"Arash jaga dirimu, ingat dengan ajaran Wunan! Jadilah manusia yang memberikan manfaat untuk orang lain!" Tetua Wan Bingwen mengingatkan Arash dengan ajaran utama perguruan Wunan. Arash mengangguk, ia berangkat bersama Fatta. Fatta bersikeras ikut kemanapun Arash pergi, sebagaimana dulu ia menjaga Tuan Mudanya, ayah Arash. Maka ia juga akan menjaga Arash. "Arash, kamu beneran mau ikut bersamaku?" tanya Wu Xubang, ia tak menyangka pagi ini Arash akan ikut dengannya. Pagi ini murid senior dari perguruan Dragons akan pulang, acara latih tanding sudah selesai, namun Wu Xubang ditinggal oleh teman-temannya. Padahal bukan hanya Wu Xubang yang kalah, tapi mereka bersikap, seolah Wu Xubanglah penyebab kekalahan itu. "Bukankah aku sudah berjanji, soal lukisan yang mau kamu..." Arash memberi kode. "Ah iya, aku paham... Aku senang mendengarnya!!" sahut Wu Xubang dengan mata berbinar. "Arash, jaga dirimu kawan! Jangan lupa, kami adalah keluargamu juga!" kata Bie Xulai menepuk bahu
Wu Xubang adalah salah satu Tuan Muda kaya dari kota Qiantang, perjalanan dari kota Xianwen ke Qiantang cukup memakan waktu hingga 3 hari dua malam menggunakan kereta kuda. Jadi Wu Xubang menyewa sebuah kereta kuda dalam perjalanan mereka kali ini beserta kusirnya. "Arash, buatkan paman bantalan empuk! Kereta kuda ini sangat menyakitkan, bantalannya sekeras batu!" protes Fatta, Arash hanya terkikik mendengar celotehan Fatta. Ia tidak hanya membuat bantalan untuk Fatta, tetapi juga untuk dirinya dan Wu Xubang dengan kuas ajaib. Setelah bantalan diganti, bahkan perjalanan jauhpun terasa tidak terlalu lelah. "Haish!! Senang sekali punya kuas ajaib, kamu bisa melakukan apapun Arash!" kata Wu Xubang dengan raut wajah sedih. "Hahaha... Aku baru saja mendapatkan berkah kuas ini, selama 7 tahun aku bahkan Dicerca karna nggak bisa mengendalikan Mana." sahut Arash, ia terlihat sedih jika mengingat perjalanannya di masa lalu. "Jangan bersedih Arash, berkat sabarmu itu akhirnya ka
"Hiiiaaattt!!" Para perompak melompat dan mulai menyerang Fatta serta Wu Xubang, sedangkan Arash sedang mengobati kusir yang terluka. Fatta melompat dengan garang, ada 10 perompak. Masing-masing dari Fatta maupun Wu Xubang menghadapi perompak sebanyak 5 orang, mereka berdua tidak memberikan para perompak kesempatan untuk menyerang Arash. "Mengapa mereka mencoba melindungi anak itu? apa dia yang paling kaya?" salah satu perompak bicara. "Haish!! dari penampilannya sepertinya bukan!! lihatlah baju yang ia gunakan bahkan memiliki tambalan!!" "Masa bodoh!! kita harus menangkap mereka semua, jika dijual maka kita akan mendapatkan banyak uang!!" Para perompak terlihat begitu bersemangat melancarkan jurus yang mereka punya, padahal beberapa kali sudah kena pukulan dari Fatta maupun Wu Xubang. "BERHENTI!!" teriak Arash. Semua orang berhenti bertarung, entah mengapa bahkan para perompak pun seakan menurut dengan perkataan Arash. "Heh bocah!! Beraninya kamu memberi perinta
