Share

Kejujuran Hanin

last update Last Updated: 2022-07-20 12:30:14

Aku terbangun saat mendengar ponsel menjerit-jerit berulang kali.  Dengan cepat kuambil benda pipih yang ada di atas nakas lalu menggeser gambar telepon berwarna hijau ke atas. 

“Assalamualaikum,” salamku sambil mengumpulkan nyawa yang belum sepenuhnya kembali.

“Wa’alaikumsalam. Bu Hanin sudah sampai mana? Alma sudah menunggu dari tadi,” ucap Ustadzah Fatimah dari sambungan telepon.

“Astagfirulloh,maaf Ustadzah saya ketiduran. Tolong jaga Alma sebentar,saya akan segera ke sana.”

Sambungan telepon segera kumatikan setelah mengucapkan salam. Dengan hati-hati kusambar outer hitam dan hijab lalu keluar kamar. Aku tak ingin membangunkan Ali yang masih terlelap. Akan timbul masalah besar jika Ali sampai terbangun. Bisa-bisa aku akan semakin terlambat menjemput Alma. 

Mobil kulajukan perlahan hingga keluar gerbang, setelah itu kecepatannya kunaikkan. Jiwa pembalapku mendadak muncul disaat-saat seperti ini.  Apa seperti ini seorang ibu yang terlambat menjemput anaknya di sekolah?

Mobil melesat melewati jalan raya. Jarak rumah dan sekolah Alma lumayan jauh. Aku membutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai ke sana. Itu pun jika jalan tidak macet. 

Beberapa kali kulirik jam di layar ponsel, aku sudah terlambat hampir satu jam. Semalam kurang tidur membuatku ikut terlelap bersama Ali, untung saja wali kelas Alma mau menunggu kedatanganku meski lama.

Mobil kuparkirkan di halaman sekolah,dengan cepat aku berlari menuju kelas Alma. Sekolah putriku sudah  sepi, tak ada tawa dari anak-anak yang berlari ke sana ke mari. Teman-teman Alma pasti sudah dijemput dari tadi. Tinggal putriku seorang diri. Ya Allah, ibu macam apa aku ini? Sampai lupa menjemput anaknya. 

"Bunda!" teriak Alma seraya berlari ke arahku. Aku jongkok sambil merentangkan kedua tangan. Putri kecilku memelukku erat sambil terisak. 

"Maafkan Bunda, ya, Sayang. Bunda ketiduran jagain dedek Ali. Maaf, ya, Nak." 

"Bunda lama, Alma sendirian di sekolah. Teman-teman Alma sudah pulang," ucapnya dengan wajah cemberut. 

"Maaf, ya, Sayang. Lain kali Bunda akan jemput tepat waktu," ucapku sambil menatap matanya lekat. 

"Iya," jawabnya dengan wajah ditekuk. 

"Maaf Bunda, tadi Alma menangis karena terlalu lama menunggu," ucap seorang wanita yang sudah berdiri di depan kami. 

Aku mengernyitkan dahi kala melihat wanita dengan hijab in tersenyum manis ke arahku. Wanita itu bukan salah satu guru di sini. Setahuku tak ada guru muda berkulit putih dengan bulu mata lentik di sekolah ini. 

"Perkenalkan saya Nisa, saya guru baru di sini," ucapnya seperti mengerti apa yang ada di kepalaku. 

"Saya Hanin, Bundanya Alma," jawabku sambil menerima uluran tangan darinya. 

"Ini Ustadzah baru Alma, Bunda. Dia cantik, ya," ucap Alma antusias. Terlihat jika ia begitu cocok dengan guru baru itu. 

"Terima kasih sudah menjaga putri saya, Ust. Maaf saya terlambat," ucapku tak enak hati."

"Tidak apa-apa, Bunda. Maaf Ustadzah Fatimah sedang ada acara dinas, jadi saya yang menemani Alma menunggu ibunya," ucapnya lembut. Aku hanya mengangguk mengerti. 

Setelah berpamitan aku dan Alma segera masuk ke mobil. Sepanjang jalan putri kecilku selalu bercerita tentang guru barunya. Dia terlihat nyaman dengan guru baru itu meski baru dua hari bertemu. 

