Aku minta maaf ya...” “Aku kembali ke Jakarta, kamu tidak masalah kan di villaku dulu? Aku akan segera pulang nanti malam.” “Kamu masih marah?” “Tidak, aku di kantor Aaron sekarang, tapi aku akan segera pulang jika urusanku selesai. Tunggu ya!” “Baiklah!” Sean mematikan sambungan teleponnya setelah itu. Dia melenguh sambil kembali merosot ke sofa dan mendongakkan kepalanya. Dan pada posisi itu, dia tiba-tiba menemukan sebuah ide.Jadi, dia bangkit dengan penuh semangat dan pergi mencari Daren.“Dar, aku sudah menemukan solusinya.” “Solusi apa
Sean pergi setelah itu dengan pintu terbanting keras. Pundak Luna sampai terangkat karena kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Sean semarah itu, jadi dia khawatir. Luna kemudian segera berpakaian dan menyusul Sean ke kamarnya. “Sean, buka pintunya!” Tak peduli seberapa keras Luna mengetuk pintu, Sean sudah terlanjur marah. “Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk sendiri.” Luna pergi setelah mengatakan itu dan menemui Bibi Nancy di bawah. “Bi.” Sapa Luna yang kemudian ikut bergabung ke dapur dan membantu Bibi Nancy menyiapkan makan malam.“Iya Non, kenapa kusut begitu?” “Sean marah padaku. Hmm, biasanya dia suka menu apa Bi?” “Sup ikan salmon.” Luna berubah antusias, pasalnya dia pernah diajari oleh mamanya.“Aku akan membuatkannya Bi.” “Mau Bibi bantu?” Luna menggeleng dan dia dengan cekatan memasak sup ikan salmon untuk Sean. Tak lama, sup salmon buatan Luna matang dan dia membawanya ke kamar Sean.“Sean...” Tok tok tok.“Sean, aku sudah siapkan
“Maafkan aku Luna!” Sean yang sudah membawa Luna ke kamar dan membuang bikininya akhirnya berhenti begitu melihat Luna menangis. Dia menyambar selimut untuk ia gunakan menyelimuti tubuh Luna. “Maaf membuatmu takut.” Sean mengecup kening Luna dan mengulurkan tangannya untuk menyeka air matanya. “Maafkan aku ya Sayang.” Dia sampai tidak berhenti meminta maaf sambil menarik Luna ke dalam pelukannya. “Harusnya aku yang minta maaf padamu. Aku menghianatimu Sean.”Sean tak berkomentar apapun karena memang dia juga sangat patah hati saat tahu hal itu dari orang suruhannya. “Apa kau berjanji tidak akan mengulanginya lagi?” Luna mengangguk dengan antusias. “Aku janji.” “Meski Jeremy akan mengancam membawa Xander darimu?” “Dia sudah membawa Xander sekarang dan aku tahu kalau dia tidak ada niat untuk mengembalikannya padaku.” Sean mengangguk setuju. “Jeremy itu sangat licik, kamu harus ingat itu.” “Aku tahu Sean, tapi sekali lagi aku sangat lemah jika soal Xander.