Part 23Usai mendengar kabar mengenai Devi, Reno mengendarai motornya dengan kecepatan kencang, menuju desa Kertasari. Ia pun tahu, hanya disana satu-satunya jurang yang landai. Karena disana juga tersebar rumor, daerah rawan kecelakaan, ada pula rumor tentang begal dan perampok di tengah jalan karena minimnya penerangan. Ia tak mempedulikan lagi panggilan sang ibu dan juga istrinya. Tekadnya sudah bulat, ingin menemukan Devi. Entahlah hatinya bimbang, ia terombang-ambing dalam kegalauannya sendiri. Kadang benci, tapi juga kadang teramat cinta hingga tak ingin kehilangannya. Setelah menempuh waktu setengah jam, dengan kecepatan diatas rata-rata, ia berhenti di lokasi yang banyak orang. Ya, sepertinya mereka pun tengah mencari Devi. Reno menghentikan motornya di sisi jalan, lalu berlari ke arah mereka yang tampak sibuk dalam pencarian. Kebetulan sekali, Reno justru berpapasan dengan Rita yang tengah menggandeng Silvi. Putri kecilnya itu tengah menangis saat mendengar kabar kalau ibu
Part 24Pukul 04.00 pagi, terdengar lantunan suara orang mengaji. Devi mengerjapkan matanya pelan. Kepalanya masih terasa berat dan berdenyut-denyut. Ia melihat ke samping. Lelaki itu tengah tertidur. "Mas Reno? Kenapa dia ada disini?" tanya Devi dalam hatinya. Ya, dia sangat mengenali suaminya itu. Reno menggeliat malas, lalu mendapati istrinya telah sadar."Oh, Dev. Kamu sudah bangun? Syukurlah," ucap Reno.Devi hanya diam saja. Ia masih ingin mendengar kabar yang lain"Aku semalaman disini, nungguin kamu. Kamu cepat sembuh ya, Sayang. Biar cepat pulang ke rumah," ucap Reno lagi. Ia mengecup kening Devi berkali-kali, membuat Devi melengos. Ia tak mau terperangkap oleh rayuan gombal suaminya lagi.Devi berpikir sejenak. Bukankah semalam Reyhan yang menyelamatkannya? Tapi kenapa justru Reno yang ada disini?" Batinnya bertanya-tanya sendiri."Tolong kamu keluar dari sini, Mas!" ucap Devi."Lho, kenapa?""Cepat, Mas! Keluar dari sini! Aku tidak mau melihatmu lagi!""Ya ampun, Dev. Ak
Part 25Tiba-tiba ponsel Sinta berdering, ia melihatnya, nama Akbar yang tertera dalam layar handphonenya. Sinta berjalan menjauh agar sang suami tak mendengar percakapannya dengan lelaki itu."Halo Mas, ada apa?""Halo Sayang, apa kita bisa ketemu hari ini?" Akbar menyahut dari seberang telepon."Tidak Mas, aku tidak bisa.""Lho, kenapa?""Aku kesal sama kamu. Kamu sudah gagal buktinya perempuan itu masih hidup!""Iya, Maaf Sinta. Biar nanti kususun rencana lagi. Kamu kesini ya.""Tidak bisa kalau hari ini, Mas. Nanti aku kabari.""Oke deh, aku tunggu ya."Panggilan itu terputus. Sinta menoleh, ia terkejut saat sang suami berada di belakangnya.""Telepon dari siapa?" tanya Reno penuh selidik."Emmh ini dari teman, Mas.""Laki-laki apa perempuan?""Laki-laki Mas, tadi dia nawarin pinjaman tapi sudah kutolak."Reno diam saja, ia seperti tak puas dengan jawaban istrinya itu. Seolah sedang menyembunyikan rahasia.*Dua hari di rumah sakit, akhirnya Devi diperbolehkan pulang.Silvi, Rita