Biasanya Alma selalu menceritakan kegiatan di sekolah termasuk gurunya. Mungkin karena dari kemarin aku sibuk dengan Ali sehingga tak terlalu memperhatikan dia. Sungguh aku merasa semakin bersalah padanya. 

***

Aku duduk di teras rumah sambil memangku Ali. Setelah beberapa kali minum obat putra kecilku semakin membaik. Dia sudah tak rewel seperti kemarin. 

Samar-samar terdengar suara mobil masuk ke halaman. Aku tersenyum kala melihat siapa pemilik mobil itu. Mas Bayu keluar sambil membawa tas kerjanya. Segera aku berdiri menyambut kedatangan  suamiku. Ku ulurkan tangan seperti yang biasa kulakukan. Namun Mas Bayu mengabaikannya lalu masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. 

"Mas Bayu masih marah padaku," batinku bertanya- tanya. 

Aku berjalan mengekor Mas Bayu, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Suamiku membisu dengan wajah masam bak kehilangan jatah bulanan. Seperti itulah sikapnya jika tengah marah. Dia memilih diam dari pada memarahiku. 

"Ayah...." Alma berlari ke arah kami lalu memeluk erat Mas Bayu. 

Putri kecilku sangat dekat dengan ayahnya. Seperti anak perempuan pada umumnya. Dia selalu manja jika ada Mas Bayu, berbeda dengan abangnya. 

"Alma sudah mandi?" tanya Mas Bayu sambil mengelus pucuk kepalanya. 

"Udah sama Bunda."

"Sudah makan?" 

"Sudah sama kakak tadi. Ayah... Ayah... Alma mau cerita." 

"Biar ayah istirahat dulu, Nak," ucapku pelan, seketika wajah Alma ditekuk. 

"Alma mau cerita apa?" tanya Mas Bayu sambil menggendong Alma, ucapanku bagai angin lalu saja.

"Kamu benar-benar marah, Mas," batinku. 

Mas Bayu menurunkan Alma di sofa ruang keluarga. Dia pun duduk di samping putri kecil kami. Tas yang ia pegang sudah diletakkan di atas meja. Dia sudah siap menjadi pendengar setia. 

Aku masih berdiri sambil menggendong Ali. Kutimang-timang si bungsu hingga perlahan ia mulai terlelap. 

"Tadi Alma main dengan ustadzah baru, Yah. Dia baik sekali."

"O, ya, siapa namanya?"

"Ustadzah Nisa, dia cantik lho, Yah. Mau jagain Alma saat nangis," ucap Alma dengan bibir digerak-gerakkan, lucu sekali. 

"Alma kenapa nangis?"

"Bunda jemputnya telat, Alma nangis deh." Mas Bayu menoleh ke arahku seakan meminta penjelasan. 

Aku telan air liur dengan suah payah lalu berjalan perlahan menaiki anak tangga. Aku yakin sebentar lagi Mas Bayu akan meminta penjelasan. 

Kreeek.... 

Pintu dibuka dari luar, Mas Bayu berjalan mendekat ke arahku. Dengan hati-hati kuletakkan Ali di box bayi dan memberikan dua guling di samping kiri, kanannya. 

"Duduk, Mas ingin bicara!" perintahnya lalu menjatuhkan bobot di sofa tak jauh dari box bayi. 

Aku hembuskan napas perlahan seraya mengatur rasa cemas yang tiba-tiba menelusup dalam hati. 

"Kenapa kamu bisa terlambat menjemput Alma? Satu jam dia menunggu kamu hingga teman-temannya pulang satu persatu. Apa yang kamu kerjakan?" 

DEG

Ada yang berdenyut kala mendengar perkataan suamiku. Apa yang aku kerjakan katanya? Semalam mengurus Ali hingga tak tidur. Lalu ketiduran saat menyusui Ali, apa itu juga salah?

"Aku ketiduran, Mas. Semalam Ali rewel jadi aku tidak tidur."

