"Bersabarlah Mas, kehancuran akan segera menghampirimu, nanti setelah kehancuranmu datang, target berikutnya adalah Ibu dan kedua kakakmu bahkan Kakak iparmu pun akan sama hancurnya dengan dirimu." gumam Riana dalam hati. "Hallo, Mbak," ucap Riana pada Lila melalui telepon. Saat ini Riana sedang berada di minimarket dekat rumah mereka, Riana mencuri waktu untuk menghubungi Lila dan berkoordinasi dengan Lila mengenai rencana mereka. "Iya Ri, gimana rencana kita? Pokoknya sidan perceraian Mbak luda semua sudah harus selesai lho," jawab Lila dari seberang telepon. "Insyaallah akan Aku usahakan Mbak, Aku juga sebenarnya udah gak betah disini, jijik Aku Mbak kalau harus bermesra-mesraan sama Mas Mirza terus, apalagi Mas Mirza sekarang maunya nempel terus dah kayak perangko." "Ya berarti bagus dong, berarti rencana kita hampir berhasil." "Iya sih Mbak, cuma ya jijik aja gitu Mbak, kalau bukan karena misi ini sudah Aku tendang itu burung nya biar nyaho sekalian." "Hahahaha kamu ini bis
[Wah, lumayan mahal ya Pak][Itu sudah murah Pak, soalnya masih muda dan sangat cantik Pak, kulit mulus terawat body oke punya Pak, dijamin gak akan menyesal deh, soalnya dia juga baru 2 kali saja Pak melayani pelanggan, dan kedua pelanggan itu sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh anak buah (wanita penghibur) saya ini][Ooo gitu ya, Bapak punya anak buah berapa? Biar saya bisa milih][Waduh, untuk saat ini baru satu sih Pak, rencana sih memang ada untuk menambah anak buah lagi, tapi belum terealisasikan Pak, tapi saya berani jamin kalau anak buah saya yang satu ini gak akan mengecewakan, kalau nanti mengecewakan saya akan mengembalikan separuh uang Bapak, gimana Pak?][Bisa saya minta fotonya Pak?][Oh, boleh Pak]Lalu beberapa detik kemudian Mirza pun mengirim foto Riana pada si pengirim pesan tersebut.Cukup lama Mirza menunggu balasan dari orang tersebut tapi orang itu tidak juga membalasnya.Hingga akhirnya saat Mirza hampir terlelap karena mengantuk saat menunggu, akh
"Jadi gini, Mas mau tanya, tamu bulanan mu kapan selesai?" ucap Mirza, Riana sempat berfikir sejenak hingga akhirnya Riana teringat jika hari ini pasti Mirza sudah mendapatkan pesan dari seseorang yang memang sudah bersekongkol dengan Riana dan Lila."Besok udah selesai kok Mas," jawab Riana tenang."Jadi gini, Mas tadi ada di chat sama seseorang, nah orang itu ingin menggunakan jasa kamu, dia sangat tertarik sama kamu Dek, bahkan dia mau membayar dua kali lipat kalau permainanmu sangat bagus, dan kamu tahu, keuangan kita semakin menipis, jadi Mas harap kamu mau ya.""Emmm gimana ya Mas.""Ayolah, sayang kalau gak diambil, kapan lagi dapat pelanggan yang royal begini.""Hemm, baiklah Mas, atur aja gimana enaknya, apapun yang kamu inginkan pasti aku turuti," ucap Riana sembari memasang senyuman terbaiknya, anggap saja senyuman terbaik terakhir yang Riana berikan pada Mirza."Serius Dek?""Iya Mas, apa sih yang enggak buat kamu.""Makasih ya Dek, Mas seneng banget deh," ucap Mirza semba
"Kamu cantik sekali sayang, seandainya hari ini tidak ada pelanggan tentu saja kamu akan Mas makan sekarang juga," ucap Mirza sembari memeluk Riana dengan tangannya yang bergerilya ke bagian tubuh sensitif Riana."Mas bisa saja, Aku kan memang selalu cantik, dan itu juga untuk Mas, tapi untuk hari ini Aku harus menemani pelanggan dulu, ini semua kan demi kita juga, udah yuk nanti terlambat, nanti kalau pelanggan kecewa malah kita yang repot kan," ucap Riana sembari menoel ujung hidung Mirza."Yah baiklah, meskipun ada sedikit rasa gak rela tapi mau gimana lagi, demi uang banyak Mas harus merelakanmu.""Yaudah yuk," ucap Riana melepaskan pelukan tangan Mirza dan kini sudah menggandeng Mirza untuk keluar kamar.Saat Riana dan Mirza berjalan melewati ruang televisi ternyata disana Desi dan Bu Widya sedang bersantai tapi Sinta dan Rian entah ada dimana mereka."Mau kemana kamu Mir?" tanya Bi Widya pada Mirza."Ini Bu, mau nemenin Riana nemuin pelanggannya.""Biasa Bu, mau ngel*nte dia, up
