Rian tergesa-gesa memakai pakaiannya, karena sangking paniknya Rian lupa untuk memakai celana dalamnya dan tertinggal di kamar Sinta.Perlahan Rian mengendap-endap keluar dari kamar Sinta, beruntungnya kamar Sinta ada di pojok dekat dengan dapur, dan dengan cepat Rian berjalan berjingkat menuju dapur dan masuk kedalam kamar mandi yang ada di sebelah dapur.Setelah sampai didalam kamar mandi, Rian mengusap pelan dadanya, ia berusaha menenangkan dadanya yang berdetak kencang lantaran jantungnya baru saja selesai senam.Setelah dirasa cukup, Rian pun keluar dari kamar mandi dan menemui Desi yang masih mencarinya."Dek," ucap Rian dari belakang Desi."Mas, kamu dari mana saja?" "Ooo Mas tadi dari kamar mandi, abis buang air.""Kok kamu keringetan gitu Mas? Terus mukamu pucat? Kamu sakit?""Ah, itu, enggak kok. mas gak papa, dikamar mandi kan gak ada kipasnya jadi panas, dan Mas berkeringat, iya begitu, hehehe," ucap Rian salah tingkah."Lho Mas, kamu kok gak pake celana dalam ya, iiih it
Efendi yang mendapat tatapan seperti itu oleh Riana, membuat dadanya berdesir, ada rasa yang tak biasa yang ia rasakan, entah perasaan apa itu, karena sebelumnya ia tidak pernah merasakannya."Mas?" ucapan Riana membuat lamunan Efendi akan perasaannya buyar."Eh, iya, maaf. Jadi kamu mau pulang sekarang atau besok?""Aku bingung, jika pun besok dengan pakaian seperti ini tentu tidak mungkin.""Yasudah gini saja, biar Aku antar kamu pulang, kamu tinggal dimana?""Aku tinggal di mess karyawan di restorannya Mbak Lila.""Oo kamu tinggal disana?""Iya, karena Aku juga bekerja disana.""Yasudah ayo Aku antar, Aku juga sekalian mau pulang.""Tapi apa nggak ngerepotin Mas?""Enggak, kan sekalian mau pulang juga, gak mungkin Aku biarkan kamu disini sendirian, ntar kalau ada yang jahatin kamu gimana?""Yaudah Aku mau pulang sekarang."Efendi dan Riana berjalan menyusuri lorong hotel menuju lobi, selama berjalan disebelah Riana, Efendi mencuri-curi pandangan pada Riana, sedikit ada rasa tidak r
"Baik Pak, nanti saya sampaikan sama Bu Lila.""Terimakasih ya, saya permisi.""Silahkan Pak."Azka pun beranjak, dirinya sedikit kecewa karena tidak mendapati Lila.Tapi saat Azka baru saja sampai di pintu, tiba-tiba dirinya tertabrak oleh seorang wanita yang berjalan menuju restoran, hingga membuat dirinya terjatuh."Aduh, kalau jalan liat-liat dong," ketus Azka,yang mencoba bangun."Eh, maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap wanita itu.Tapi saat Azka berdiri, dan perempuan itu menatap wajah Azka, wanita itu terpana oleh ketampanan Azka."Makanya kalau jalan tuh pake mata, biar gak sembarangan nabrak orang.""Iya maaf saya gak sengaja, apa ada yang terluka? Biar saya obati.""Gak usah, gak perlu, ingat ya lain kali hati-hati!" ketus Azka sembari meninggalkan wanita itu."Galak banget, tapi ganteng sih," gumam si wanita."Mbak, minta menu, saya mau pesan!" ucap Wanita itu pada salah satu karyawan.Karyawan yang ternyata Riana itu pun bergegas menghampiri wanita tersebut sembari membaw
"Uhuk, uhuk, uhuk," Sinta terbatuk karena lehernya terasa sakit, dan ia mencoba menghirup oksigen banyak-banyak dari hidung dan mulutnya."Sudah Ri, lepaskan dia, jangan kau kotori tanganmu dengan menyakitinya," ucap orang itu yang ternyata adalah Lila."Kau, kau beritahu anak buahmu ini untuk berbuat sopan," ucap Sinta sinis dengan terbata karena masih merasakan sakit di lehernya."Aku sangat tahu bagaimana Riana dan bagaimana kau, tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api, dan apinya itu adalah kau, masih untuk aku datang dan menyelamatkanmu, karena sedikit saja aku terlambat, kamu bisa mati kehabisan napas," ucal Lila tajam."Beraninya kau menceramahiku, memangnya kau siapa!" hardik Sinta sembari mengangkat tangannya hendak menampar Lila, tapi belum sempat tangan Sinta mendarat di wajah Lila, tiba-tiba saja tangan seseorang mencekalnya, dia adalah Azka.Sinta, lila, Riana dan semua yang ada diana menoleh ke arah Azka."K, kau? Kau laki-laki yang kutabrak tadi kan?" ucap Sinta terk