Arash menatap Fatta dengan perasaan bersalah, bukan ia tak mau menceritakan soal keberadaan Badara maupun Cacao, hanya saja ia tau kalau Fatta akan bersikap seperti sekarang. "Maaf paman, aku menunggu waktu yang tepat! Selama ini mereka baik kepadaku dan selalu menolongku..." jelas Arash. "Selama ini? Sejak kapan?" tanya Fatta, ia tak bisa membayangkan ternyata Badara dan Cacao sudah berada di dekat Arash dari lama. Pantas ia terkadang merasakan aura yang berbeda saat di dalam rumah, ternyata itu mereka. "Sejak aku kembali dari hutan larangan paman, mereka yang menyelamatkanku..." jelas Arash lagi. Fatta sesekali menengok kepada Arash dan kembali fokus pada kereta kuda yang ia jalankan. Fatta kemudian menghela napas yang teramat berat, bagaimana bisa ia terkecoh pada keberadaan para siluman itu. "Arash, paman mohon jangan ada lagi yang kamu sembunyikan, paman nggak mau terjadi sesuatu kepadamu." jelas Fatta lagi, ia tersenyum dengan tatapan memohon kepada Arash, tentu mem
Siluman ular itu kembali ke wujud manusianya, sangat cantik. Dengan gaun panjang berwarna merah yang memperlihatkan belahan kakinya dan mengekspos dada indahnya. Rambutnya tergerai indah, tanpa riasan wajah, hanya berbalur pemerah bibir yang sangat menggoda. Fatta bahkan menganga dan tak berkutik melihat kecantikan gadis ular itu, bahkan Wu Xubang juga sepertinya ikut terpana. "Hei!! Kamu menggoda mereka ya? Dasar siluman ular nakal!!" teriak Arash. "Aku menggoda mereka? Kkkkk... Kkkk...." Siluman ular itu terkikik mendengar perkataan pemuda di depannya. Siluman ular itu meraih kain yang menjulur dari lantai atas ke bawah, ia kemudian menari di antara kain itu dan tersenyum begitu manis. "Aku nggak menggoda mereka, hanya saja kecantikanku memang membuat orang lain terpana, hanya kamu yang aneh!" Cecar siluman ular, bibirnya terlihat mengkerut karena ia merajuk melihat sikap Arash yang tidak tergoda dengan kecantikannya. "Apa-apaan gadis ular ini, kamu pikir semua pria akan
(Sangat menjijikkan! Bersihkan tempat ini Arash, aku akan mual kalau menciumnya...) pinta Raja Iblies. "Haish!! Memintaku membersihkan kamar ini, pasti merepotkan!" gumam Arash pelan. (Kamu bisa memakai kuas ajaib untuk membersihkannya, cepatlah! Baunya sangat menjijikkan!) "Haish!! Bahkan Raja Iblies sepertimu pun banyak maunya!" Arash lalu membuat kuas ajaib menjadi besar, "bagaimana caranya?" tanya Arash lagi. (Kamu hanya perlu berkonsentrasi menganggap kalau kuas ajaib membersihkan semua kotoran ini, cepat lakukan!) "Haish!! Diamlah..." Arash kemudian berkonsentrasi seperti yang Raja Iblies katakan, Arash menganggap kuas ajaib seperti pembersih, seketika ruangan yang tadinya banyak ayam mati dan darah berceceran menjadi bersih, seolah tak pernah terjadi apapun di kamar itu. "Mengapa kamu menghilangkan makananku?" tunjuk Mei Xu kesal. Arash kemudian menggambar ayam goreng utuh dengan olesan madu di atasnya. Tidak lupa, ia menggambarnya beserta piringnya jug
Sementara itu di pusat kota Qiantan beberapa prajurit memasang poster tahanan yang kabur, seorang ahli beladiri. Hong Zicai, seorang yang di tuduh sebagai Ketua pemberontakan di kota Qiantan berhasil melarikan diri. Hakim daerah yang bertugas telah memerintahkan para prajurit untuk menempel lukisan Hong Zicai, Hong Zicai dikenal sebagai Pejabat Pemerintahan yang jahat, mengambil hasil upeti untuk dirinya sendiri, membangun militer serta memanipulasi data persenjataan di kota Qiantan. Bukan hanya itu, ia juga praktisi bela diri yang cukup mumpuni. Beruntung seorang Pejabat yang memang ditugaskan sebagai mata-mata di setiap daerah bernama Han Jaeyong berhasil membuktikan kebusukan Hong Zicai, membuatnya tertangkap meski sekarang berhasil kabur. "Tuan, sepertinya nggak semua harta dari keluarga Hong tercatat, ada kejanggalan pada pembukuan ini." jelas Eric Chu, ia adalah ahli dalam administrasi negara. Kepercayaan Han Jaeyong dalam memeriksa pembukuan para pengkhianat. "Sud