Part 26Kini setiap hari Reno harus bergulat dengan ayam-ayam dan juga kotorannya. Baju kemejanya yang bagus-bagus sudah berganti menjadi kemeja kerja yang lusuh dan tak terawat lagi. Dia rela melakukan pekerjaan yang bau ini demi menyambung hidup. Ia dan ibunya harus menghemat untuk biaya makan. Sekarang semuanya tak lagi sama, sejak Devi kembali dan merampas semua hartanya."Aku mau jual motor, Bu. Agar bisa setor cicilan Bank untuk tiga bulan ke depan," ucap Reno saat berbincang dengan ibunya di ruang tamu."Apa Mas? Dijual?" Tiba-tiba wanita yang baru keluar dari kamarnya ikut nimbrung perbincangan mereka."Iya. Mau gimana lagi. Ini satu-satunya solusi. Nanti beli motor second aja buat transportasi.""Ck!" Sinta berdecak kesal.Seperti rencananya, Reno menjual motornya. Motor yang terbilang masih baru itu hanya laku terjual sebesar 23 juta rupiah saja. Yang 15 juta ia setorkan ke Bank untuk cicilan hutangnya selama tiga bulan. Sementara yang 6 juta ia beli motor second, dan sisany
Part 27"Ayo talak aku sekarang, Mas!""Hah? Kamu ini apa-apaan, Sinta?! Kita kan baru nikah seumur jagung, dan kau--""Aku serius, Mas! Aku gak sedang bercanda. Ternyata kebahagiaanku bukanlah bersamamu, melainkan bersama Mas Akbar."Reno menggeleng pelan untuk menutupi rasa perih di hatinya. "Reno, sudah talak aja dia. Dia bukan wanita yang baik buat kamu. Tuh buktinya dia malah bawa laki-laki lain ke rumah! Dasar gak punya malu!" Ibu berbisik pada anak lelakinya.Reno menelan Saliva ketika melihat Sinta makin menempel erat pada lelaki itu."Baik, kalau itu maumu, Sin. Mulai hari ini, detik ini juga, kamu bukan istriku lagi, kau kutalak. Silahkan kamu bawa barang-barangmu pergi dari rumah ini! Dan jangan pernah kembali lagi kesini!" ucap Reno dengan nada penuh penekanan. Hancur sudah hatinya. Dua cinta yang ia punya, keduanya pun harus patah."Oke. Dengan senang hati, Mas Reno," ucap Sinta sambil tersenyum lebar. "Mas, kau tunggu disini sebentar ya, aku ambil baju dulu," lanjut wan
Part 28Asap mengepul, membumbung tinggi memenuhi sudut ruangan."Uhuuukk-uhuuukk ...!" Devi terbatuk-batuk. Begitu pula dengan putrinya. Wanita itu membuka matanya pelan, melihat kobaran api begitu besar."Kebakaran ... Kebakaran ... Too-- uhukk-uhukk ...!" Devi mencoba berteriak, tapi asap yang begitu banyak membuatnya sesak nafas."Silvi, bangun sayang!" pekik Devi, melihat anaknya lemas karena terlalu banyak menghirup asap. Nafasnya terlihat sesak, tersengal-sengal."Uhukk-uhukk. To-loong ...!" suara Devi mulai lirih, ia mencoba membuka pintu kamar. Namun kobaran api sudah semakin besar dan menyambar kemana-mana.Entah kenapa bisa ada kebakaran seperti ini, ia pun tak tahu. Semula sebelum tidur semuanya baik-baik saja. Apakah korsleting listrik?Dadanya semakin sesak untuk bernafas. Asap semakin pekat, ditambah kobaran si jago merah mulai merayap ke kamarnya.Sementara di luar, orang-orang pada panik melihat ada kobaran di ruko. Ruko yang disewa Devi untuk tempat tinggal serta us
Part 29"Silvi, Silvi bangun sayang. Ini bapak, Nak. Maafin bapak ..."Lelaki itu memeluk jasad anaknya dengan erat. Mengguncangkan tubuh sang putri berkali-kali, tapi bocah mungil itu tetap bergeming. Tak ada sahutan atau pekikan pilu rasa sakit. Putri mungilnya benar-benar sudah tak bernyawa, dengan kondisi yang tragis.Rita tertegun melihatnya. Melihat Reno menangis untuk putrinya. Ia yang sempat menaruh curiga pada Reno seketika kecurigaan itu menguap begitu saja. Ya, bagaimana mungkin Reno tega mencelakakan anak kandungnya sendiri. Lelaki itu memanglah bodoh telah melepaskan Devi karena tergoda oleh wanita lain, tapi bukan berarti dia sejahat itu kan?Keesokan paginya, Reno langsung mengurus segala keperluan pemakaman Silvi. Hatinya benar-benar hancur melihat anak semata wayangnya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Belum lagi kondisi Devi yang masih kritis belum sadarkan diri.Bu Witi pun tercengang, ia tak percaya kalau cucunya meninggal secepat ini. "Reno, ibu tidak me