Mas Bayu menghembuskan napas kasar lalu menatapku lekat. Tak berani beradu pandang, aku memilih menundukkan kepala. 

"Hanin, apa tidak sebaiknya kita cari babysitter saja? Aku tak tega melihatmu seperti ini," ucapnya pelan. 

"Aku tidak mau, Mas. Aku trauma. Tolong jangan paksa aku untuk itu."

"Tapi Hanin ...."

"Menikahlah, Mas. Mungkin itu yang terbaik untuk kita," ucapku pelan. 

"Astagfirullah... Kenapa kamu selalu memintaku menikah lagi? Apa kami sudah tak mencintaiku lagi?" tanyanya seraya menahan amarah yang ada di dalam dada. 

"Disaat semua wanita anti poligami, tapi kamu justru mendukungnya. Ya Allah, apa yang ada di kepalamu itu!" Mas Bayu mengusap kasar rambutnya. 

"A--aku...." Mulut ini mendadak kelu. Kenapa begitu sulit berkata jujur padanya. 

"Jawab Hanin! Jangan diam saja!" bentaknya. 

"Aku ... Aku tidak bisa melayanimu dengan baik, Mas. Di saat kamu menginginkannya hakmu terpenuhi tapi aku tak bisa menjalankan kewajibanku. Aku tak tega melihatmu tersisa. Aku ...."

"Ya Allah, Hanin ... Hanya karena itu kamu memintaku menikah lagi?" Mas Bayu menatapku tak percaya. "Aku tak pernah mempermasalahkan itu, Sayang. Yang terpenting kamu bisa menjadi ibu dan istri yang baik. Itu sudah lebih dari cukup."

"Bohong, kamu selalu tersiksa saat aku tak bisa melayanimu, dan aku tahu itu," ucapku hanya dalam hati. 

"Mas mengerti keadaanmu, Sayang."

"Bukan hanya itu, Mas." Mas Bayu menatapku tajam. 

"Apa lagi? Kamu ingin masuk surga dengan cara itu? Alasan klise, Hanin."

"Aku tak sanggup melayanimu, Mas. Aku tak bisa mengimbangi keinginanmu yang berlebihan itu. Aku lelah."

Mas Bayu melotot mendengar ucapanku. Seketika ia berdiri lalu meninggalkan aku di dalam kamar. 

Ya Allah, apa aku salah bila jujur padanya? 

Apa tanggapan Bayu? 

Jangan lupa follow dan subscribe ya, Sayang, biar emak semangat nulisnya. 

Related chapters

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Jujur Pada Mama

    Pov Bayu Astagfirullah.... Berulang kali aku beristighfar dalam hati. Aku masih tak menyangka Hanin memiliki ide gila itu. Bagaimana bisa dia memintaku menikah lagi. Bagaimana bisa? Ya Allah .... Sudah dua hari kami saling diam, tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut masing-masing. Kami bagai orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Kehangatan yang selalu ada seakan hilang. Memang benar kata orang istri pewarna keluarga dan marahnya istri adalah bencana. Namun bukannya aku yang marah di sini? Tapi kenapa terkesan aku yang salah? Ya Allah.... Apa aku suami yang tak peka? Hingga istriku lelah dan memintaku menikah lagi? Ali sudah terlelap di tengah-tengah ranjang kami. Dia bagai pembatas antara aku dan Hanin. Setelah selesai menyusui putra bungsu kami, ia segera membalikkan badan, memunggungiku. Hanin benar-benar marah padaku. Jarum jam sudah menunjukkan angka sebelas, aku masih duduk di sofa sambil memikirkan perkataan Hanin. Sejatinya poligami diperbolehkan, tapi suami ha

    Last Updated : 2022-07-20
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Tanggapan Mama