Saat ini Wu Xubang membawa Arash dan Fatta ke kediamannya. Kediaman Wu Xubang lumayan besar, beberapa pelayan terlihat menundukkan kepala ketika melihat Wu Xubang dan tamunya. "Wah, kamu memiliki rumah yang besar!" kata Arash. Fatta juga terpana, tapi jika dibandingkan dengan rumah Arash saat di Mekarsari, maka Arash pasti tidak akan menyangka kalau rumahnya lebih indah dan berkelas. Saat ini rumah di Mekarsari diurus oleh Alan dan adik-adiknya, Arash tidak tau menahu soal itu. Tapi jika ia bertanya, tentu saja dengan senang hati Fatta akan membawanya kembali ke Mekarsari. "Arash, paman Fatta duduklah dulu. Aku akan meminta beberapa pelayan menyiapkan makanan." jelas Wu Xubang. Mendengar itu Arash dan Fatta tentunya senang, Arash jadi tidak perlu menampilkan keajaiban kuasnya. "Wu Xubang!" Wu Huang, ayah Wu Xubang datang dengan tangan di belakang. Dari tatapannya ia memperlihatkan sikap tidak suka melihat Wu Xubang bersama Arash dan Fatta. Wu Huang sudah mendengar ke
Semua orang menatap Rama secara bergantian dengan Arash, Kedua ayah dan anak itu memiliki wajah yang begitu tampan. Hanya saja Arash memiliki mata dan rambut berwarna putih. Itu membuatnya terlihat berbeda. "Arash, ternyata kamu tampan karena ayahmu," kata Jatiagung. "Nggak juga, ibunya juga cantik," sahut Rama dengan senyum ramah. Arash senang begitu mendengar ayahnya memuji ibunya, meski ia tidak bersama mereka. "Jadi bagaimana bisa kalian ada di sini?" tanya Rama akhirnya. Arash nampak kebingungan, apa ia harus bercerita dengan jujur kepada ayahnya itu? Jadi Arash menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Uhm, aku ke sini untuk mengendalikan Raja Iblis yang ada di dalam tubuhku," jelas Arash. Perkataan itu jelas mengubah ekspresi Rama, ia terlihat sedih. "Tapi ayah, aku sudah nggak marah kepadamu," kata Arash buru-buru. Rama kembali tersenyum, 'sudah nggak marah? Rupanya anakku sempat sakit hati atas keputusanku, maafkan aku Arash! Aku nggak layak menjadi ayahm
Setelah Arash mengatakan itu, Fatta dan Jatiagung berlari dengan cepat untuk menghadang Ketua Yohan dan Ketua Agung. "Arash, jangan tawar menawar dengan mereka. Mereka dari sekte kegelapan nggak bisa dipercaya," kata Jatiagung. "Arash, lukis ayahmu sekarang, biar paman yang hadapi mereka!" seru Fatta pula. "Cih, kalian pikir kalian mampu!" sahut Ketua Yohan. "Kita coba saja, jangan terlalu banyak omong!" sahut Jatiagung. Setelah itu keempat pria dewasa itu saling bertarung, Arash tidak boleh melewatkan kesempatan itu. Itu karena Raja Iblislah yang memintanya untuk segera melukis ayahnya Rama. (Arash, aku nggak suka ayahmu, tetapi saranku, hanya ayahmu yang bisa menghadapi manusia-manusia ini) Memangnya ayahku sehebat itu? Raja Iblis terkekeh saat itu, (kamu pikir siapa lagi yang punya ide untuk menyegel ku bahkan di tubuh anaknya sendiri, hanya ayahmu saja yang dengan cepat berpikir seperti itu) Karena itulah Arash mengambil keputusan itu, Arash mengeluarkan