Part 30Rita bekerjasama dengan Reno mengumpulkan bukti-bukti yang terkait, dari foto-foto yang ia kumpulkan ia menyimpulkan bahwa terduga penyebab kebakaran ruko Devi adalah seorang laki-laki bernama Akbar.Rita tak mengerti, kenapa dia melakukan itu. Ada dendam apa pada Devi. Karena selama ini ia mengenal sahabatnya adalah orang yang sangat baik dan juga tak punya musuh."Kami pernah berkelahi saat itu, dia menghajarku. Katanya dia menyukai Devi," ucap Reno lirih.Ini sudah satu minggu, tapi mereka belum menemukan titik terang. "Itu tidak mungkin Mas Ren, aku pernah melihatnya beberapa kali ia pergi dengan Sinta.""Sepertinya ini ia lakukan karena dibawah pengaruh Sinta.""Apa maksudnya, Mas?""Sinta pakai ilmu pelet dan guna-guna untuk memperdaya laki-laki yang menjadi targetnya.""Hah? Benarkah?" Rita tak percaya kalau mantan sahabatnya melakukan doa syirik. Ia tak menyangka, di zaman yang modern ini, masih ada yang menggunakan ilmu hitam untuk tujuan tertentu.Reno mengangguk.*
Satu tahun kemudian .... Devi bangun lebih awal. Ia bersiap membuatkan sarapan dan susu untuk keponakannya yang masih berusia 4 bulan lebih. Bayi mungil perempuan yang diberi nama Mentari oleh Rita itu beberapa hari terakhir dititipkan dan tinggal bersamanya, karena Rita harus melakukan perjalanan dinas ke luar kota selama beberapa hari. Sebagai single parent dan mengalami ujian yang berat, Rita bekerja keras dengan menjadi wanita karir untuk dia dan juga putrinya. Devi dan Reyhan tak merasa keberatan mengasuh bayi lucu yang sedang aktif-aktifnya itu. Kebersamaan mereka justru lebih berwarna dengan kehadiran Mentari. Hari-hari biasanya pun, ketika Rita kerja, Mentari diasuh oleh baby sitter, tapi hampir setiap hari Devi datang menemui Mentari. Hanya saja pagi ini, Devi merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya. Ada rasa mual yang tak biasa dan lelah yang sangat. Devi mencoba mengabaikannya, tetapi intuisi seorang wanita seringkali lebih tajam daripada yang lain. "Hueeek ... hueee
Reno duduk di kursi plastik biru di ruang tunggu Rumah Sakit Umum, meremas-remas ujung bajunya. Suara mesin ventilator dan dengung alat-alat medis mengiringi kegelisahannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, tapi dia masih setia menemani ibunya yang tengah terbaring di ruang ICU. Di sampingnya, seorang dokter tengah memeriksa laporan medis. Sementara itu, perawat terus mondar-mandir membawa alat dan obat-obatan.“Ibu masih bisa sembuh, kan, Dok?” tanya Reno pelan, suaranya serak menahan kekhawatiran.Dokter menatap Reno dengan tatapan penuh empati. “Kami akan berusaha sebaik mungkin, Pak. Tetapi, kita harus bersiap untuk segala kemungkinan.”Reno hanya mengangguk. Kata-kata dokter itu bagai angin lalu, tidak terlalu ia cerna dengan baik. Pikirannya melayang-layang. "Maafkan aku, Ibu. Sungguh aku anak yang tidak berguna karena tak bisa melindungimu, Bu. Kenapa harus ibu yang menanggung semua ini," bisiknya sambil menggenggam tangan ibunya. Butiran bening sudah menitik di pipinya
