Dan akhirnya drama pengejaran Mirza pun berakhir, Mirza tertangkap oleh polisi karena kasus prostitusi di tambah lagi sebelah kakinya yang tertembak membuat jalannya menjadi pincang."Halo, selamat siang, apa benar ini dengan Bu widya?" ucap seseorang yang ternyata adalah polisi dari seberang telepon."Ya benar. Ini siapa ya?""Kami dari kepolisian mau mengabarkan jika anak Ibu yang bernama Mirza sekarang ada di kantor polisi.""Apa! Anak saya ada di kantor polisi! Kamu jangan bercanda! Kamu mau nipu saya!" pekik Bu Widya."Maaf Bu, kami tidak bercanda, jika Ibu tidak percaya silahkan Ibu bicara sendiri dengan saudara Mirza."Lalu polisi tersebut memberikan teleponnya pada Mirza."Halo Bu, ini Mirza, Bu tolong Aku Bu, Aku tertangkap semalam, rupanya ini semua rencananya Riana, dia menjebakku Bu," ucap Mirza dari seberang telepon."Apa! Kurang ajar! Berani sekali dia berbuat seperti itu, ya sudah Ibu akan segera kesana, kamu tunggu ya!""Iya Bu, cepetan ya."Setelah telepon dimatikan,
"Bu! Kak Desi!" ucap Sinta mencoba memanggil Kakak dan Ibunya tersebut, namun nihil karena mereka berdua memang sedang tidak ada dirumah. Pada kemana sih nih orang-orang, kok sepi banget ni rumah," gumam Sinta.Saat Sinta hendak menuju kamarnya tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang melingkar di perutnya."Aw, siapa nih!" sentak Sinta sembari membalikkan badan hendak memukulkan tasnya pada orang itu."Eh jangan pukul, ini Aku sayang," ucap orang itu dengan menyilangkan tangannya di wajahnya."Mas Rian?" ucap Sinta."Iya ini Aku, udah jangan pukul.""Kamu apa-apaan, nanti kalau Kak Desi liat gimana.""Udah kamu tenang saja, Desi sama Ibu lagi pergi, makanya Aku berani meluk kamu.""Pergi? Pergi kemana?""Katanya sih ke kantor polisi.""Ha! Kantor polisi? Ngapain?""Tuh si Mirza ditangkap.""Kok bisa?""Mana Aku tau, udah gak usah hiraukan mereka, yang penting mumpung sekarang semuanya lagi gak ada, Aku mau minta jatah sama kamu," ucap Rian sembari tangannya bergerilya ke
"Kamu…," ucap Bu Widya dan Desi bersamaan."Lila," ucap Mirza, dirinya tidak percaya jika dalang dibalik semua ini adalah Lila, dan Lila juga telah bersekongkol dengan Riana, tapi sejak kapan mereka bertemu dan membuat rencana ini dengan matang."Jadi kamu juga ikut terlibat dalam hal ini?" tanya Desi."Tepat sekali, bukankah ini hukuman yang pantas untuk Adikmu?""Bren*sek kau Lila, beraninya kau lakukan ini padaku!" hardik Mirza pada Lila, dirinya merasa tak terima karena telah dipermainkan oleh Lila dan Riana."Mana si Riana itu, kurang ajar, dia sudsb menjebak anakku, harusnya Riana lah yang dipenjara karena sudah menipu kami!" sentak Bu Widya."Ssst, tenanglah wahai calon mantan Ibu mertua, nikmati saja kehancuran kalian satu persatu, karena ini juga akibat dari ulah kalian sendiri," ucap Lila."Apa maksudmu calon mantan Ibu mertua?" tanya Mirza."Lho, kamu itu lupa atau pikun? Besok kan sidang perdana perceraian kita, sayang ya, kamu gak bisa datang besok, ups… kamu tenang saja,
"Untuk apa Aku mengada-ngada, Aku bukan manusia licik macam kalian, benalu tak tahu diri, sudah ditolong, diberi tempat tinggal yang layak dan kehidupan yang layak, justru Aku yang kalian singkirkan, manusia macam apa kalian ini! Ditambah lagi kalian semua bersekongkol untuk menjual Riana pada pria hidung belang diluar sana, apakah hati nurani kalian sudah mati ha!""Itu bukan urusanmu Lila, cepat bebaskan Adikku sekarang juga!" sentak Desi."Ogah, kan kamu bilang tadi katanya mau minta tolong sama suamimu yang kaya itu, dan itu juga kalau berhasil, kalau enggak, justru suamimu yang bisa kena pasal suap," ucap Lila sinis."O iya, Aku ingatkan kamu Kak Desi, jika suamimu dan Riana saat ini sudah tidak berhubungan, bukan berarti suami tidak memiliki wil diluaran sana, berhati-hatilah, siapa tau orang terdekatmu yang sudah menghianatimu, cerna ucapanku, dan berfikirlah, karena kalau tidak kau pasti akan sangat menyesal," ucap Lila sebelum akhirnya pergi meninggalkan Bu Widya, Mirza dan D