    "Sebenarnya ada yang ingin Hanin bicarakan, Ma," ucap Mas Bayu. Aku tatap tajam suamiku. Seketika perasaanku tak enak. Kukira Mas Bayu mengajak kemari untuk silahturahmi dengan Mama dan Raffi. Namun nyatanya ada udang dibalik batu. "Apa itu, Nak? Sepertinya sangat penting." "Em ... Itu, Ma," ucapku terbata, aku bingung harus menjawab apa? "Hanin memintaku menikah lagi, Ma!" ucap Mas Bayu membuatku melotot. "Apa!" Aku telan saliva dengan susah payah. Tatapan mama membuatku bergidik ngeri. Apa yang harus kukatakan pada mertuaku? Seharusnya Mas Bayu cerita terlebih dulu padaku, bukan langsung memintaku menjelaskan pokok permasalahan kepada Mama. “Nuri! Nuri!” teriak Mama memanggil asisten rumah tangganya. Tak berapa lama Mbak Nuri masuk dengan napas ngos-ngosan,terlihat jelas ia berlari menuju kemari. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanyanya dengan napas tersengal. “Tolong jaga Ali sebentar,” ucap Mama seraya menyerahkan Ali ke dalam gendongan Mbak Nuri. Dengan cepat w

    Last Updated : 2022-08-03
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Lelah

    Aku memperhatikan dua wanita yang kini duduk di hadapanku. Dina dan Lana, dua kakak beradik yang akan menjadi asisten rumah tangga di rumah ini. Masih muda, Dina seusiaku sedang Lana selisih empat tahun dari Dina. Mas Bayu mendapatkan mereka dari sebuah yayasan penyalur jasa asisten rumah tangga ternama di kota ini. Sebenarnya aku hanya meminta satu asisten rumah tangga saja. Namun suamiku justru mengambil dua sekaligus. Entah kenapa dia begitu. Dina sendiri sudah berkeluarga sementara Lana masih lajang. Mereka berdua hanya tamatan SMA. Aku sendiri tak terlalu memperdulikan pendidikan. Bagiku yang terpenting mereka memiliki attitude yang baik, jujur dan giat bekerja. Karena percuma pendidikan tinggi tapi tak memiliki akhlak yang baik. "Sudah berapa lama menjadi asisten rumah tangga?" tanyaku seraya menatap Dina dan Lana bergantian. "Saya sudah se...." "Sayang...," panggil Mas Bayu sambil berjalan ke arah kami. Kedatangan suamiku membuat ucapan Dina terhenti. Mereka berdua justru

    Last Updated : 2022-08-04
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Permintaan Seorang Sahabat

    Sudah satu bulan setelah kami memiliki asisten rumah tangga baru. Namun tak sedikit pun mengurangi rasa lelah yang mendera. Justru aku semakin kelelahan karena memenuhi kewajibanku. "Bu Hanin sudah bangun?" tanya Bi Leha saat aku keluar kamar sambil menggendong Ali. Dengan sigap wanita itu mengambil Ali dari gendonganku. Semenjak Mas Bayu selalu mengajakku begadang, aku jadi sering tidur setelah anak-anak berangkat sekolah. Rasa kantuk membuatku terlelap setelah menyusui Ali. Beruntung Bi Leha paham keadaanku. "Ibu terlihat pucat dan mengantuk, istirahat saja, Bu. Ali biar saya jaga," ucap Bi Leha kala melihat wajahku. Mata panda sudah tergambar jelas di wajahku. Itu semua karena Mas Bayu selalu meminta haknya hingga dini hari. Bahkan berat badanku turun satu kilo. Beruntung ASI-ku tak kering. "Sudah tidak mengantuk, Bi." "Jangan capek-cepek, Bu." Aku mengangguk lalu berjalan pelan menuruni anak tangga. "Mbak Dina!" panggilku lantang memanggil asisten rumah tangga kami. Tak but

    Last Updated : 2022-08-04
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Cari Perhatian

