Share

Bab 2

last update Last Updated: 2022-07-20 12:29:21

Samar-samar terdengar azan subuh berkumandang. Aku menyibak selimut yang menempel di tubuh. Aku menoleh ke samping. Tak kulihat keberadaan Mas Bayu. Mungkin sedang di kamar mandi karena pintu kamar mandi masih tertutup rapat. 

Aku menggeser tubuh pelan. Takut Ali terbangun karena ranjang yang sedikit bergoyang. Sebenarnya ada box bayi dalam kamar. Namun putra bungsuku tak bisa tidur nyaman jika di letakkan di sana. Entah karena apa aku juga tidak tahu. 

Aku berjalan seraya mengikat rambut sekenanya. Lalu berhenti tepat saat Mas Bayu membuka pintu. Suamiku keluar hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Bahkan air masih membasahi dada bidangnya. 

Dulu pemandangan ini selalu membuatku bergetar. Namun tidak sekarang. Entah karena apa aku juga tidak tahu. 

"Mas tunggu, ya, kita shalat berjamaah." Aku mengangguk lalu segera masuk ke kamar mandi. 

Guyuran air dingin mampu membuka mata yang masih mengantuk. Semalam Ali terbangun sampai tiga kali. Dan hanya aku yang terbangun. Sementara Mas Bayu terlelap di samping Ali. Suamiku bahkan tak mendengar rengekan putra kecil kami. Dia selalu begitu, menyebalkan. 

Setelah wudu aku buka pintu kamar mandi. Mas Bayu sudah menungguku dengan koko dan sarung yang menempel di tubuhnya. Dia tampak berkharisma jika memakai pakaian muslim seperti itu. Penampilan itu yang dulu membuatku langsung jatuh cinta. 

Segera aku memakai mukena dan berdiri di belakang suamiku. 

"Allahu Akbar...."

Aku mengikuti setiap gerakan shalat yang diimami  Mas Bayu. Suara Mas Bayu begitu merdu kala melantunkan ayat suci. Seketika dadaku bergetar. Rasa bersalah lagi-lagi hadir dalam diri. Aku salah telah menolak keinginan suamiku semalam. Malaikat pasti murka dengan istri yang menolak keinginan suami. Meski secara halus. 

"Assalamu'alaikum Warahmatullah  ...." 

Bulir bening akhirnya jatuh membasahi pipi. Perasaan gundah kian memenuhi isi kepalaku. Benarkan permintaanku itu? 

Semua orang pasti memintaku mempekerjakan babysitter. Namun aku tidak mau. Cukup trauma di masa lalu, jangan sampai anak dan cucuku mengalami hal yang sama. Cukup aku saja. 

"Lho, sayang. Kenapa menangis?" tanya Mas Bayu lembut seraya menghapus jejak air mata dengan kedua tangannya. 

“Ma-maafkan aku, Mas. Aku ... aku ....”

“Tak apa, kamu kelelahan menjaga anak-anak seharian. Mas yang harusnya minta maaf karena selalu merepotkan kamu setiap hari."

Aku mengangguk. Tak ada lagi kata yang mampu keluar. Sejujurnya hatiku terbelenggu dengan perasaan lelah, bersalah dan kebingungan. 

*** 

Oweek ... oweek ....

Aku segera berlari menuju ruang makan. Kuletakkan begitu saja potongan sayur di atas meja. Ali kutidurkan di stroller saat aku memasak. Sengaja kulakukan agar aku bisa memasak sambil mengawasi si kecil. Maklum aku tak memiliki babysitter,atau lebih tepatnya aku tak mau memakai jasa pengasuh bayi. 

Bukan ... bukan karena aku takut dengan rumor pengasuh menjadi selingkuh suami. Seperti kejadian yang sempat viral di media sosial. Namun rasa trauma yang membuatku kekeh tak mau memakai jasa pengasuh bayi itu.

Aku gendong jagoan kecilku. Aku elus punggungnya pelan-pelan. Namun Ali tetap saja menangis. Segera aku bawa Ali masuk kamar, menidurkan tubuhnya di atas ranjang. Aku beri dia ASI. Tapi Ali tetap saja tak mau.  Putra bungsuku kian menangis kencang. Hingga aku bingung harus bagaimana?

