Part 28Asap mengepul, membumbung tinggi memenuhi sudut ruangan."Uhuuukk-uhuuukk ...!" Devi terbatuk-batuk. Begitu pula dengan putrinya. Wanita itu membuka matanya pelan, melihat kobaran api begitu besar."Kebakaran ... Kebakaran ... Too-- uhukk-uhukk ...!" Devi mencoba berteriak, tapi asap yang begitu banyak membuatnya sesak nafas."Silvi, bangun sayang!" pekik Devi, melihat anaknya lemas karena terlalu banyak menghirup asap. Nafasnya terlihat sesak, tersengal-sengal."Uhukk-uhukk. To-loong ...!" suara Devi mulai lirih, ia mencoba membuka pintu kamar. Namun kobaran api sudah semakin besar dan menyambar kemana-mana.Entah kenapa bisa ada kebakaran seperti ini, ia pun tak tahu. Semula sebelum tidur semuanya baik-baik saja. Apakah korsleting listrik?Dadanya semakin sesak untuk bernafas. Asap semakin pekat, ditambah kobaran si jago merah mulai merayap ke kamarnya.Sementara di luar, orang-orang pada panik melihat ada kobaran di ruko. Ruko yang disewa Devi untuk tempat tinggal serta us
Part 29"Silvi, Silvi bangun sayang. Ini bapak, Nak. Maafin bapak ..."Lelaki itu memeluk jasad anaknya dengan erat. Mengguncangkan tubuh sang putri berkali-kali, tapi bocah mungil itu tetap bergeming. Tak ada sahutan atau pekikan pilu rasa sakit. Putri mungilnya benar-benar sudah tak bernyawa, dengan kondisi yang tragis.Rita tertegun melihatnya. Melihat Reno menangis untuk putrinya. Ia yang sempat menaruh curiga pada Reno seketika kecurigaan itu menguap begitu saja. Ya, bagaimana mungkin Reno tega mencelakakan anak kandungnya sendiri. Lelaki itu memanglah bodoh telah melepaskan Devi karena tergoda oleh wanita lain, tapi bukan berarti dia sejahat itu kan?Keesokan paginya, Reno langsung mengurus segala keperluan pemakaman Silvi. Hatinya benar-benar hancur melihat anak semata wayangnya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Belum lagi kondisi Devi yang masih kritis belum sadarkan diri.Bu Witi pun tercengang, ia tak percaya kalau cucunya meninggal secepat ini. "Reno, ibu tidak me
Part 30Rita bekerjasama dengan Reno mengumpulkan bukti-bukti yang terkait, dari foto-foto yang ia kumpulkan ia menyimpulkan bahwa terduga penyebab kebakaran ruko Devi adalah seorang laki-laki bernama Akbar.Rita tak mengerti, kenapa dia melakukan itu. Ada dendam apa pada Devi. Karena selama ini ia mengenal sahabatnya adalah orang yang sangat baik dan juga tak punya musuh."Kami pernah berkelahi saat itu, dia menghajarku. Katanya dia menyukai Devi," ucap Reno lirih.Ini sudah satu minggu, tapi mereka belum menemukan titik terang. "Itu tidak mungkin Mas Ren, aku pernah melihatnya beberapa kali ia pergi dengan Sinta.""Sepertinya ini ia lakukan karena dibawah pengaruh Sinta.""Apa maksudnya, Mas?""Sinta pakai ilmu pelet dan guna-guna untuk memperdaya laki-laki yang menjadi targetnya.""Hah? Benarkah?" Rita tak percaya kalau mantan sahabatnya melakukan doa syirik. Ia tak menyangka, di zaman yang modern ini, masih ada yang menggunakan ilmu hitam untuk tujuan tertentu.Reno mengangguk.*
Part 31Reno keluar dari ruangan dengan wajah ditekuk. Ia benar-benar kesal apalagi dengan ucapan Reyhan. Padahal ia ingin sekali berbincang berdua dengan sang mantan istri. Bila diberikan kesempatan, ia ingin sekali rujuk dengan Devi. Tapi karena ada kehadiran lelaki itu rencananya jadi berantakan. Devi pun dengan tegas mengusirnya."Lho, Mas Reno, kenapa dengan wajahmu?" tanya Rita yang tiba-tiba ada di hadapannya."Devi sudah mengusirku, padahal aku ingin minta maaf. Ada yang ingin kubicarakan banyak dengannya."Rita tersenyum simpul. "Dalam keadaan seperti ini, Devi pasti masih shock. Berikan dia waktu, Mas. Memangnya apa yang ingin kau bicarakan dengan Devi selain Silvi?""Aku ingin meminta rujuk dengannya.""Hah? Lebih baik kau urungkan saja niatmu untuk rujuk dengan Devi.""Lho memangnya kenapa? Aku yakin, Devi pasti akan memaafkanku dan menerimaku kembali.""Jangan berharap berlebihan, Mas. Karena usai masa iddah Devi habis, kakakku akan segera melamarnya," sahut Rita dengan s