"Masuklah gadis-gadis cantik!" seorang pria penjaga membuka pintu yang merupakan ruangan khusus ketua sekte kegelapan. Ruangan itu begitu besar dengan beragam sajian menarik dari surga dunia. Begitu memasuki ruangan itu, awalnya Arash mengira mereka akan menemui para pria tua, nyatanya mereka adalah pria yang nampak masih berumur sekitar diawal 40an. "Plak!" seseorang bahkan memukul pantat Arash, membuat Arash tersenyum mengerikan. Ia bahkan ingin segera melayangkan tinjunya saat ini juga, tetapi Anastasya segera memegang tangan Arash. Begitu pula dengan Mei Xue, ia juga menahan tangan Arash. Sudut bibir Arash terasa berkedut karena memaksakan senyum di wajahnya. "Wah para gadis telah datang," pria-pria itu bersorak dan meminta penjaga pintu untuk menutup pintu."Cepat menari sayang!""Goyangkan pantatmu cantik!" "Tap!" setelah pintu tertutup, Arash berjalan perlahan ke pintu. Disana penjaga pintu mengira Arash mencoba menggodanya, ia tersenyum dengan lidah menyapu bibirnya. Te
Arash menatap foto itu dan mulai menggambar, "Nona, dari mana kamu mendapatkan benda seperti ini? Bukankah ini foto?" tanya Arash. "Aku punya seorang teman wanita, dia melakukan perjalanan sendirian, ia sampai di tempat ini, kamu lihat pria ini? Dia adalah kakaknya," jelas Imelda. Arash mengangguk paham, "aku tanya satu hal lagi, apa dia mendapatkan ini dari masa depan?" tanya Arash. Karena benda berupa foto itu hanya bisa di dapatkan dengan kamera saja. "Kamu benar, darimana kamu tahu? Aku nggak tahu lebih tepatnya seperti apa, yang jelas temanku menggunakan barang yang belum pernah aku lihat," Imelda nampak bersemangat. Baju pengantin yang Imelda minta telah selesai dibuat, setelah Imelda mencobanya semua orang terpana melihat baju pengantin itu. Baju pengantin tradisional yang nampak indah di tubuh Imelda. "Nona Imelda, kamu cantik sekali." Perkataan Arash itu disetujui oleh semua orang, begitu pula dengan Norman. Setelah giliran Imelda, sekarang Arash juga menggambar b
Arash segera mengikuti Anastasya, ia begitu khawatir dengan keadaan teman-temannya. Jika apa yang Anastasya katakan benar, maka kemungkinan saat ini keadaan teman-temannya akan sulit. Mengingat begitu sulit mencari makanan di tempat ini. Arash dengan langkah yang terburu-buru mengikuti Anastasya dari belakang, tetapi betapa bingungnya Arash begitu mendapati teman-temannya malah makan dengan nikmat. Bahkan tidak terlihat kesulitan. "Ha! Apa yang baru saja aku khawatirkan?" gumam Arash kesal. "Arash! Akhirnya kamu keluar juga!" Fatta segera menghampiri Arash, begitu pula dengan Jatiagung dan Norman. Sedang Mei Xue segera berlari dan memeluk Arash, perasaan baru seminggu Arash berada di dalam gua. Mengapa mereka memperlakukan Arash seolah lama tak berjumpa. "Haish! Jangan memeluk seperti ini, sungguh memalukan." Arash berusaha melepaskan pelukan Mei Xue darinya, tetapi gadis muda itu masih mempererat pelukannya, ia menangis terisak di dalam pelukan Arash. Arash menatap F
Arash mengepalkan tangannya, ia merasa tak kuat dan ingin membuka matanya, ia ingin bertemu kedua orangtuanya. Hal yang wajar bukan? "Arash, mengapa kamu nggak membuka mata nak?" suara Rama lagi-lagi terdengar di telinga Arash. "Arash, maafkan ayah! Arash ...." Ketika Arash ingin membuka mata, kali ini suara Rama menghilang. Berganti dengan suara Fatta. "Arash, kamu mengapa ada di sini? Lama sekali paman menunggumu di luar!" "Arash apa yang kamu lakukan? Buka matamu, tempat ini aneh sekali! Arash!" "Astaga, ini yang nggak paman suka darimu! Kamu berbuat sesuka hatimu Arash!" "Arash, apa yang kamu tunggu, cepatlah kita pergi!" Kali ini Arash ingin membuka matanya, ingin memukul suara yang meniru suara Fatta. Haish! Arash benar-benar kesal, bahkan ketika ia mengomel seperti itu sangat mirip dengan pamannya. "Arash, cepatlah! Haish, karena inilah kedua orangtuamu meninggalkan kamu Arash, karena kamu sulit diatur!" Arash mengepalkan tangannya, saat ini rasanya ada kedut