Suara tangis Ali mulai mereda hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Aku ikut merebahkan tubuh di samping putraku. Aku tak tega membiarkannya sendirian. Takut dia kembali menangis saat aku memasak. Biarkan tugas memasak Bi Leha yang menggantikan.

Jarum jam sudah menunjukkan angka lima. Azha dan Alma sudah selesai kumandikan. Mereka tengah menonton televisi ditemani Bi Leha. Sementara aku dan Ali sudah duduk di teras sambil menunggu kedatangan Mas Bayu. 

“Ya Allah, Mas Bayu kenapa kamu lama sekali?” batinku kesal. 

Tak berapa lama sebuah mobil hitam masuk ke  halaman rumah. Tentu saja itu mobil Mas Bayu. Dengan cepat aku masuk e dalam mobil. Mas Bayu melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Maklum ini jam ramainya  lalu lintas.

“Sejak kapan Ali panas,Nin?” tanya Mas Bayu dengan mata fokus ke depan.

“Mulai panas saat aku telepon kamu,Mas. Tapi rewelnya sudah sejak pagi. Aku sampai tak bisa ngapa-ngapain.”

“Semoga hanya panas biasa, Nin.” Aku mengangguk. Dan berharap begitu.

Setelah sampai di rumah sakit,aku dan Mas Bayu segera membawa masuk Ali.  Tak berapa lama dokter memeriksa keadaan putra kami. 

“Tidak apa-apa ,Bu,Pak. Adik kecil hanya demam biasa. Apa di rumah ada yang sedang pilek?” tanya dokter itu  ramah.

“Kakaknya batuk pilek,Dok.”

“Kakaknya gemes sama adik,ya? Jadi cium-cium terus.” Dokter itu mengelus pipi cabi Ali.

“Tapi tidak apaa-apa kan,Dok?”

“Saya akan resepkan obat. sering diberi ASI,ya,Bu. Takut dehidrasi.” 

“Baik,Dok.”

Sebenarnya ini bukan yang pertama kali melihat anak sakit. Namun tetap saja rasa khawatir dan panik selalu hadir.

*** 

Aku menggendong Ali sambil bernyanyi lagu anak-anak.Perlahan mata Ali terpejam. Kutunggu beberapa saat hingga akhirnya putra kecilku tidur pulas dalam gendongan. Dengan hati-hati kutiduran Ali di atas ranjang. Aku ikut merebahkan tubuh di samping Ali. Rasa kantuk mulai menyerang. Mataku kembali terbuka kala pintu kamar di buka. 

Mas Bayu berjalan mendekat ke arahku. Perasaanku mendadak tak enak. Aku takut Mas Bayu meminta haknya di saat tubuh dan ragaku merasa lelah. 

Ya Allah, aku salah jika berburuk sangka pada suamiku. Bukankah ini adalah kewajibanku? 

“Ali sudah tidur, Dek?” bisik Mas Bayu di telingaku.

“Sudah,Mas. Baru saja aku tidurkan.”

Mas Bayu kembali mengutarakan keinginannya. Aku menghembuskan napas kasar. Ya Allah ... badanku saja sudah capek, apa tidak bisa besok saja?

"Aku... Ca...." Belum sempat aku melanjutkan kalimat, Mas Bayu mengekspresikan keinginannya. 

Kali ini aku merasa tersiksa. Aku lelah hati dan juga raga. 

Salahkah perasaan ini Ya Robb? Salahkan jika aku menolak keinginan suamiku. Meski aku tahu dosa menolak permintaan suami. 

Bagaimana jika kalian menjadi Hanin? Apa yang akan kalian lakukan? 

Jangan lupa tinggalkan jejak. Like dan komentar. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Asrinda 24
gak sanggup juga klw sampai segitunya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Nasihat Bi Leha