"Kamu benar Dek, Kak Desi pasti iri sama kita karena setelah ini kita akan dapat banyak uang," ucap Mirza pada akhirnya sembari berjalan mengekor di belakang Riana."Awas aja kamu Mir, kalau sampai ketangkep kita gak mau ngurusin kamu!" pekik Desi, tapi Mirza tidak menghiraukannya, Mirza terus saja berjalan mengikuti Riana menuju mobilnya."Udah Mas gak usah dengerin, nanti kamu sumpal aja mulut Kakak mu itu dengan segepok uang, pasti nanti dia yang malu sendiri," ucap Riana saat dirinya dan Mirza sudah berada di dalam mobil."Kamu benar Dek, yasudah ayo kita berangkat, kamu sudah siapkan?""siap dong, cuss lets go, kita menjemput rezeki," ucap Riana yang berpura-pura bahagia.Mobil pun membelah padatnya jalanan di kota itu, dengan lihai Mirza membawa mobil agar tidak terlambat untuk segera sampai ke tempat tujuan, karena Mirza tidak mau jika pelanggan kelas kakakpnya ini sampai kabur.****Mobil Mirza sudah ada di parkiran area hotel, Riana pun turun dan bergegas menuju ke dalam hote
"Saya juga senang jika pelanggan puas, saya jamin, Riana ini tidak akan mengecewakan anda Pak.""Tentu saja, saya tidak akan kecewa dengan Riana, ya sudah Pak ini uang sisa pembayaran nya ya, dan Bapak bisa keluar dari sini, karena saya sudah tidak sabar untuk segera memiliki Riana malam ini," ucap Efendi sembari memberikan sejumlah uang dalam amplop coklat."Hahaha Bapak tenang saja, Saya paham, baiklah saya pamit, Riana kamu baik-baik ya, jangan kecewakan tamu kita yang satu ini," ucap Mirza sembari berniat memasukkan uang itu ke dalam saku jaketnya.Tapi belum sempat Mirza memasukkan uang itu, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya."Jangan bergerak, Anda sudah tertangkap basah dan terkepung!" ucap seseorang pada Mirza, dan ternyata orang itu adalah salah satu anggota kepolisian yang sedari awal sudah mengintai Mirza.Mirza terpaku, dalam hatinya ia sedikit tidak percaya jika nasib naas telah menghampirinya, Mirza menoleh ke arah Riana dan Efendi."Jadi kau adalah salah satu dari me
Dan akhirnya drama pengejaran Mirza pun berakhir, Mirza tertangkap oleh polisi karena kasus prostitusi di tambah lagi sebelah kakinya yang tertembak membuat jalannya menjadi pincang."Halo, selamat siang, apa benar ini dengan Bu widya?" ucap seseorang yang ternyata adalah polisi dari seberang telepon."Ya benar. Ini siapa ya?""Kami dari kepolisian mau mengabarkan jika anak Ibu yang bernama Mirza sekarang ada di kantor polisi.""Apa! Anak saya ada di kantor polisi! Kamu jangan bercanda! Kamu mau nipu saya!" pekik Bu Widya."Maaf Bu, kami tidak bercanda, jika Ibu tidak percaya silahkan Ibu bicara sendiri dengan saudara Mirza."Lalu polisi tersebut memberikan teleponnya pada Mirza."Halo Bu, ini Mirza, Bu tolong Aku Bu, Aku tertangkap semalam, rupanya ini semua rencananya Riana, dia menjebakku Bu," ucap Mirza dari seberang telepon."Apa! Kurang ajar! Berani sekali dia berbuat seperti itu, ya sudah Ibu akan segera kesana, kamu tunggu ya!""Iya Bu, cepetan ya."Setelah telepon dimatikan,
"Bu! Kak Desi!" ucap Sinta mencoba memanggil Kakak dan Ibunya tersebut, namun nihil karena mereka berdua memang sedang tidak ada dirumah. Pada kemana sih nih orang-orang, kok sepi banget ni rumah," gumam Sinta.Saat Sinta hendak menuju kamarnya tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang melingkar di perutnya."Aw, siapa nih!" sentak Sinta sembari membalikkan badan hendak memukulkan tasnya pada orang itu."Eh jangan pukul, ini Aku sayang," ucap orang itu dengan menyilangkan tangannya di wajahnya."Mas Rian?" ucap Sinta."Iya ini Aku, udah jangan pukul.""Kamu apa-apaan, nanti kalau Kak Desi liat gimana.""Udah kamu tenang saja, Desi sama Ibu lagi pergi, makanya Aku berani meluk kamu.""Pergi? Pergi kemana?""Katanya sih ke kantor polisi.""Ha! Kantor polisi? Ngapain?""Tuh si Mirza ditangkap.""Kok bisa?""Mana Aku tau, udah gak usah hiraukan mereka, yang penting mumpung sekarang semuanya lagi gak ada, Aku mau minta jatah sama kamu," ucap Rian sembari tangannya bergerilya ke