    "Menikahlah dengan suamiku, La." "Apa!!" teriak Syahla kencang. Seketika semua mata tertuju pada kami. "Pelankan suaramu!" ucapku sambil menatap tajam ke arahnya. "Iya maaf... Maaf." Sesaat kami diam, Syahla sibuk mencerna permintaanku. Sementara aku bingung harus merangkai kata. Permintaan itu keluar begitu saja dari mulut ini. Jika Mas Bayu mau menikah lagi, aku ingin mengenal istri keduanya dengan baik. Tentu ia juga harus sayang kepada ketiga anakku, dan Syahla memiliki kriteria itu. Lagi pula ia ingin suami seperti Mas Bayu bukan? Akan kukabulkan itu. "Apa kamu gak waras, Nin? Kamu memintaku menikah dengan suamimu?" ucapnya penuh penekanan. Netranya menatapku penuh selidik. "Kamu jangan bercanda, Nin. Pernikahan itu bukan untuk main-main apa lagi bahan guyonan!" Aku menghembuskan napas kasar lalu menatap lekat manik hitam miliknya. "Apa aku terlihat bercanda, La?" Syahla menatapku tajam lalu menggelengkan kepala. Persahabatan yang terjalin lama diantara kami membuat

    Last Updated : 2022-08-05
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Bayu dan Syahla

    Pov Bayu"Ide gila apa lagi, Nin!" ucapku frustasi. Aku tak habis pikir dengan permintaan Hanin. Entah setan apa yang merasuki istriku, hingga ia memintaku menikahi sahabatnya. Disaat wanita lain melarang suaminya menikah lagi, tapi dia justru memintanya. Ya Robb... Aku pikir setelah memberinya dua asisten rumah tangga, dia akan melupakan keinginannya itu. Namun aku salah, dia justru memintaku menghalalkan Syahla, teman yang sudah ia anggap saudara itu. "Aku ingin kamu menikah lagi, Mas. Dan Syahla calon adik madu yang baik untuk kita. Kamu sudah mengenalnya, anak-anak juga sudah tahu dia. Apa lagi yang kamu pikirkan," ucapnya pelan. Aku acak rambut kasar, frustasi. Aku sudah tak tahu harus bagaimana menolak permintaan Hanin. Aku lelah dan bosan dia memintaku menikah lagi. "Sudah, aku capek!" Kutinggalkan Hanin sambil menggendong Ali. Percuma berdebat dengan orang yang tak mau mengalah. Malam kian larut tapi rasa kantuk tak jua datang. Ucapan Hanin selalu terngiang-ngiang di te

    Last Updated : 2022-08-05
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Bayu dan Syahla 2

    “Ini pesanannya,Mbak,” ucap pelayan memotong pembicaraan Syahla.Syahla mengangguk melihat pelayan itu meletakkan makanan dan minuman di atas meja."Dimakan dulu, Bay," ucapnya sambil memberikan piring berisi ayam geprek padaku. "Makasih, La." Aku mulai memasukkan nasi dan ayam ke dalam mulut. Nikmat masakan itu terasa hambar di lidahku. Mungkin karena suasana yang tidak mendukung. "Apa yang mau kamu katakan, La?" tanyaku setelah kami selesai makan. Syahla meletakkan gelas berisi jus jeruk di atas meja lalu menatap lekat mataku. "Apa Hanin memintamu menikah denganku?" tanyaku lagi karena dia masih diam. Syahla menghembuskan napas kasar. Tak ada raut kaget di sana. Itu berarti Hanin sudah mengatakan hal itu padanya. "Ya, kemarin dia memintaku menjadi adik madunya.""Lalu? Apa jawaban kamu?" tanyaku penasaran. "Sebelum aku menjawab...." Syahla menjeda kalimatnya. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu," ucapnya serius."Apa?" Syahla terdiam, ada keraguan di sorot mata itu. Sikapny

    Last Updated : 2022-08-06
  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Tanggung Jawab

    Pov Bayu"Menikah lagi? Jangan-jangan kamu menerima permintaan Hanin kemarin?""Jangan gila kamu, Bay! Mana mungkin aku mau jadi duri dalam pernikahan kalian, sekali pun itu permintaan Hanin. Jangan mentang-mentang aku masih single kamu bisa seenaknya sendiri. Menuduhku yang bukan-bukan!" ucap Syahla kesal. Salah lagi, salah lagi. Apa lelaki memang selalu salah di mata perempuan? "Maaf, La. Bukan maksudku seperti itu. Aku hanya pusing memikirkan masalah dengan Hanin yang tak memiliki titik tengah." Syahla mencebikkan bibir. "Sepertinya tak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku permisi!" ucapnya lalu berdiri meninggalkan aku. Aku pijit kepala yang kian terasa berdenyut, pusing. Kukira Syahla mau memberi solusi tapi justru menambah beban di kepalaku. Ya Ampun! "Assalamualaikum...," salamku lirih sambil membuka pintu. Sepi, tak ada tanda-tanda orang di rumah. Ke mana Hanin dan anak-anak? Dengan langkah gontai aku berjalan menuju dapur. Siapa tahu Dina dan Lana tahu di mana Hanin da