    Aku duduk di kursi makan sambil menggendong Ali. Sejak bangun tidur hingga sekarang putra bungsuku tidak mau ditidurkan di kasur atau stroller. Dia selalu minta gendong. Mungkin karena badannya masih tak enak hingga ia selalu saja rewel. Untung Alma sudah kumandikan sebelum Ali terbangun. Kalau tidak pasti akan terjadi drama di pagi hari. Merawat anak tanpa babysitter tidaklah mudah. Apa lagi jarak anak yang terbilang dekat. Aku harus ekstra sabar dalam menghadapi ketiga anakku. Tak jarang mereka terkena omelan saat tubuh ini terasa lelah. Namun setelah itu aku akan merasa menyesal. “Alma makan sendiri,ya,” bujukku pada putri keduaku. Namun dia justru menggelengkan kepala. “Mau disuapin Bunda,” rengeknya sambil bergelayut di tangan kananku. “Sama Bi Leha, ya, Non,” rayu asisten rumah tanggaku lagi. “Gak mau ... ya, gak mau! Alma mau sama Bunda,” rengek Alma dengan mata berkaca-kaca. Aku menghembuskan napas perlahan seraya menetralisir rasa kesal yang tiba- tiba hadir. Aku tau Al

    Last Updated : 2022-07-20
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Kejujuran Hanin

    Aku terbangun saat mendengar ponsel menjerit-jerit berulang kali. Dengan cepat kuambil benda pipih yang ada di atas nakas lalu menggeser gambar telepon berwarna hijau ke atas. “Assalamualaikum,” salamku sambil mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya kembali. “Wa’alaikumsalam. Bu Hanin sudah sampai mana? Alma sudah menunggu dari tadi,” ucap Ustadzah Fatimah dari sambungan telepon. “Astagfirulloh,maaf Ustadzah saya ketiduran. Tolong jaga Alma sebentar,saya akan segera ke sana.” Sambungan telepon segera kumatikan setelah mengucapkan salam. Dengan hati-hati kusambar outer hitam dan hijab lalu keluar kamar. Aku tak ingin membangunkan Ali yang masih terlelap. Akan timbul masalah besar jika Ali sampai terbangun. Bisa-bisa aku akan semakin terlambat menjemput Alma. Mobil kulajukan perlahan hingga keluar gerbang, setelah itu kecepatannya kunaikkan. Jiwa pembalapku mendadak muncul disaat-saat seperti ini. Apa seperti ini seorang ibu yang terlambat menjemput anaknya di sekolah? Mobil m

    Last Updated : 2022-07-20
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Jujur Pada Mama

    Pov Bayu Astagfirullah.... Berulang kali aku beristighfar dalam hati. Aku masih tak menyangka Hanin memiliki ide gila itu. Bagaimana bisa dia memintaku menikah lagi. Bagaimana bisa? Ya Allah .... Sudah dua hari kami saling diam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut masing-masing. Kami bagai orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Kehangatan yang selalu ada seakan hilang. Memang benar kata orang istri pewarna keluarga dan marahnya istri adalah bencana. Namun bukannya aku yang marah di sini? Tapi kenapa terkesan aku yang salah? Ya Allah.... Apa aku suami yang tak peka? Hingga istriku lelah dan memintaku menikah lagi? Ali sudah terlelap di tengah-tengah ranjang kami. Dia bagai pembatas antara aku dan Hanin. Setelah selesai menyusui putra bungsu kami, ia segera membalikkan badan, memunggungiku. Hanin benar-benar marah padaku. Jarum jam sudah menunjukkan angka sebelas, aku masih duduk di sofa sambil memikirkan perkataan Hanin. Sejatinya poligami diperbolehkan, tapi suami ha

    Last Updated : 2022-07-20
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Tanggapan Mama

    "Sebenarnya ada yang ingin Hanin bicarakan, Ma," ucap Mas Bayu. Aku tatap tajam suamiku. Seketika perasaanku tak enak. Kukira Mas Bayu mengajak kemari untuk silahturahmi dengan Mama dan Raffi. Namun nyatanya ada udang dibalik batu. "Apa itu, Nak? Sepertinya sangat penting." "Em ... Itu, Ma," ucapku terbata, aku bingung harus menjawab apa? "Hanin memintaku menikah lagi, Ma!" ucap Mas Bayu membuatku melotot. "Apa!" Aku telan saliva dengan susah payah. Tatapan mama membuatku bergidik ngeri. Apa yang harus kukatakan pada mertuaku? Seharusnya Mas Bayu cerita terlebih dulu padaku, bukan langsung memintaku menjelaskan pokok permasalahan kepada Mama. “Nuri! Nuri!” teriak Mama memanggil asisten rumah tangganya. Tak berapa lama Mbak Nuri masuk dengan napas ngos-ngosan,terlihat jelas ia berlari menuju kemari. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanyanya dengan napas tersengal. “Tolong jaga Ali sebentar,” ucap Mama seraya menyerahkan Ali ke dalam gendongan Mbak Nuri. Dengan cepat w

