Part 26Kini setiap hari Reno harus bergulat dengan ayam-ayam dan juga kotorannya. Baju kemejanya yang bagus-bagus sudah berganti menjadi kemeja kerja yang lusuh dan tak terawat lagi. Dia rela melakukan pekerjaan yang bau ini demi menyambung hidup. Ia dan ibunya harus menghemat untuk biaya makan. Sekarang semuanya tak lagi sama, sejak Devi kembali dan merampas semua hartanya."Aku mau jual motor, Bu. Agar bisa setor cicilan Bank untuk tiga bulan ke depan," ucap Reno saat berbincang dengan ibunya di ruang tamu."Apa Mas? Dijual?" Tiba-tiba wanita yang baru keluar dari kamarnya ikut nimbrung perbincangan mereka."Iya. Mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi. Nanti beli motor second aja buat transportasi.""Ck!" Sinta berdecak kesal.Seperti rencananya, Reno menjual motornya. Motor yang terbilang masih baru itu hanya laku terjual sebesar 23 juta rupiah saja. Yang 15 juta ia setorkan ke Bank untuk cicilan hutangnya selama tiga bulan. Sementara yang 6 juta ia beli motor second, dan sisany
Part 27"Ayo talak aku sekarang, Mas!""Hah? Kamu ini apa-apaan, Sinta?! Kita kan baru nikah seumur jagung, dan kau--""Aku serius, Mas! Aku gak sedang bercanda. Ternyata kebahagiaanku bukanlah bersamamu, melainkan bersama Mas Akbar."Reno menggeleng pelan untuk menutupi rasa perih di hatinya. "Reno, sudah talak aja dia. Dia bukan wanita yang baik buat kamu. Tuh buktinya dia malah bawa laki-laki lain ke rumah! Dasar gak punya malu!" Ibu berbisik pada anak lelakinya.Reno menelan Saliva ketika melihat Sinta makin menempel erat pada lelaki itu."Baik, kalau itu maumu, Sin. Mulai hari ini, detik ini juga, kamu bukan istriku lagi, kau kutalak. Silahkan kamu bawa barang-barangmu pergi dari rumah ini! Dan jangan pernah kembali lagi kesini!" ucap Reno dengan nada penuh penekanan. Hancur sudah hatinya. Dua cinta yang ia punya, keduanya pun harus patah."Oke. Dengan senang hati, Mas Reno," ucap Sinta sambil tersenyum lebar. "Mas, kau tunggu disini sebentar ya, aku ambil baju dulu," lanjut wan
Part 28Asap mengepul, membumbung tinggi memenuhi sudut ruangan."Uhuuukk-uhuuukk ...!" Devi terbatuk-batuk. Begitu pula dengan putrinya. Wanita itu membuka matanya pelan, melihat kobaran api begitu besar."Kebakaran ... Kebakaran ... Too-- uhukk-uhukk ...!" Devi mencoba berteriak, tapi asap yang begitu banyak membuatnya sesak nafas."Silvi, bangun sayang!" pekik Devi, melihat anaknya lemas karena terlalu banyak menghirup asap. Nafasnya terlihat sesak, tersengal-sengal."Uhukk-uhukk. To-loong ...!" suara Devi mulai lirih, ia mencoba membuka pintu kamar. Namun kobaran api sudah semakin besar dan menyambar kemana-mana.Entah kenapa bisa ada kebakaran seperti ini, ia pun tak tahu. Semula sebelum tidur semuanya baik-baik saja. Apakah korsleting listrik?Dadanya semakin sesak untuk bernafas. Asap semakin pekat, ditambah kobaran si jago merah mulai merayap ke kamarnya.Sementara di luar, orang-orang pada panik melihat ada kobaran di ruko. Ruko yang disewa Devi untuk tempat tinggal serta us
Part 29"Silvi, Silvi bangun sayang. Ini bapak, Nak. Maafin bapak ..."Lelaki itu memeluk jasad anaknya dengan erat. Mengguncangkan tubuh sang putri berkali-kali, tapi bocah mungil itu tetap bergeming. Tak ada sahutan atau pekikan pilu rasa sakit. Putri mungilnya benar-benar sudah tak bernyawa, dengan kondisi yang tragis.Rita tertegun melihatnya. Melihat Reno menangis untuk putrinya. Ia yang sempat menaruh curiga pada Reno seketika kecurigaan itu menguap begitu saja. Ya, bagaimana mungkin Reno tega mencelakakan anak kandungnya sendiri. Lelaki itu memanglah bodoh telah melepaskan Devi karena tergoda oleh wanita lain, tapi bukan berarti dia sejahat itu kan?Keesokan paginya, Reno langsung mengurus segala keperluan pemakaman Silvi. Hatinya benar-benar hancur melihat anak semata wayangnya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Belum lagi kondisi Devi yang masih kritis belum sadarkan diri.Bu Witi pun tercengang, ia tak percaya kalau cucunya meninggal secepat ini. "Reno, ibu tidak me