Rian tergesa-gesa memakai pakaiannya, karena sangking paniknya Rian lupa untuk memakai celana dalamnya dan tertinggal di kamar Sinta.Perlahan Rian mengendap-endap keluar dari kamar Sinta, beruntungnya kamar Sinta ada di pojok dekat dengan dapur, dan dengan cepat Rian berjalan berjingkat menuju dapur dan masuk kedalam kamar mandi yang ada di sebelah dapur.Setelah sampai didalam kamar mandi, Rian mengusap pelan dadanya, ia berusaha menenangkan dadanya yang berdetak kencang lantaran jantungnya baru saja selesai senam.Setelah dirasa cukup, Rian pun keluar dari kamar mandi dan menemui Desi yang masih mencarinya."Dek," ucap Rian dari belakang Desi."Mas, kamu dari mana saja?" "Ooo Mas tadi dari kamar mandi, abis buang air.""Kok kamu keringetan gitu Mas? Terus mukamu pucat? Kamu sakit?""Ah, itu, enggak kok. mas gak papa, dikamar mandi kan gak ada kipasnya jadi panas, dan Mas berkeringat, iya begitu, hehehe," ucap Rian salah tingkah."Lho Mas, kamu kok gak pake celana dalam ya, iiih it
Efendi yang mendapat tatapan seperti itu oleh Riana, membuat dadanya berdesir, ada rasa yang tak biasa yang ia rasakan, entah perasaan apa itu, karena sebelumnya ia tidak pernah merasakannya."Mas?" ucapan Riana membuat lamunan Efendi akan perasaannya buyar."Eh, iya, maaf. Jadi kamu mau pulang sekarang atau besok?""Aku bingung, jika pun besok dengan pakaian seperti ini tentu tidak mungkin.""Yasudah gini saja, biar Aku antar kamu pulang, kamu tinggal dimana?""Aku tinggal di mess karyawan di restorannya Mbak Lila.""Oo kamu tinggal disana?""Iya, karena Aku juga bekerja disana.""Yasudah ayo Aku antar, Aku juga sekalian mau pulang.""Tapi apa nggak ngerepotin Mas?""Enggak, kan sekalian mau pulang juga, gak mungkin Aku biarkan kamu disini sendirian, ntar kalau ada yang jahatin kamu gimana?""Yaudah Aku mau pulang sekarang."Efendi dan Riana berjalan menyusuri lorong hotel menuju lobi, selama berjalan disebelah Riana, Efendi mencuri-curi pandangan pada Riana, sedikit ada rasa tidak r
"Baik Pak, nanti saya sampaikan sama Bu Lila.""Terimakasih ya, saya permisi.""Silahkan Pak."Azka pun beranjak, dirinya sedikit kecewa karena tidak mendapati Lila.Tapi saat Azka baru saja sampai di pintu, tiba-tiba dirinya tertabrak oleh seorang wanita yang berjalan menuju restoran, hingga membuat dirinya terjatuh."Aduh, kalau jalan liat-liat dong," ketus Azka,yang mencoba bangun."Eh, maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap wanita itu.Tapi saat Azka berdiri, dan perempuan itu menatap wajah Azka, wanita itu terpana oleh ketampanan Azka."Makanya kalau jalan tuh pake mata, biar gak sembarangan nabrak orang.""Iya maaf saya gak sengaja, apa ada yang terluka? Biar saya obati.""Gak usah, gak perlu, ingat ya lain kali hati-hati!" ketus Azka sembari meninggalkan wanita itu."Galak banget, tapi ganteng sih," gumam si wanita."Mbak, minta menu, saya mau pesan!" ucap Wanita itu pada salah satu karyawan.Karyawan yang ternyata Riana itu pun bergegas menghampiri wanita tersebut sembari membaw
"Uhuk, uhuk, uhuk," Sinta terbatuk karena lehernya terasa sakit, dan ia mencoba menghirup oksigen banyak-banyak dari hidung dan mulutnya."Sudah Ri, lepaskan dia, jangan kau kotori tanganmu dengan menyakitinya," ucap orang itu yang ternyata adalah Lila."Kau, kau beritahu anak buahmu ini untuk berbuat sopan," ucap Sinta sinis dengan terbata karena masih merasakan sakit di lehernya."Aku sangat tahu bagaimana Riana dan bagaimana kau, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api, dan apinya itu adalah kau, masih untuk aku datang dan menyelamatkanmu, karena sedikit saja aku terlambat, kamu bisa mati kehabisan napas," ucal Lila tajam."Beraninya kau menceramahiku, memangnya kau siapa!" hardik Sinta sembari mengangkat tangannya hendak menampar Lila, tapi belum sempat tangan Sinta mendarat di wajah Lila, tiba-tiba saja tangan seseorang mencekalnya, dia adalah Azka.Sinta, lila, Riana dan semua yang ada diana menoleh ke arah Azka."K, kau? Kau laki-laki yang kutabrak tadi kan?" ucap Sinta terk