    Last Updated : 2022-08-03
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Lelah

    Aku memperhatikan dua wanita yang kini duduk di hadapanku. Dina dan Lana, dua kakak beradik yang akan menjadi asisten rumah tangga di rumah ini. Masih muda, Dina seusiaku sedang Lana selisih empat tahun dari Dina. Mas Bayu mendapatkan mereka dari sebuah yayasan penyalur jasa asisten rumah tangga ternama di kota ini. Sebenarnya aku hanya meminta satu asisten rumah tangga saja. Namun suamiku justru mengambil dua sekaligus. Entah kenapa dia begitu. Dina sendiri sudah berkeluarga sementara Lana masih lajang. Mereka berdua hanya tamatan SMA. Aku sendiri tak terlalu memperdulikan pendidikan. Bagiku yang terpenting mereka memiliki attitude yang baik, jujur dan giat bekerja. Karena percuma pendidikan tinggi tapi tak memiliki akhlak yang baik. "Sudah berapa lama menjadi asisten rumah tangga?" tanyaku seraya menatap Dina dan Lana bergantian. "Saya sudah se...." "Sayang...," panggil Mas Bayu sambil berjalan ke arah kami. Kedatangan suamiku membuat ucapan Dina terhenti. Mereka berdua justru

    Last Updated : 2022-08-04
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Permintaan Seorang Sahabat

    Sudah satu bulan setelah kami memiliki asisten rumah tangga baru. Namun tak sedikit pun mengurangi rasa lelah yang mendera. Justru aku semakin kelelahan karena memenuhi kewajibanku. "Bu Hanin sudah bangun?" tanya Bi Leha saat aku keluar kamar sambil menggendong Ali. Dengan sigap wanita itu mengambil Ali dari gendonganku. Semenjak Mas Bayu selalu mengajakku begadang, aku jadi sering tidur setelah anak-anak berangkat sekolah. Rasa kantuk membuatku terlelap setelah menyusui Ali. Beruntung Bi Leha paham keadaanku. "Ibu terlihat pucat dan mengantuk, istirahat saja, Bu. Ali biar saya jaga," ucap Bi Leha kala melihat wajahku. Mata panda sudah tergambar jelas di wajahku. Itu semua karena Mas Bayu selalu meminta haknya hingga dini hari. Bahkan berat badanku turun satu kilo. Beruntung ASI-ku tak kering. "Sudah tidak mengantuk, Bi." "Jangan capek-cepek, Bu." Aku mengangguk lalu berjalan pelan menuruni anak tangga. "Mbak Dina!" panggilku lantang memanggil asisten rumah tangga kami. Tak but

    Last Updated : 2022-08-04
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Cari Perhatian

    "Menikahlah dengan suamiku, La." "Apa!!" teriak Syahla kencang. Seketika semua mata tertuju pada kami. "Pelankan suaramu!" ucapku sambil menatap tajam ke arahnya. "Iya maaf... Maaf." Sesaat kami diam, Syahla sibuk mencerna permintaanku. Sementara aku bingung harus merangkai kata. Permintaan itu keluar begitu saja dari mulut ini. Jika Mas Bayu mau menikah lagi, aku ingin mengenal istri keduanya dengan baik. Tentu ia juga harus sayang kepada ketiga anakku, dan Syahla memiliki kriteria itu. Lagi pula ia ingin suami seperti Mas Bayu bukan? Akan kukabulkan itu. "Apa kamu gak waras, Nin? Kamu memintaku menikah dengan suamimu?" ucapnya penuh penekanan. Netranya menatapku penuh selidik. "Kamu jangan bercanda, Nin. Pernikahan itu bukan untuk main-main apa lagi bahan guyonan!" Aku menghembuskan napas kasar lalu menatap lekat manik hitam miliknya. "Apa aku terlihat bercanda, La?" Syahla menatapku tajam lalu menggelengkan kepala. Persahabatan yang terjalin lama diantara kami membuat

    Last Updated : 2022-08-05
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Bayu dan Syahla