"Kau tidak apa-apa Ri?" tanya Lila pada Riana saat Sinta sudah tidak ada."Aku gak apa Mbak, tenang aja," jawab Riana sembari tersenyum."Yaudah kamu boleh kembali bekerja.""Iya mbak."Setelahnya Riana dan para karyawan kembali ke pekerjaan mereka masing-masing, karena para pelanggan restoran sudah mulai berdatangan.Lila menghela nafas kasar, untuk sedikit menghilangkan penat di dadanya, saat Lila hendak meninggalkan tempatnya berdiri tiba-tiba Azka memegang tangan Lila, seketika itu juga Lila menoleh ke arah Azka."Mas Azka?""Apa kau lupa denganku yang masih ada disini?" ucap Azka dengan tatapan tajam."Ya ampun Mas Azka, maafkan aku, aku lupa kalau kau masih ada disini.""Apakah menurutmu aku ini tidak penting hingga kau tak menghiraukanku?""Tidak Mas, bukan begitu, aku sungguh lupa," ucap Lila menundukkan wajahnya karena merasa bersalah sudah mengacuhkan Azka."Hei, kenapa sedih? Maaf ya, aku hanya bercanda kok, hahahaha," tawa Azka."Ish, Mas Azka nih, aku lagi capek malah dit
"Maaf ini siapa ya? Soalnya nomornya gak ada namanya di sini.?"Ah iya maaf Aku lupa kalau kamu pasti belum punya nomorku dan tentunya sudah lupa denganku, Aku Efendi.""Oo Mas Efendi, kok kamu bisa punya nomorku?""Apa kau lupa kalau aku ini seorang Polisi, jadi mudah saja Aku mendapatkan nomormu.""Oh iya, ya hehehe, hmmm ngomong-ngomong ada apa Mas?""Jadi gini, Aku ada perlu denganmu mengenai kasus nya si Mirza, kamu kan disini sebagai saksi jadi Aku ada beberapa pertanyaan yang harus kamu jawab.""Oh gitu, baiklah aku akan ke kantor Polisi sekarang.""Emm tidak usah ke kantor, kita ketemyan saja di luar biar nanti aku bawakan berkasnya sekalian, jadi biar gak terlalu tegang banget gitu suasananya, gimana?""Oke baiklah, dimana kita mau bertemu? Oh atau kamu ke restoran Mbak Lila saja, Aku kan kerja disini.""Emmm aku tidak enak kalau di sana, baiknya kita cari tempat lain saja, gimana, kira-kira kamu bisa gak?""Oh gitu, baiklah, biar aku izin dulu sama Mbak Lila.""Yasudah Aku t
"Gitu dong, dari tadi napa," ucap Sinta sumringah sembari menyodorkan tangannya ke leher Rian.Rian pun menggendong Sinta di depan dadanya, ia membawa Sinta hingga sampai ke dalam kamar, karena sangking terburu nafsu, hingga Rian maupun Sinta lupa untuk mengunci pintu kamar mereka.Dan tanpa mereka sadari jika sedari awal mereka datang sudah ada yang mengintai mereka berdua.[Lapor Pak, target sudah masuk kedalam kamar] tulis pesan mata-mata ini pada seseorang yang memerintahkannya.[Apakah kalian bisa lebih mendekat agar aktifitas intim mereka bisa terekam?][Oh bisa Pak, kebetulan ini pintu kamar mereka tidak di kunci][Bagus, segera rekam mereka dan setelahnya segera kirim ke Aku, tenang saja kalau berhasil Aku akan beri uang lebih untuk kalian][Baik Pak, segera saya lakukan]"Sinta, Sinta, kali ini kamu akan hancur, sehancur-hancurnya, sama seperti saat kau menghancurkan hidupku," gumam seseorang itu sembari menyeringai.Flashback on"Aku minta kita akhiri saja hubungan ini," uca
Sembari memainkan gawainya, sudah lama dirinya tak membuka sosmed, hingga ia pun memutuskan untuk membuka akun miliknya di aplikasi dengan logo f tersebut.Desi melihat-lihat berandanya sembari tersenyum karena banyak hal lucu yang ada disana, hingga pada akhirnya mata Desi seakan ingin melonjak keluar saat melihat sebuah berita beserta video yang lewat di berandanya."Ini kan Sinta? Sama siapa dia?" ucap Desi sembari memperhatikan gawainya.Telah terjadi skandal anggota PNS dengan seorang perempuan yang diduga selingkuhannyaBegitulah kira-kira judul berita tersebut."Siapa sih pemeran laki-laki nya, kok samar begini, aku kan jadi kepo, duh Sinta kenapa kamu bodoh banget sih, sampai jadi berita trending begini" gumam Desi.Desi berusaha mencari tahu siapa pemeran pria yang ada di video bersama Sinta tersebut, saat Desi men scroll beberapa foto yang juga dilampirkan disana Desi terpekik dan terkejut setengah mati saat ia tahu jika pria tersebut adalah suaminya, Rian."Mas Rian!" pekik