    Last Updated : 2022-08-06

Latest chapter

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Ending season 1

    "Nisa," ucapku lirih. "Walailaikumsalam, sini duduk, Nis," jawaban Hanin membuat mereka tersentak. Terkejut atas kedatangan Nisa membuat kami lupa menjawab salam. Meski kami tahu wajib hukumnya. "Untuk apa kamu datang kemari, Nis? Gara-gara kamu Hanin jadi kehilangan anaknya."Mendadak wajah Nisa menjadi pias. Ucapan Mama bagai halilintar yang menyambar hingga ia terkapar tak sadarkan diri. "Nisa tak salah, Ma. Tanpa kehadiran Nisa, Natasya bisa berbuat nekat." Mama diam seketika. "Mbak Hanin sudah baik-baik saja?" Nisa mendekat lalu duduk di samping Hanin. Kedatangan Nisa disituasi seperti ini membuatku tidak tahu harus berbuat apa? Aku menjadi seba salah. Orang-orang yang hendak pergi justru kembali duduk dan berdiri di tempat masing-masing. Kedatangan Nisa bagai magnet yang menarik perhatian orang. "Aku baik-baik saja, Nis. Ini cewek atau cowok?" Hanin mengelus perut Hanin yang membukit. "Cowok, Mbak, seperti Kak Azha dan Kak Ali."Astagfirullah... Aku sampai tak tahu apa

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Dia Datang

    Pov BayuEntah apa yang akan kukatakan kepada Hanin? Jujur pasti menyakitkan tapi aku tidak punya pilihan lain. Hanya rangkaian kata agar kebenaran yang akan aku sampaikan tak sampai menggores hatinya terlalu dalam. "Mas...," panggilnya lirih. Aku menoleh lalu tersenyum ke arahnya. "Anak-anak di mana?" "Mereka ada di kamar inap khusus anak-anak, ditemani Bunda dan Ayah."Aku sedikit heran dengan pertanyaannya. Biasanya ibu setelah melahirkan akan menanyakan bayi yang ia lahirkan. Namun tidak dengan Hanin. Dia justru menanyakan kabar anak-anak terlebih dahulu. "Kamu heran kenapa aku tak bertanya bayiku?" Aku mengangguk, Hanin seolah mampu membaca pikiranku. "Aku tahu bayi kita meninggal, Mas. Saat di sekap pergerakannya di dalam perut sudah berbeda. Ditambah saat membuka mata bayi mungil itu tak ada di kamar ini. Benar, kan, Mas tebakanku?" ucapnya dengan linangan air mata membasahi pipi. Tanpa diminta kupeluk dia. Kutenangkan tangisnya dalam dekapanku. Ini adalah kabar buruk ba

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Meninggal Dunia

    "Pak Bayu ditunggu dokter di depan ruang operasi.""Bagaimana keadaan anak dan istri saya, Sus?""Dokter yang akan menyampaikan," ucapnya pelan. Perasaanku semakin tak, tapi aku tidak ingin berpikir buruk. Aku yakin mereka akan baik-baik saja. Aku melangkah mengikuti suster itu. Dari kejauhan sudah terlihat dokter yang duduk tepat di depan ruang operasi. Mendadak jantung dipacu lebih cepat. Perasaan semakin tak karuan. Ya Allah... Semoga ini bukan berita buruk. "Bagaimana keadaan anak dan istri saya, Dok? Mereka baik-baik saja, kan?" cecarku. Dokter yang menangani Hanin menghembuskan napas perlahan. Seakan ada beban berat yang masih ia tanggung di pundak. Ya Robb ... Jangan berikan aku cobaan yang berat. Aku tak akan sanggup kehilangan mereka. "Alhamdulillah Ibu Hanin dapat melewati operasi dengan baik. Saat ini beliau masih dalam pengaruh obat bius. Namun semuanya normal. Tinggal menunggu beliau sadarkan diri."Aku bernapas lega, seakan beban yang kutanggung di pundak jatuh di