    Pov Bayu"Ide gila apa lagi, Nin!" ucapku frustasi. Aku tak habis pikir dengan permintaan Hanin. Entah setan apa yang merasuki istriku, hingga ia memintaku menikahi sahabatnya. Disaat wanita lain melarang suaminya menikah lagi, tapi dia justru memintanya. Ya Robb... Aku pikir setelah memberinya dua asisten rumah tangga, dia akan melupakan keinginannya itu. Namun aku salah, dia justru memintaku menghalalkan Syahla, teman yang sudah ia anggap saudara itu. "Aku ingin kamu menikah lagi, Mas. Dan Syahla calon adik madu yang baik untuk kita. Kamu sudah mengenalnya, anak-anak juga sudah tahu dia. Apa lagi yang kamu pikirkan," ucapnya pelan. Aku acak rambut kasar, frustasi. Aku sudah tak tahu harus bagaimana menolak permintaan Hanin. Aku lelah dan bosan dia memintaku menikah lagi. "Sudah, aku capek!" Kutinggalkan Hanin sambil menggendong Ali. Percuma berdebat dengan orang yang tak mau mengalah. Malam kian larut tapi rasa kantuk tak jua datang. Ucapan Hanin selalu terngiang-ngiang di te

    Last Updated : 2022-08-05

Latest chapter

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Ending season 1

    "Nisa," ucapku lirih. "Walailaikumsalam, sini duduk, Nis," jawaban Hanin membuat mereka tersentak. Terkejut atas kedatangan Nisa membuat kami lupa menjawab salam. Meski kami tahu wajib hukumnya. "Untuk apa kamu datang kemari, Nis? Gara-gara kamu Hanin jadi kehilangan anaknya."Mendadak wajah Nisa menjadi pias. Ucapan Mama bagai halilintar yang menyambar hingga ia terkapar tak sadarkan diri. "Nisa tak salah, Ma. Tanpa kehadiran Nisa, Natasya bisa berbuat nekat." Mama diam seketika. "Mbak Hanin sudah baik-baik saja?" Nisa mendekat lalu duduk di samping Hanin. Kedatangan Nisa disituasi seperti ini membuatku tidak tahu harus berbuat apa? Aku menjadi seba salah. Orang-orang yang hendak pergi justru kembali duduk dan berdiri di tempat masing-masing. Kedatangan Nisa bagai magnet yang menarik perhatian orang. "Aku baik-baik saja, Nis. Ini cewek atau cowok?" Hanin mengelus perut Hanin yang membukit. "Cowok, Mbak, seperti Kak Azha dan Kak Ali."Astagfirullah... Aku sampai tak tahu apa

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Dia Datang

    Pov BayuEntah apa yang akan kukatakan kepada Hanin? Jujur pasti menyakitkan tapi aku tidak punya pilihan lain. Hanya rangkaian kata agar kebenaran yang akan aku sampaikan tak sampai menggores hatinya terlalu dalam. "Mas...," panggilnya lirih. Aku menoleh lalu tersenyum ke arahnya. "Anak-anak di mana?" "Mereka ada di kamar inap khusus anak-anak, ditemani Bunda dan Ayah."Aku sedikit heran dengan pertanyaannya. Biasanya ibu setelah melahirkan akan menanyakan bayi yang ia lahirkan. Namun tidak dengan Hanin. Dia justru menanyakan kabar anak-anak terlebih dahulu. "Kamu heran kenapa aku tak bertanya bayiku?" Aku mengangguk, Hanin seolah mampu membaca pikiranku. "Aku tahu bayi kita meninggal, Mas. Saat di sekap pergerakannya di dalam perut sudah berbeda. Ditambah saat membuka mata bayi mungil itu tak ada di kamar ini. Benar, kan, Mas tebakanku?" ucapnya dengan linangan air mata membasahi pipi. Tanpa diminta kupeluk dia. Kutenangkan tangisnya dalam dekapanku. Ini adalah kabar buruk ba

