"Hiiiaaattt!!" Para perompak melompat dan mulai menyerang Fatta serta Wu Xubang, sedangkan Arash sedang mengobati kusir yang terluka. Fatta melompat dengan garang, ada 10 perompak. Masing-masing dari Fatta maupun Wu Xubang menghadapi perompak sebanyak 5 orang, mereka berdua tidak memberikan para perompak kesempatan untuk menyerang Arash. "Mengapa mereka mencoba melindungi anak itu? apa dia yang paling kaya?" salah satu perompak bicara. "Haish!! dari penampilannya sepertinya bukan!! lihatlah baju yang ia gunakan bahkan memiliki tambalan!!" "Masa bodoh!! kita harus menangkap mereka semua, jika dijual maka kita akan mendapatkan banyak uang!!" Para perompak terlihat begitu bersemangat melancarkan jurus yang mereka punya, padahal beberapa kali sudah kena pukulan dari Fatta maupun Wu Xubang. "BERHENTI!!" teriak Arash. Semua orang berhenti bertarung, entah mengapa bahkan para perompak pun seakan menurut dengan perkataan Arash. "Heh bocah!! Beraninya kamu memberi perinta
Arash menatap Fatta dengan perasaan bersalah, bukan ia tak mau menceritakan soal keberadaan Badara maupun Cacao, hanya saja ia tau kalau Fatta akan bersikap seperti sekarang. "Maaf paman, aku menunggu waktu yang tepat! Selama ini mereka baik kepadaku dan selalu menolongku..." jelas Arash. "Selama ini? Sejak kapan?" tanya Fatta, ia tak bisa membayangkan ternyata Badara dan Cacao sudah berada di dekat Arash dari lama. Pantas ia terkadang merasakan aura yang berbeda saat di dalam rumah, ternyata itu mereka. "Sejak aku kembali dari hutan larangan paman, mereka yang menyelamatkanku..." jelas Arash lagi. Fatta sesekali menengok kepada Arash dan kembali fokus pada kereta kuda yang ia jalankan. Fatta kemudian menghela napas yang teramat berat, bagaimana bisa ia terkecoh pada keberadaan para siluman itu. "Arash, paman mohon jangan ada lagi yang kamu sembunyikan, paman nggak mau terjadi sesuatu kepadamu." jelas Fatta lagi, ia tersenyum dengan tatapan memohon kepada Arash, tentu mem
Siluman ular itu kembali ke wujud manusianya, sangat cantik. Dengan gaun panjang berwarna merah yang memperlihatkan belahan kakinya dan mengekspos dada indahnya. Rambutnya tergerai indah, tanpa riasan wajah, hanya berbalur pemerah bibir yang sangat menggoda. Fatta bahkan menganga dan tak berkutik melihat kecantikan gadis ular itu, bahkan Wu Xubang juga sepertinya ikut terpana. "Hei!! Kamu menggoda mereka ya? Dasar siluman ular nakal!!" teriak Arash. "Aku menggoda mereka? Kkkkk... Kkkk...." Siluman ular itu terkikik mendengar perkataan pemuda di depannya. Siluman ular itu meraih kain yang menjulur dari lantai atas ke bawah, ia kemudian menari di antara kain itu dan tersenyum begitu manis. "Aku nggak menggoda mereka, hanya saja kecantikanku memang membuat orang lain terpana, hanya kamu yang aneh!" Cecar siluman ular, bibirnya terlihat mengkerut karena ia merajuk melihat sikap Arash yang tidak tergoda dengan kecantikannya. "Apa-apaan gadis ular ini, kamu pikir semua pria akan
(Sangat menjijikkan! Bersihkan tempat ini Arash, aku akan mual kalau menciumnya...) pinta Raja Iblies. "Haish!! Memintaku membersihkan kamar ini, pasti merepotkan!" gumam Arash pelan. (Kamu bisa memakai kuas ajaib untuk membersihkannya, cepatlah! Baunya sangat menjijikkan!) "Haish!! Bahkan Raja Iblies sepertimu pun banyak maunya!" Arash lalu membuat kuas ajaib menjadi besar, "bagaimana caranya?" tanya Arash lagi. (Kamu hanya perlu berkonsentrasi menganggap kalau kuas ajaib membersihkan semua kotoran ini, cepat lakukan!) "Haish!! Diamlah..." Arash kemudian berkonsentrasi seperti yang Raja Iblies katakan, Arash menganggap kuas ajaib seperti pembersih, seketika ruangan yang tadinya banyak ayam mati dan darah berceceran menjadi bersih, seolah tak pernah terjadi apapun di kamar itu. "Mengapa kamu menghilangkan makananku?" tunjuk Mei Xu kesal. Arash kemudian menggambar ayam goreng utuh dengan olesan madu di atasnya. Tidak lupa, ia menggambarnya beserta piringnya jug