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Hanin Masuk Rumah Sakit

    Setelah hampir satu jam akhirnya kami berhenti di depan sebuah rumah sakit swasta. Dengan cepat kami membopong tubuh Hanin menuju ruang IGD. "Suster ... Dokter!" teriakku lantang. Seorang suster dengan cepat membuka pintu ruang IGD. Perlahan kurebahkan tubuh Hanin di atas brankar. "Kenapa ini, Pak?" tanya Dokter berkacamata itu.Aku memberikan surat rujukan dari klinik Permata Hati. Kuceritakan juga kejadian yang menimpa Hanin hingga akhirnya ketubannya pecah dan tak sadarkan diri. "Suster siapkan ruang operasi. Telepon dokter bedah, dokter kandungan, dokter anastesi. Pasien harus segera dioperasi."Seorang suster segera menelepon dokter yang dimaksud. "Suster, pasang infuse, cek HB, pasien." Seorang suster dengan sigap memasang infus di tangan kiri Hanin. Aku hanya diam sembari terus berdoa. "Bapak tolong bawa ke administrasi. Tanda tangani surat izin untuk operasi." Aku mengangguk, dengan cepat berlari menuju bagian pendaftaran. Suasana rumah sakit terbilang sepi. Maklum saja

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Hanin Tak Sadarkan Diri

    "Aku... Aku...." Aku tak mampu melanjutkan kata-kata ini. Mulut ini mendadak kelu. Bagaimana aku bisa mengatakan cerai jika hati dan hidupku untuknya? "Aw... Sakit." Cairan bening keluar dari pangkal paha Hanin merembes hingga ke lantai. Hanin luruh di lantai, dia tak sadarkan diri."Hanin!" Aku berlari menuju ke arah istriku, tak kuhiraukan pisau yang masih dipegang oleh Natasya. Keselamatan Hanin dan anak kami jauh lebih penting. "Lepas! Lepaskan aku!"Pingsannya Hanin membuat konsentrasi Natasya terpecah, dengan mudah ia diringkus oleh dua orang polisi. PLAAK! "Wanita tak tahu malu, mulai sekarang pertunangan kita batal. Jangan tunjukkan wajah kamu di hadapanku lagi!" maki Raffi. Aku mendengar tapi enggan menoleh, pikiranku hanya tertuju pada Hanin. Polisi segera menyeret Natasya keluar. "Tolong, Pak."Pak Burhan dan seorang polisi membantuku mengangkat tubuh Hanin. Cairan bening masih saja keluar hingga membasahi gamis yang ia kenakan. Dalam hati terus berdoa semoga Allah

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Ancaman Natasya

    Pov Bayu"Natasya!" Raffi terkejut bukan main. Adikku tak menyangka jika kecurigaanku benar-benar menjadi kenyataan. Orang yang ia cinta dan perjuangkan justru menyakiti kakak iparnya. "Angkat tangan! Kalian sudah dikepung!" teriak Pak Burhan saraya menodongkan pistol ke arah mereka. Sontak dua lelaki dan Natasya mengangkat tangan ke atas. Pisau yang sempat dipegang lepas dari tangannya. "Ayah!" teriak Azha dan Alma. Kedua anakku melepas tangan Hanin, mereka hendak berjalan ke arah kami. "Azha, Alma tunggu, Nak," teriak Hanin sambil berusaha menarik tangan anak-anak. Namun mereka berhasil sampai di tengah-tengah ruangan. Seorang lelaki dengan perut buncit berjalan mendekat ke arah anak-anak. Jantungku seakan berhenti berdetak. Rasa takut kian memenuhi pikiran ini. "Azha, Alma mundur!" DOR! Satu buah timah panas mendarat tepat di kaki kanan lelaki dengan perut buncit itu. Lelaki itu tersungkur dengan darah segar mengucur dari betisnya. Untung saja Pak Burhan menembak tepat wak