Part 30Rita bekerjasama dengan Reno mengumpulkan bukti-bukti yang terkait, dari foto-foto yang ia kumpulkan ia menyimpulkan bahwa terduga penyebab kebakaran ruko Devi adalah seorang laki-laki bernama Akbar.Rita tak mengerti, kenapa dia melakukan itu. Ada dendam apa pada Devi. Karena selama ini ia mengenal sahabatnya adalah orang yang sangat baik dan juga tak punya musuh."Kami pernah berkelahi saat itu, dia menghajarku. Katanya dia menyukai Devi," ucap Reno lirih.Ini sudah satu minggu, tapi mereka belum menemukan titik terang. "Itu tidak mungkin Mas Ren, aku pernah melihatnya beberapa kali ia pergi dengan Sinta.""Sepertinya ini ia lakukan karena dibawah pengaruh Sinta.""Apa maksudnya, Mas?""Sinta pakai ilmu pelet dan guna-guna untuk memperdaya laki-laki yang menjadi targetnya.""Hah? Benarkah?" Rita tak percaya kalau mantan sahabatnya melakukan doa syirik. Ia tak menyangka, di zaman yang modern ini, masih ada yang menggunakan ilmu hitam untuk tujuan tertentu.Reno mengangguk.*
Part 31Reno keluar dari ruangan dengan wajah ditekuk. Ia benar-benar kesal apalagi dengan ucapan Reyhan. Padahal ia ingin sekali berbincang berdua dengan sang mantan istri. Bila diberikan kesempatan, ia ingin sekali rujuk dengan Devi. Tapi karena ada kehadiran lelaki itu rencananya jadi berantakan. Devi pun dengan tegas mengusirnya."Lho, Mas Reno, kenapa dengan wajahmu?" tanya Rita yang tiba-tiba ada di hadapannya."Devi sudah mengusirku, padahal aku ingin minta maaf. Ada yang ingin kubicarakan banyak dengannya."Rita tersenyum simpul. "Dalam keadaan seperti ini, Devi pasti masih shock. Berikan dia waktu, Mas. Memangnya apa yang ingin kau bicarakan dengan Devi selain Silvi?""Aku ingin meminta rujuk dengannya.""Hah? Lebih baik kau urungkan saja niatmu untuk rujuk dengan Devi.""Lho memangnya kenapa? Aku yakin, Devi pasti akan memaafkanku dan menerimaku kembali.""Jangan berharap berlebihan, Mas. Karena usai masa iddah Devi habis, kakakku akan segera melamarnya," sahut Rita dengan s
"Menikahlah denganku!" cetus Reyhan dengan mantap.Devi tercengang mendengarnya. Apalagi melihat Rita yang ikut senyam-senyum gak jelas."Udah, terima aja, Dev! Kakakku orang baik lho. Dia gak mungkin mengecewakanmu. Dari sejak sekolah sampai sekarang aja dia hanya cinta sama kamu! Dia Jodi tau! Jomblo abadi, hahaha!""Diem bocil gak usah ikut campur!" sahut Reyhan pada adiknya. Devi hanya mengulum senyum melihat tingkah mereka berdua."Ehemm ...!" Pria itu berdehem, tanpa sadar Devi tengah memandangnya lekat.."Jadi gimana, Dev? Aku serius mengenai perasaanku ini. Aku mencintaimu, Dev. Aku ingin kamu menjadi istriku. Aku ingin menikahimu."Deg! Jantungku makin berdebar tak menentu seperti gendang bertalu saat mendengar pernyataan cintanya. "Ya elah, aku dianggap obat nyamuk nih! Kak, masa ungkapin cinta di meja makan sih, ada aku lagi! Gak romantis banget!" protes Rita dengan nada meledek."Biarin! Yang penting ungkapan perasaanku tersampaikan.""Hahahaha, gokil lu kak! Gak punya mo
Part 33"Aku gak terima saja mereka menjelekkanmu, Dev. Sebenarnya siapa ya yang memprovokasi mereka?""Sudah, Mas. Gak usah dibahas lagi. Biar hukum Allah saja yang membalasnya. Bagaimana kalau kita fokus dengan hubungan kita sekarang?"Lelaki yang dulu begitu kaku ini sekarang lebih sering tersenyum. "Baiklah, apa katamu saja.""Mas, antar aku ke makam Silvi ya. Aku rindu padanya.""Oke, ayo kesana."Tak banyak kata sanggahan, Reyhan langsung bergegas mengajak calon istrinya."Pakai dulu sabuk pengamannya, Dev. Nanti kita mampir beli bunga di toko florist.""Iya, Mas," sahut Devi sembari tersenyum.Reyhan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, mampir di toko Lisha florist, membeli karangan bunga mawar dan bunga warna-warni lainnya.Tak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat pemakaman umum. Devi berjalan menuju makam putrinya, disusul sang calon suami. "Sayang, gimana keadaanmu disana? Semoga baik-baik saja ya. Ibu datang kesini mau ngasih tahu, kalau ibu dan Om Reyhan akan