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Meninggal Dunia

    "Pak Bayu ditunggu dokter di depan ruang operasi.""Bagaimana keadaan anak dan istri saya, Sus?""Dokter yang akan menyampaikan," ucapnya pelan. Perasaanku semakin tak, tapi aku tidak ingin berpikir buruk. Aku yakin mereka akan baik-baik saja. Aku melangkah mengikuti suster itu. Dari kejauhan sudah terlihat dokter yang duduk tepat di depan ruang operasi. Mendadak jantung dipacu lebih cepat. Perasaan semakin tak karuan. Ya Allah... Semoga ini bukan berita buruk. "Bagaimana keadaan anak dan istri saya, Dok? Mereka baik-baik saja, kan?" cecarku. Dokter yang menangani Hanin menghembuskan napas perlahan. Seakan ada beban berat yang masih ia tanggung di pundak. Ya Robb ... Jangan berikan aku cobaan yang berat. Aku tak akan sanggup kehilangan mereka. "Alhamdulillah Ibu Hanin dapat melewati operasi dengan baik. Saat ini beliau masih dalam pengaruh obat bius. Namun semuanya normal. Tinggal menunggu beliau sadarkan diri."Aku bernapas lega, seakan beban yang kutanggung di pundak jatuh di

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Hanin Masuk Rumah Sakit

    Setelah hampir satu jam akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah sakit swasta. Dengan cepat kami membopong tubuh Hanin menuju ruang IGD. "Suster ... Dokter!" teriakku lantang. Seorang suster dengan cepat membuka pintu ruang IGD. Perlahan kurebahkan tubuh Hanin di atas brankar. "Kenapa ini, Pak?" tanya Dokter berkacamata itu.Aku memberikan surat rujukan dari klinik Permata Hati. Kuceritakan juga kejadian yang menimpa Hanin hingga akhirnya ketubannya pecah dan tak sadarkan diri. "Suster siapkan ruang operasi. Telepon dokter bedah, dokter kandungan, dokter anastesi. Pasien harus segera dioperasi."Seorang suster segera menelepon dokter yang dimaksud. "Suster, pasang infuse, cek HB, pasien." Seorang suster dengan sigap memasang infus di tangan kiri Hanin. Aku hanya diam sembari terus berdoa. "Bapak tolong bawa ke administrasi. Tanda tangani surat izin untuk operasi." Aku mengangguk, dengan cepat berlari menuju bagian pendaftaran. Suasana rumah sakit terbilang sepi. Maklum saja

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Hanin Tak Sadarkan Diri

    "Aku... Aku...." Aku tak mampu melanjutkan kata-kata ini. Mulut ini mendadak kelu. Bagaimana aku bisa mengatakan cerai jika hati dan hidupku untuknya? "Aw... Sakit." Cairan bening keluar dari pangkal paha Hanin merembes hingga ke lantai. Hanin luruh di lantai, dia tak sadarkan diri."Hanin!" Aku berlari menuju ke arah istriku, tak kuhiraukan pisau yang masih dipegang oleh Natasya. Keselamatan Hanin dan anak kami jauh lebih penting. "Lepas! Lepaskan aku!"Pingsannya Hanin membuat konsentrasi Natasya terpecah, dengan mudah ia diringkus oleh dua orang polisi. PLAAK! "Wanita tak tahu malu, mulai sekarang pertunangan kita batal. Jangan tunjukkan wajah kamu di hadapanku lagi!" maki Raffi. Aku mendengar tapi enggan menoleh, pikiranku hanya tertuju pada Hanin. Polisi segera menyeret Natasya keluar. "Tolong, Pak."Pak Burhan dan seorang polisi membantuku mengangkat tubuh Hanin. Cairan bening masih saja keluar hingga membasahi gamis yang ia kenakan. Dalam hati terus berdoa semoga Allah

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Ancaman Natasya

    Pov Bayu"Natasya!" Raffi terkejut bukan main. Adikku tak menyangka jika kecurigaanku benar-benar menjadi kenyataan. Orang yang ia cinta dan perjuangkan justru menyakiti kakak iparnya. "Angkat tangan! Kalian sudah dikepung!" teriak Pak Burhan saraya menodongkan pistol ke arah mereka. Sontak dua lelaki dan Natasya mengangkat tangan ke atas. Pisau yang sempat dipegang lepas dari tangannya. "Ayah!" teriak Azha dan Alma. Kedua anakku melepas tangan Hanin, mereka hendak berjalan ke arah kami. "Azha, Alma tunggu, Nak," teriak Hanin sambil berusaha menarik tangan anak-anak. Namun mereka berhasil sampai di tengah-tengah ruangan. Seorang lelaki dengan perut buncit berjalan mendekat ke arah anak-anak. Jantungku seakan berhenti berdetak. Rasa takut kian memenuhi pikiran ini. "Azha, Alma mundur!" DOR! Satu buah timah panas mendarat tepat di kaki kanan lelaki dengan perut buncit itu. Lelaki itu tersungkur dengan darah segar mengucur dari betisnya. Untung saja Pak Burhan menembak tepat wak