"Oh iya, Ibu sampai lupa soal itu, karena kebetulan orangtua Rian juga sudah gak ada jadi harusnya memang Desi yang dapat.""Nah alasan kenapa gak dari kemarin-kemarin mereka berikan ini sama kalian, karena mereka mengira Kak Desi juga ikut meninggal dalam musibah kebakaran itu, sementara mereka taunya kalau orangtua Rian pun sudah tidak ada.""Lalu bagaimana bisa kamu tahu dan yakin jika dana itu akan diberikan pada kami sebagai wakil dari Kak Desi? ""Sebelumnya aku memang ke kantor Mas Rian, dan memperbincangkan masalah ini, dan alhamdulilahnya ternyata mereka juga mencari keluarga dari Mas Rian, yah jadi mereka minta aku sampaikan ke kalian masalah ini, jadi besok kalian bisa ke kantor mas Rian untuk mengurus masalah ini. ""Tapi Lila, surat nikah, kartu keluarga dan dokumen lainnya kan ikut terbakar di rumah Kak Desi. ""Kalian tenang saja. Kan mereka pasti menyimpan datanya
Sinta dan Bu Widya saling tatap mendengar ucapan Lila."Kalau Ibu tidak keliling bagaimana kami mau makan Lila, penghasilan kami hanya dari berkeliling itu.""Ibu tenang saja, kami sudah menyiapkan warung untuk Ibu dan juga Sinta berjualan, letak warungnya di ruko depan sana, di sana lebih strategis tempatnya, jadi kalian bisa berjualan sekalian tinggal disana, nanti kalian tambah saja di menu jualan kalian, seperti gorengan, berbagai macam es, dan menu sarapan lainnya, dan kurasa pasti laku karena ruko yang ku pilih tempatnya selain strategis juga ramai. " jelas Lila."Ya Allah Lila, terimakasih banyak, Ibu dan Sinta sangat berhutang budi pada kalian, sekali lagi terimakasih. " Riana, Lila, Sinta dan juga Bu Widya pun saling berpelukan."Assalamualaikum, " ucap Lila memberikan salam saat berada di muka pintu warung mantan mertuanya.Sudah Tiga bulan, Bu Widya d
"Iya boleh, silahkan.""Ibu ayo bangun, ngobrolnya didalam saja, gak enak juga diliat tetangga. "Dan benar saja, sudah ada beberapa tetangga yang melihat Bu Widya bersimpuh di kaki Lila dengan tatapan heran.Lila, Azka, Riana, Bu Widya dan juga Sinta akhirnya masuk kedalam rumah mungil itu."Maaf sebelumnya kenalkan ini Mas Azka, dia suamiku, kami baru saja menikah Tiga bulan yang lalu, dan tentunya kalian pasti heran kami bisa tau tempat tinggal kalian dan kedatangan kami yang secara tiba-tiba."Sinta dan Bu Widya masih terdiam, menyimak apa yang diucapkan oleh Lila."Sebetulnya sudah lama aku ingin menemui kalian, tapi sayang aku baru tau kalian disini setelah aku mencari-cari info tentang kalian, dan aku turut prihatin atas apa yang terjadi pada Kak Desi dan juga Rian. "Sinta dan Bu Widya saling bertatapan, ya, mere
"Bukankah itu sudah tugas kita pada sesamanya untuk saling memaafkan, Tuhan saja maha pemaaf, lalu apalah hak ku yang hanya seorang hambanya untuk tidak memaafkan kesalahan mereka, o iya Mas, boleh aku minta sesuatu padamu? ""Boleh dong sayang, katakan saja apa yang kamu inginkan. ""Tolong cari tahu tentang keadaan keluarga mantan suamiku, soalnya aku punya firasat yang tidak mengenakkan, bisa gak Mas? ""Bisa dong, apa sih yang gak buat kamu. ""Makasih ya Mas. ""Iya sama-sama sayang, secepatnya aku akan kasih kamu kabar. Sekarang kita turun yuk gak enak sudah di tunggu Mama sama Papa dibawah. ""Yaudah yuk Mas. "Lila dan Azka pun beranjak dari tempatnya dan menuju dimana Mama dan Papa mereka berada.****Dua bulan berlalu setelah Lila meminta tolong pada suaminya untuk mencari tahu keb
Setelah berhasil lepas, beberapa orang langsung menyergap Desi dan mengikatnya, Desi meronta meminta untuk dilepaskan.Cacian dan makian tak henti-hentinya ia lontarkan terutama pada Lila, dendam dan benci yang teramat dalam membuat Desi kehilangan setengah dari kewarasannya.Setelah petugas datang akhirnya Desi pum di bawa untuk diamankan."Kamu gak papa sayang? ""Alhamdulilah enggak Mas, aku gak pernah nyangka jika Kak Desi kehidupannya akan menjadi seperti ini, setelah resmi bercerai dari adiknya aku sama sekali gak pernah berhubungan dengan mereka," ucap Lila dengan wajah sendu meskipun Desi dan keluarganya pernah menyakitinya tapi betapa Lila tidak tega jika harus melihat kondisi mantan iparnya menjadi seperti itu."Ya Sudah mungkin itu karma atas perbuatan jahat mereka padamu, mending sekarang kita pulang, Mama dan Papa sudah menunggu kita dirumah."