Di sebuah rumah kecil, ibunda Reno duduk di kursi roda di ruang tamu yang redup. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca, dan tangannya gemetar. Selembar surat terbuka di pangkuannya, dan isinya membuatnya tak percaya pada apa yang baru saja dia baca."Bagaimana mungkin?" gumamnya, suaranya hampir tidak terdengar di antara keheningan ruangan. Dia mengenang saat-saat indah bersama putrinya, Ristha, yang selalu menjadi anak kebanggaannya.Kenangan masa lalu membawanya pada waktu-waktu ketika Ristha masih kecil, ketika dia memeluknya erat-erat setiap kali dia pulang dari sekolah. Dia selalu bercerita tentang impian masa depannya, tentang bagaimana dia ingin menjadi seseorang yang sukses, memberi kebahagiaan pada ibunya.Namun, kini, semua itu terasa seperti mimpi buruk. Surat di pangkuannya memberitahu bahwa Ristha telah ditangkap karena kasus penipuan. Ibu merasa seolah-olah dunianya runtuh seketika.Pikirannya berkecamuk dengan pertanyaan yang tak terjawab. Apakah dia tidak mendidik Rist
Sore harinya, setelah pemeriksaan lengkap, akhirnya, Rita diperbolehkan pulang oleh dokter dan beristirahat di rumah. Reyhan datang menjemputnya. "Bagaimana kalau pulang ke rumah kami saja?" usul lelaki itu.Rita menggeleng pelan. "Aku ingin istirahat di rumah saja.""Bener kamu gak apa-apa ketemu laki-laki sialan itu?""Aku gak apa-apa, Mas."Reyhan menghela napas. "Ya sudah, kalau itu keinginanmu, tapi kamu harus istirahat yang cukup ya. Jangan diporsir, kamu kan masih dalam tahap pemulihan."Rita mengangguk pasrah.Mobil keluar dari lingkungan rumah sakit, dan pulang menuju rumah. Satu jam lebih waktu yang ditempuh untuk bisa sampai di rumah. Sepanjang jalan, Rita terdiam. Sesekali hanya melihat pemandangan dari jendela mobil. Semangat Rita segera terhenti ketika dia memasuki rumahnya yang sunyi. Suasana yang biasanya hangat dan penuh cinta sekarang terasa dingin dan hampa. ***
"Apa kalian yakin orangnya ada di dalam?""Iya, kami yakin, Pak. Dia gak mugkin kabur lewat belakang, Gak ada akses, pasti sekarang lagi sembunyi."Berkali-kali mereka mencoba bernegoisasi, tapi ternyata tak ada tanggapan apapun dari dalam.***Sementara itu ...Mendengar keributan di luar, Ristha terbangun. Ia mengerjapkan matanya pelan. "Ada apaan sih, ribut banget di luar, ganggu orang tidur aja!" gerutunya lirih. Ya, akibat stress sepanjang malam, dia bahkan telat bangun tidur. Wajahnya agak pucat dan matanya penuh kegelisahan. Entah kenapa, baru saja Ristha bangun dari tidurnya, namun ketegangan merasuk ke dalam setiap selnya. Dia tahu, mulai hari ini adalah hari yang takkan terlupakan baginya. Jordan pergi tanpa mau memberinya kabar lagi. Dan juga masalah lain ya ...."Heeeii buka pintunya dasar penipuuuu!!" teriak seseorang dari luar membuat Ristha berjingkat. Jantungnya berdegup lebih kencang.Ia bangki