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Menggrebek 2

    "Kukira kamu sudah menjelaskannya. Dia ikut dalam misi penting ini membuat aku yakin jika kamu sudah mengatakan siapa dalangnya, Bayu.""Dalang apa, Mas? Apa hubungannya dengan Natasya?" Raffi mencekal tanganku, tatapannya meminta sebuah penjelasan dariku. Aku mengatur napas, mengumpulkan pasokan oksigen agar aku bisa berpikir dengan jernih. Ah, lebih tepatnya supaya bisa mencari jawaban dengan tepat. "Natasya adalah dalang penculikan Hanin dan tindakan keji pada Nisa.""Tidak! Ini tidak mungkin, Natasya tidak mungkin sejahat itu, Mas. Dia itu calon istri aku, bukan penculik seperti yang Mas Bayu katakan." Raffi menggelengkan kepala. Sorot matanya tak mempercayai ucapanku. Ini wajah, karena aku juga sempat tak percaya hingga perlahan Tuhan membuka tabir gelap yang ia sembunyikan. "Aku harus meminta penjelasan dari Natasya, dia pasti bukan penculiknya. Mas Bayu pasti salah orang." Raffi merogoh saku celananya. Dengan cepat jemarinya menari di atas layar ponsel. Ini tidak bisa dibi

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Menggrebek

    Pov BayuNatasya kembali berjalan menuju mobilnya berada. Seketika jantungku berdetak kencang. Rasa takut kian besar kala jarak ke mobil semakin dekat. "Ya Tuhan, bagaimana ini?""Lho, Mas, kenapa mobilnya tidak dikunci?" tanyanya saat melihat kunci menggantunung di luar pintu. Natasya semakin mempercepat langkah kakinya. Mendadak kakiku lemas, sudah pasti rencana kami gagal. Ya Tuhan, aku pasrah dengan rencanaMu"Ya, ampun, Mas. Pintu dibuka dengan kunci menggantung, kalau mobilku sampai hilang bagaimana?" Natasya berdiri sambil menyilangkan tangan di dada. Sudut bibirku tertarik ke atas. Ternyata ketakutanku hilang. Pak Burhan bisa menyelesaikan tugas tepat waktu. Andai ia terlambat lima menit saja, sudah pasti semua akan hancur berantakan. "Mas Bayu malah bengong! Aku sedang ngomong lho, kenapa kunci di luar?""Itu karena aku khawatir dengan kamu, Nat. Aku membuka pintu lalu kembali ke restoran. Aku takut kamu kenapa-napa," dustaku. Kubuat wajah khawatir agar wanita itu percaya

  • KEINGINAN BERLEBIH SUAMIKU   Memasang GPS 2

    "Tentang perceraian itu? Mas Bayu akan menceraikan Mbak Hanin, kan? Mas memilih berpisah dari pada melihat mereka tersiksa?" ucap Natasya dengan wajah berbinar. Dia seolah bahagia dengan perceraian yang terjadi antara aku dan Hanin. Apa jangan-jangan benar, dia dalang penculikan itu. Aku memang ragu dengan perkataan Syahla, tak mungkin Natasya sekejam itu. Namun melihat ekspresinya membuatku yakin,. Natasya-lah biang kerok masalah ini. "Apa kamu yakin dengan perceraian, mereka akan kembali? Penculik itu tak akan menyiksa Hanin dan anak-anak?" Aku mengatur napas yang terasa kian sesak. Meski aku tahu ini hanya sandiwara tapi kata cerai yang terucap begitu menyayat hati. Bagaimana aku bisa berkata cerai jika namanya terpatri di sanubari. "Aku yakin dia akan membebaskan Mbak Hanin dan anak-anak setelah Mas Bayu mengajukan gugatan cerai dan surat perjanjian tak akan rujuk dengan Mbak Hanin lagi." Aku menautkan dua alis mendengar ucapan Natasya. Surat perjanjian apa gang ia maksud? "S

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status