"Menikahlah denganku!" cetus Reyhan dengan mantap.Devi tercengang mendengarnya. Apalagi melihat Rita yang ikut senyam-senyum gak jelas."Udah, terima aja, Dev! Kakakku orang baik lho. Dia gak mungkin mengecewakanmu. Dari sejak sekolah sampai sekarang aja dia hanya cinta sama kamu! Dia Jodi tau! Jomblo abadi, hahaha!""Diem bocil gak usah ikut campur!" sahut Reyhan pada adiknya. Devi hanya mengulum senyum melihat tingkah mereka berdua."Ehemm ...!" Pria itu berdehem, tanpa sadar Devi tengah memandangnya lekat.."Jadi gimana, Dev? Aku serius mengenai perasaanku ini. Aku mencintaimu, Dev. Aku ingin kamu menjadi istriku. Aku ingin menikahimu."Deg! Jantungku makin berdebar tak menentu seperti gendang bertalu saat mendengar pernyataan cintanya. "Ya elah, aku dianggap obat nyamuk nih! Kak, masa ungkapin cinta di meja makan sih, ada aku lagi! Gak romantis banget!" protes Rita dengan nada meledek."Biarin! Yang penting ungkapan perasaanku tersampaikan.""Hahahaha, gokil lu kak! Gak punya mo
Part 33"Aku gak terima saja mereka menjelekkanmu, Dev. Sebenarnya siapa ya yang memprovokasi mereka?""Sudah, Mas. Gak usah dibahas lagi. Biar hukum Allah saja yang membalasnya. Bagaimana kalau kita fokus dengan hubungan kita sekarang?"Lelaki yang dulu begitu kaku ini sekarang lebih sering tersenyum. "Baiklah, apa katamu saja.""Mas, antar aku ke makam Silvi ya. Aku rindu padanya.""Oke, ayo kesana."Tak banyak kata sanggahan, Reyhan langsung bergegas mengajak calon istrinya."Pakai dulu sabuk pengamannya, Dev. Nanti kita mampir beli bunga di toko florist.""Iya, Mas," sahut Devi sembari tersenyum.Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mampir di toko Lisha florist, membeli karangan bunga mawar dan bunga warna-warni lainnya.Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat pemakaman umum. Devi berjalan menuju makam putrinya, disusul sang calon suami. "Sayang, gimana keadaanmu disana? Semoga baik-baik saja ya. Ibu datang kesini mau ngasih tahu, kalau ibu dan Om Reyhan akan
Part 34Setelah menjelaskan semuanya, Pak RT pun pamit pergi, begitu pula dengan para warga. Mereka meminta maaf pada Reyhan dan Devi. Besok mereka berjanji akan mengganti jendela kaca rumahnya yang pecah. Sementara beberapa orang diutus oleh Pak RT untuk berjaga-jaga di depan rumah Reyhan, karena beliau mengira ada yang sengaja mencelakakan mereka. Sementara yang lain bertugas ronda untuk keliling kampung agar suasana aman terkendali."Mas, coba buka bajumu. Biar kukompres lukamu, Mas," ucap Devi yang tak tega melihat Reyhan meringis ketakutan.Pelan, Reyhan melepas kaos yang di kenakannya hingga memperlihatkan otot tubuhnya yang atletis dan sixpack. Devi mengambil air hangat di wadah baskom lalu kain washlap yang lembut, tak lupa salep persediaan yang mereka punya di rumah."Auw, Dev, tolong pelan-pelan.""Iya, Mas. Tahan sebentar lagi ya. Tahan dulu, kamu pasti kuat, ini memang sedikit sakit." Usai mengompres luka l
Part 35Reno mengangguk lemah. Bu Witi terlihat menitikkan air matanya. "Bu, Reno pulang dulu. Mau cari pinjaman buat biaya perawatan ibu."Bu Witi hanya mengangguk sambil menatap anak lelakinya dengan nanar. Reno berjalan menjauh, ia tak menyangka hanya gara-gara jatuh di kamar mandi, ibunya justru lumpuh. Mungkin memang kesehatan sebelumnya kurang baik, sebagian memikirkan Ristha yang tak kunjung pulang.Ia menuju rumah Bang Andi, meminjam uang untuk pengobatan sang ibu. Tapi sayangnya di rumahnya tidak ada, Bang Andi sedang keluar kota untuk membeli keperluan usaha ternaknya. Di rumah hanya ada sang istri, sedangkan ia pun tak memegang uang lebih.Reno kembali dengan perasaan kalut. Ia pun bergegas menuju cafe tempatnya bekerja, hendak cashbon untuk biaya perawatan ibunya."Maaf ya Mas Reno, anda masih orang baru disini, jadi kami tidak bisa meminjamkannya. Minimal enam bulan kerja disini baru bisa cashbon," ucap sa