Bie Xulai tidak seperti murid senior lainnya, ia sudah memiliki status seorang guru Mana di perguruan Wunan. Sikap Bie Xulai juga bukan orang yang mudah terprovokasi, sikapnya tenang dan tidak ceroboh seperti Wan Yunan. Bie Xulai dengan tenang menggerakkan Mana seolah Mana adalah aliran angin yang mudah untuk dikendalikan. Aliran Mana itu tidak bisa dengan serta merta di serap oleh Wu Xubang, aliran Mana itu konsisten membentuk sebuah tenaga yang begitu besar seperti cambuk. "Aku akui, kamu cukup layak untuk melawanku Bie Xulai! Namun, aku akan perlihatkan kepadamu seperti apa kekuatan Mana yang sebenarnya!" Wu Xubang mulai membentuk sebuah lingkaran cahaya dari Mana, keduanya mulai saling serang dengan jurus perguruan masing-masing dikombinasikan dengan kekuatan Mana yang mereka miliki. Jika Bie Xulai memainkan jurus cambuk api, maka Wu Xubang menangkisnya dengan lingkaran dinding Mana. "Jegar!" Kilatan Mana yang beradu mengeluarkan suara yang begitu dahsyat, sehingga ud
"Wuuurrssh!" "Tap!" Satu lompatan ringan, Arash telah muncul di depan Wu Xubang. "Wu Xubang, kamu terlihat lelah apa nggak istirahat dulu?" tawar Arash. Wu Xubang tersenyum tipis, ia memang lelah tapi baginya mengalahkan Arash sangatlah mudah. Penampilan Arash memang tidak terlihat seperti ahli beladiri, apalagi dengan status pengacaunya. Wu Xubang jelas meremehkan Arash. "Nggak perlu, aku yakin cukup satu jurus untuk mengalahkanmu!" "Wuurrssshh!!" tanpa basa-basi lagi Wu Xubang mulai menciptakan serangan Mana untuk menyerang Arash, ia harus bergerak cepat untuk menyelesaikan pertandingan dan memiliki kuas ajaib Arash. "Bam!!" kuas ajaib bergerak dan langsung melindungi Arash, Arash kemudian memegang kuas ajaib seolah ia adalah senjata. Ia mengukir suatu goresan dan melayangkannya kepada Wu Xubang. Goresan-goresan itu membentuk energi Mana yang kuat, seperti lingkaran tanpa akhir menyerang dan tidak memberikan ruang untuk menghindar. "Akh!" Serangan itu mengenai
Wu Xubang menemui Arash yang sedang berlatih dengan pedang kayu, seperti biasa Arash akan melatih tebasannya pada boneka Mana. Kali ini Petua Lei Quo menambah kapasitas Mana di dalam boneka jerami. Melihat itu Wu Xubang menyadari kekuatan dari tebasan Arash, ia baru tau kalau Arash berlatih cukup keras. "Aku belum kalah Arash! kita harus tanding ulang" kata Wu Xubang ketika menghampirinya. Arash menoleh, tubuhnya sudah dipenuhi peluh karena sudah ada beberapa boneka jerami yang ia hancurkan. "Aku nggak bilang kalau kamu kalah, seharusnya saat itu kamu sudah sadar dengan kapasitas tubuhmu, sudah lelah masih memaksa bertarung!" sahut Arash. Arash mengambil kain dan mengelap tubuhnya. "Aku memerlukan kuas ajaib itu, kamu nggak bisa kasih kuas itu buatku?" tanya Wu Xubang akhirnya, awalnya Wu Xubang akan menyerahkan artefak kuno kepada para Tetua Dragons, tapi begitu mengetahui fungsi dari kuas ajaib Arash ia ingin menggunakannya untuk dirinya sendiri. "Set!" Kuas Ajaib yang be
Sebuah layar mengambang membentuk kotak penyimpanan, terlihat gambar pada setiap kotak, yang menandakan berapa jumlah barang yang ada di dalamnya sesuai dengan jenis barang tersendiri. "Paman, bagaimana cara mengambilnya?" tanya Arash. "Kamu hanya perlu memasukkan tanganmu ke kotak barang yang ingin kamu ambil," jelas Fatta, beruntung Melisa, ibu Arash pernah menjelaskan itu kepadanya. "Ah, pil apa ini?" tanya Arash, ia mengambil Mustika Naga. Bentuknya memang seperti sebuah pil, bulat putih berkilau. "Itu Mustika Naga, kalau kamu menelannya, kamu bisa bernapas di dalam air. Haish! Sepertinya ibumu nggak menelan Mustika Naga pemberian ayahmu saat itu." kata Fatta lagi. "Saat itu?" tanya Arash. "Ayah dan ibumu pernah bertarung bersama menyerang kerajaan Jien di segitiga Bermuda, saat itu ayahmu..." Fatta melirik Arash, melihat ekspresi apa yang tergambar pada wajah anak itu. "Ada apa paman? Teruskan!" kata Arash bersemangat. Fatta kemudian menceritakan bagaimana serunya