"Yah, hanya itu keinginan kami, makanan lezat, seperti yang aku lihat, kamu menggunakan kuas ajaib milik Raja Iblies, jadi aku juga tahu kalau benda itu nggak bisa digunakan oleh orang lain dan hanya bisa digunakan olehmu, benar bukan!" Anastasya duduk sembari menyilangkan kaki. Ia memakan buah di atas meja. Buah yang nampak bening, tidak seperti buah lainnya, lebih seperti agar-agar. "Katakan lebih dulu apa yang harus aku lakukan?" tanya Arash. "Kamu hanya perlu menahan makan dan minum, bukan hanya itu, setelah itu kamu nggak boleh bicara, meski kamu ingin bicara, bahkan di dalam hatimu." Anastasya melirik Arash, ia tahu kalau cara ini akan berhasil. "Dari mana aku tahu kalau cara itu berhasil? Kamu bisa saja membunuhku," tuduh Arash. Anastasya tergelak, "membunuhmu? Apa itu mungkin sedangkan di dalam tubuhmu sedang bersemayam Raja Iblies, anak muda aku nggak senekat itu ingin membunuhmu! Apa kamu nggak sadar kalau selama ini kedua siluman itu juga sedang mengikuti mu?" tanya Ana
Arash menahan kedutan di wajahnya, kalau bukan karena Fatta adalah pamannya, sudah pasti pukulan ini akan melayang kepadanya. "Paman!" protes Arash dengan mata mendelik. Fatta menahan tawanya, ia bahkan sedikit menjauh karena tak kuasa menahan tawa. Astaga! Arash sungguh menggemaskan di mata Fatta. "Mengapa Kakak jadi terlihat lebih cantik dariku?" protes Mei Xue. Bukannya senang, Arash malah memberi Mei Xue jitakan di kepala. "Aduh!" Mei Xue hanya bisa mengelus kepalanya kemudian mengikuti Arash tanpa berani mengejeknya lagi. Tidak berapa lama akhirnya mereka sampai di depan halaman sekte bunga beracun. Seperti namanya bunga beracun tersebar di mana-mana, dengan keindahan yang mampu menggoda siapa pun yang melihatnya. Ketika terhisap aromanya, seseorang bisa saja mati. Karena itulah Norman, Jatiagung dan Fatta hanya bisa melihat dari kejauhan. Hal tepat ketika mengirim Mei Xue yang merupakan siluman ular, sedangkan Arash, ia memiliki Elixir healing potion yang bisa ia m
Mereka keluar dari rumah Norman ketika keadaan telah lebih baik, para warga di kota pertengahan beraktivitas seperti biasa dan tidak begitu peduli dengan keberadaan mereka. Kota ini nampak cantik, rumah-rumah di sini memang berukuran kecil. Dibuat dari bahan yang bukan kayu biasa. Kalau menatap ke arah selatan dan utara mereka bisa lihat kalau ada bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi. Bukan hanya itu, pemandangan pagi ini memang menggambarkan tempat ini seolah surga dunia. Karena ada bunga-bunga indah yang menghiasinya, ada pula batu-batu indah dengan nilai tinggi. Air yang mengalir deras seperti sungai-sungai kecil dengan aneka ikan hias di dalamnya. "Guru, batu apa ini?" tanya Arash, ia belum pernah melihat batuan indah yang ada di kota pertengahan. "Batu merah delima, jantung sang Naga." ketika Norman mengatakan itu Naga muda bereaksi. "Heh?!" "Hanya perumpamaan saja," Norman tertawa. Setelah itu Naga muda kembali berkamuflase dan bertengger di bahu Arash.