Sementara itu di pusat kota Qiantan beberapa prajurit memasang poster tahanan yang kabur, seorang ahli beladiri. Hong Zicai, seorang yang di tuduh sebagai Ketua pemberontakan di kota Qiantan berhasil melarikan diri. Hakim daerah yang bertugas telah memerintahkan para prajurit untuk menempel lukisan Hong Zicai, Hong Zicai dikenal sebagai Pejabat Pemerintahan yang jahat, mengambil hasil upeti untuk dirinya sendiri, membangun militer serta memanipulasi data persenjataan di kota Qiantan. Bukan hanya itu, ia juga praktisi bela diri yang cukup mumpuni. Beruntung seorang Pejabat yang memang ditugaskan sebagai mata-mata di setiap daerah bernama Han Jaeyong berhasil membuktikan kebusukan Hong Zicai, membuatnya tertangkap meski sekarang berhasil kabur. "Tuan, sepertinya nggak semua harta dari keluarga Hong tercatat, ada kejanggalan pada pembukuan ini." jelas Eric Chu, ia adalah ahli dalam administrasi negara. Kepercayaan Han Jaeyong dalam memeriksa pembukuan para pengkhianat. "Sud
Saat ini Wu Xubang membawa Arash dan Fatta ke kediamannya. Kediaman Wu Xubang lumayan besar, beberapa pelayan terlihat menundukkan kepala ketika melihat Wu Xubang dan tamunya. "Wah, kamu memiliki rumah yang besar!" kata Arash. Fatta juga terpana, tapi jika dibandingkan dengan rumah Arash saat di Mekarsari, maka Arash pasti tidak akan menyangka kalau rumahnya lebih indah dan berkelas. Saat ini rumah di Mekarsari diurus oleh Alan dan adik-adiknya, Arash tidak tau menahu soal itu. Tapi jika ia bertanya, tentu saja dengan senang hati Fatta akan membawanya kembali ke Mekarsari. "Arash, paman Fatta duduklah dulu. Aku akan meminta beberapa pelayan menyiapkan makanan." jelas Wu Xubang. Mendengar itu Arash dan Fatta tentunya senang, Arash jadi tidak perlu menampilkan keajaiban kuasnya. "Wu Xubang!" Wu Huang, ayah Wu Xubang datang dengan tangan di belakang. Dari tatapannya ia memperlihatkan sikap tidak suka melihat Wu Xubang bersama Arash dan Fatta. Wu Huang sudah mendengar ke
Hua Lian terkejut begitu Wu Xubang memeluk dirinya, bahkan dia tidak nampak menua. Bukan cuma Hua Lian yang terkejut, Wu Huang juga ikut terkejut dengan penampilan istrinya yang masih seperti dulu. "Astaga! Anak muda jangan berbuat nggak sopan!" Hua Lian langsung mendorong Wu Xubang dan menatap suaminya dengan haru. Ia lalu mendekat dan mendekap suami yang sudah lama tidak ia temui. Sementara Wu Subang menatap ayahnya dengan tatapan horor. "Sayang, mengapa wajahmu terlihat menua, apa karena aku menghilang?" "Bukan begitu.. sayang, apa yang terjadi, mengapa kamu menghilang?" tanya Wu Huang dengan rasa penasaran yang ia pendam selama 8 tahun. Karena rumor yang beredar, membuat ia membenci istrinya, namun begitu bertemu rasa benci itu musnah. "Aku terlempar ke sebuah tempat, saat itu aku dan anak kita dihadang para perompak, tapi ada ledakan cahaya disaat kami bertarung, kemudian aku terlempar ke sebuah tempat yang bernama alam Fana." jelas Hua Lian, ia kemudian mengusap air matanya
"Wuxu'ku sudah besar, ibu tak menyangka bisa kembali bersama kalian lagi..." Hua Lian menangis haru, ia tak henti-hentinya memegang kedua tangan Wu Xubang. "Anakku, setelah sekian lama nggak bertemu, ibu akan memasak untukmu... Kamu mau ibu masakkan apa?" tanya Hua Lian sembari mengusap air matanya. "Sayang, jangan pikirkan itu... Asal kamu kembali dengan selamat saja, sudah membuat kami senang." Wu Huang memegangi bahu istrinya, rasa bersalah kian membesar kala ia telah salah paham kepada Hua Lian. Dia bahkan percaya ketika beberapa warga menuduh istrinya kawin lari dengan pria lain. Ah... Mengingat itu membuat Wu Huang ingin mengutuk dirinya sendiri. "Ibu jangan merepotkan dirimu, masih ada hari lain untukmu memasak buatku." sahut Wu Xubang, "ibu, aku ingin tau. Kamu bilang, dirimu terlempar ke alam Fana. Tempat seperti apa itu?" Hua Lian menghela napas panjang sebelum benar-benar akan bercerita. "Tempat itu seperti bumi, namun bukan bumi. Sejauh mata memandang hanya ad