"Gak tau sayang mungkin saja ada perbaikan jalan, coba biar Mas aku cek dulu ke depan sana. ""Aku ikut Mas, ""Kamu disini aja, nanti capek lho, ke depan sana jauh. ""Gak papa, aku malas nunggu sendirian di mobil.""Yasudah ayo, tapi mobilnya aku parkirin dulu di depan situ ya," ucap Azka sembari menunjuk halaman luas di depannya."Iya tapi izin dulu sama pemiliknya. ""Oke. "Setelah Azka dan Lil memarkirkan mobil mereka, keduanya pun berjalan untuk melihat apa penyebab kemacetan sore itu."Kalian semua bren*sek, gak ada yang bisa merebut hati suamiku selain aku! Cuma aku yang bisa memiliki nya cuma aku, hahahahaha! "Samar-samar Lila dan Azka mendengar suara caci maki keributan di depan sana."Ada apa sih Mas? ""Gak tau, coba kita ta
"Bu, Sinta mohon jangan larang Sinta, Sinta mau berbakti sama Ibu walaupun gak seberapa, ya Bu jangan larang Sinta. ""Ya Sudah terserah kamu saja, tapi Ibu gak mau kamu terlalu capek. ""Iya Ibu tenang saja, insyaallah aku gak akan kenapa-napa. " lalu Sinta dan Bu Widya pun saling berpelukan.*****"Orang gila, orang gila, orang gila, " suara sorak anak-anak mengiringi langkah kaki Desi yang terseok."Aku bukan orang gila! Pergi kalian! " hardik Desi menatap murka pada segerombolan anak-anak itu."Orang gilanya ngamuk woi, kabuuurrrrr!" seru segerombolan anak-anak itu melarikan diri.Empat bulan setelah kejadian kebakaran itu Desi harus merelakan sebelah kakinya diamputasi, karena kaki Desi yang tertimpa bara dari kayu rangka atap rumah Desi tidak bisa diselamatkan lagi. Ditambah lagi Desi harus kehi
Sinta dan Bu Widya memang sebenarnya terpaksa berbelanja di warung Bu Sanah, karena hanya warung Bu Sanah yang mau menjual eceran pada mereka, sedangkan warung lain jika membeli beras minimal Satu kilo tidak boleh kurang sedangkan uang Bu Widya dari hasil berjualan nasi pecel dan gorengan tidak mencukupinya.Setelah menerima uang dari Bu Widya. Sinta pun berlalu dan menuju warung Bu Sanah untuk membeli beras dan seperempat telur."Bu beli beras sekilo sama telur seperempat, " ucap Sinta saat dirinya sampai di warung Bu sanah."Tumben beli banyak Sin, biasanya juga beras setengah kilo sama telur sebiji doang, " ujar Bu Sanah dengan bibir tersungging sinis."Iya Bu, alhamdulillah Ibu saya jualannya hari ini sedang laris jadi bisa bawa pulang uang yang lumayan. ""Makanya Sin, jadi perempuan itu kudu cekatan, kudu mandiri kudi bisa kerja, jangan ngandelin ora
"Bagaimana saksi, sah? " tanya penghulu pada para saksi."Sah. ""Sah. ""Sah. ""Sah. ""Alhamdulilah, " ucap semua para tamu undangan.Setelahnya Lila pum mencium takzim tangan Azka yang kini sudah menjadi suaminya.Ya, hari ini adalah hari pernikahan antara Azka dan juga Lila, Azka merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita mandiri, kuat, cantik dan sederhana seperti Lila, tidak seperti kebanyakan para wanita yang sebelum-sebelumnya yang mengejarnya.