Jordan mencoba memegang tangan Rita, tapi Rita menariknya kembali. Dia merasa seperti dunianya hancur berkeping-keping. Selama ini, dia telah memberikan segalanya untuk rumah tangganya, namun sekarang semuanya terasa sia-sia."Mohon Maafkan aku, Rita. Aku tahu aku tidak bisa menghapus kesalahan yang sudah kulakukan, tapi aku ingin memperbaikinya. Aku akan melakukan apa pun untuk memperbaiki hubungan kita," ucap Jordan."Aku ingin bertaubat, Rita. tolong berikan kesempatan untukku. Kau mau kan maafin aku? Aku janji akan mengakhiri semuanya."Rita masih terdiam, sungguh, dia memang terlanjur shock dengan apa yang terjadi dalam hidupnya saat ini. Dia merasa terjebak dalam keputusasaan, tidak tahu harus bagaimana lagi melanjutkan hidupnya. Di saat dia menemukan jodoh di usia yang cukup matang, tapi kenapa jodoh yang dikirimkan padanya justru orang seperti Jordan, orang yang punya hubungan spesial dengan gadis muda sebelumnya. "Maafkan aku,
Rita dan Devi ternganga mendengar pengakuan Ristha. Mereka benar-benar tak percaya."Meskipun hati aku sakit, ditinggal nikah sama pangeranku, tapi aku rela diduakan. Aku gak mau putus dari Mas Jordan, karena-----""Kalian benar-benar tak punya hati!" pekik Rita sambil tergugu. "Yang gak punya hati itu, Mbak! Mbak lah yang merebut Mas Jordan dariku! Kami berhubungan sejak lama, sebelum Mas Jordan kenal dengan Mbak Rita!" teriak Ristha tak mau kalah."RISTHA, DIAMLAH!" Jordan berteriak seketika membuat nyali Ristha menciut. Matanya mendadak berkaca-kaca."Mas, aku mengatakan hal yang sebenarnya. Kita, kita--""Aku tahu, kamu memang datang lebih dulu. Tapi istriku sekarang adalah Rita. Terlebih sekarang, sudah ada buah cintaku dengannya. Dia sedang hamil."Ristha shock mendengar penuturan Jordan, ia bahkan tak pernah menyangka kalau hal ini terjadi. "Apa? Mbak Rita hamil?""Ya, dan aku gak mungkin menin
[Maksudnya gimana, Mas][Nanti kau temani dia datang ke lokasiku saat ini][Kamu di mana, Mas?][Akan kukirim alamatnya menyusul. Aku akan telpon Rita dulu][Ya, baiklah.]Benar saja, usai bertukar pesan dengan sang istri. Reyhan langsung menelepon ke nomor adiknya.Dering ponsel membuat Rita terhenyak. Ia tersenyum tipis melihat nama yang tertera di ponsel."Hallo Mas Reyhan, ada apa? Tenang saja, kakak ipar aman di sini!" seru Rita menggodanya membuat Devi tersenyum."Iya, aku tahu," jawab Reyhan singkat."Terus?""Dek, kamu bisa gak datang ke sini? Minta Mbak Devimu buat nemenin.""Kemana, Mas? Emang ada masalah apa?""Datang saja ya, Dek. Aku gak bisa menjelaskannya di telepon.""Ya, baiklah.""Aku akan share lokasinya ya di WA.""Baik, Mas.""Ya udah nanti hati-hati di jalan.''Panggilan itupun terputus. "Mbak, apa mb
Seketika wajahnya shock dan menegang saat tau di hadapannya adalah .... "Ma, Mas Reyhan? Mas Reyhan kenapa bisa ada di sini?""Kenapa? Kaget ya?"Reyhan tersenyum sinis melihat kegugupan di wajah adik iparnya itu. Apalagi saat melihat ada seorang perempuan di balik selimut. Tanpa basa-basi Reyhan langsung memukul lelaki itu.Buuughht!! Suara pukulan Reyhan membuat Ristha menjerit."Dasar laki-laki brengs*k! jadi ini yang kau lakukan di belakang adikku hah?!""Mas, biarkan aku menjelaskannya dulu!""Jelaskan jelaskan apa, brengs*k! Semua yang kulihat sudah jelas!! Kau tega melakukan ini pada adikku!!"Buuughhtt!! Bugghhtt!! Pukulan-pukulan itu ia layangkan kembali di perut Jordan membuat lelaki itu terhuyung.Jordan berusaha bangkit, sedangkan Ristha yang ada di balik selimut segera membalut tubuhnya dengan selimut itu dan memungut bajunya yang tadi sempat dilepas, lalu berlari ke kamar mandi dan mengun