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Menggrebek 2

    "Kukira kamu sudah menjelaskannya. Dia ikut dalam misi penting ini membuat aku yakin jika kamu sudah mengatakan siapa dalangnya, Bayu.""Dalang apa, Mas? Apa hubungannya dengan Natasya?" Raffi mencekal tanganku, tatapannya meminta sebuah penjelasan dariku. Aku mengatur napas, mengumpulkan pasokan oksigen agar aku bisa berpikir dengan jernih. Ah, lebih tepatnya supaya bisa mencari jawaban dengan tepat. "Natasya adalah dalang penculikan Hanin dan tindakan keji pada Nisa.""Tidak! Ini tidak mungkin, Natasya tidak mungkin sejahat itu, Mas. Dia itu calon istri aku, bukan penculik seperti yang Mas Bayu katakan." Raffi menggelengkan kepala. Sorot matanya tak mempercayai ucapanku. Ini wajah, karena aku juga sempat tak percaya hingga perlahan Tuhan membuka tabir gelap yang ia sembunyikan. "Aku harus meminta penjelasan dari Natasya, dia pasti bukan penculiknya. Mas Bayu pasti salah orang." Raffi merogoh saku celananya. Dengan cepat jemarinya menari di atas layar ponsel. Ini tidak bisa dibi

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Menggrebek

    Pov BayuNatasya kembali berjalan menuju mobilnya berada. Seketika jantungku berdetak kencang. Rasa takut kian besar kala jarak ke mobil semakin dekat. "Ya Tuhan, bagaimana ini?""Lho, Mas, kenapa mobilnya tidak dikunci?" tanyanya saat melihat kunci menggantunung di luar pintu. Natasya semakin mempercepat langkah kakinya. Mendadak kakiku lemas, sudah pasti rencana kami gagal. Ya Tuhan, aku pasrah dengan rencanaMu"Ya, ampun, Mas. Pintu dibuka dengan kunci menggantung, kalau mobilku sampai hilang bagaimana?" Natasya berdiri sambil menyilangkan tangan di dada. Sudut bibirku tertarik ke atas. Ternyata ketakutanku hilang. Pak Burhan bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Andai ia terlambat lima menit saja, sudah pasti semua akan hancur berantakan. "Mas Bayu malah bengong! Aku sedang ngomong lho, kenapa kunci di luar?""Itu karena aku khawatir dengan kamu, Nat. Aku membuka pintu lalu kembali ke restoran. Aku takut kamu kenapa-napa," dustaku. Kubuat wajah khawatir agar wanita itu percaya

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Memasang GPS 2

    "Tentang perceraian itu? Mas Bayu akan menceraikan Mbak Hanin, kan? Mas memilih berpisah dari pada melihat mereka tersiksa?" ucap Natasya dengan wajah berbinar. Dia seolah bahagia dengan perceraian yang terjadi antara aku dan Hanin. Apa jangan-jangan benar, dia dalang penculikan itu. Aku memang ragu dengan perkataan Syahla, tak mungkin Natasya sekejam itu. Namun melihat ekspresinya membuatku yakin,. Natasya-lah biang kerok masalah ini. "Apa kamu yakin dengan perceraian, mereka akan kembali? Penculik itu tak akan menyiksa Hanin dan anak-anak?" Aku mengatur napas yang terasa kian sesak. Meski aku tahu ini hanya sandiwara tapi kata cerai yang terucap begitu menyayat hati. Bagaimana aku bisa berkata cerai jika namanya terpatri di sanubari. "Aku yakin dia akan membebaskan Mbak Hanin dan anak-anak setelah Mas Bayu mengajukan gugatan cerai dan surat perjanjian tak akan rujuk dengan Mbak Hanin lagi." Aku menautkan dua alis mendengar ucapan Natasya. Surat perjanjian apa gang ia maksud? "S

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status