Saat ini Arash dan Wu Xubang sedang berada di atas arena latihan. Beberapa murid senior menonton mereka dengan perasaan waspada. Arash dan Wu Xubang akan tanding ulang, keduanya sama-sama dalam keadaan baik. Tadi pagi Arash meminta izin kepada Tetua Wan Bingwen untuk melakukan perjalanan mencari foto ayahnya, Fatta bahkan terkejut dengan kuasa kuas ajaib milik Arash dan mendukung penuh niatnya itu. "Kamu boleh bepergian Arash, tapi ingatlah perguruan Wunan juga rumahmu, kembalilah saat kamu sudah menemukan apa yang kamu cari dan satu lagi, pakai topeng ini untuk menutupi identitas saat kamu ingin menggunakan kuas ajaib." Arash masih ingat dengan kata-kata Tetua Wan Bingwen pagi itu, Tetua Wan sepertinya sudah tau kalau hal seperti ini akan terjadi. Ia bahkan menyiapkan topeng yang diisi dengan Mana sihir pengubah suara ketika Arash memakainya. Dan saat ini Arash akan bertarung lagi dengan Wu Xubang, untuk menuntaskan siapa yang terbaik. Keduanya akan mengeluarkan jurus-jurus ter
"Haish! Bahkan sudah 2 kali kalahpun mereka nggak mau mengakui kekuatan perguruan Wunan!" Beberapa murid senior perguruan Wunan mulai marah melihat sikap murid senior perguruan Dragons. "Mereka selalu seperti itu!" "Mereka keras seperti itu, karena kudengar Wu Xubang adalah salah satu kandidat yang akan masuk ke dalam sekte Pedang Suci!" "Sekte Pedang Suci? Hanya murid-murid terpilih yang bisa memasukinya!" "Sekte Pedang Suci adalah tempat pendekar-pendekar pilihan yang memiliki bakat, kudengar ujian masuknya pun sangat sulit!" "Sangat sulit tapi setimpal dengan apa yang akan di dapat!" "Apa saja?" Para murid mulai heboh dan berkumpul membicarakan Sekte Pedang Suci. Sekte yang berada di bawah naungan Kekaisaran. Bie Xulai hanya menggelengkan kepala melihat antusias teman-temannya, ia lalu menghampiri Arash yang membantu Wu Xubang berdiri. "Arash, buatkan dia pil Bunga Putih." kata Bie Xulai, tapi Arash menggeleng. "Karena bertanding denganku kamu diremehkan ka
"Arash jaga dirimu, ingat dengan ajaran Wunan! Jadilah manusia yang memberikan manfaat untuk orang lain!" Tetua Wan Bingwen mengingatkan Arash dengan ajaran utama perguruan Wunan. Arash mengangguk, ia berangkat bersama Fatta. Fatta bersikeras ikut kemanapun Arash pergi, sebagaimana dulu ia menjaga Tuan Mudanya, ayah Arash. Maka ia juga akan menjaga Arash. "Arash, kamu beneran mau ikut bersamaku?" tanya Wu Xubang, ia tak menyangka pagi ini Arash akan ikut dengannya. Pagi ini murid senior dari perguruan Dragons akan pulang, acara latih tanding sudah selesai, namun Wu Xubang ditinggal oleh teman-temannya. Padahal bukan hanya Wu Xubang yang kalah, tapi mereka bersikap, seolah Wu Xubanglah penyebab kekalahan itu. "Bukankah aku sudah berjanji, soal lukisan yang mau kamu..." Arash memberi kode. "Ah iya, aku paham... Aku senang mendengarnya!!" sahut Wu Xubang dengan mata berbinar. "Arash, jaga dirimu kawan! Jangan lupa, kami adalah keluargamu juga!" kata Bie Xulai menepuk bahu
Wu Xubang adalah salah satu Tuan Muda kaya dari kota Qiantang, perjalanan dari kota Xianwen ke Qiantang cukup memakan waktu hingga 3 hari dua malam menggunakan kereta kuda. Jadi Wu Xubang menyewa sebuah kereta kuda dalam perjalanan mereka kali ini beserta kusirnya. "Arash, buatkan paman bantalan empuk! Kereta kuda ini sangat menyakitkan, bantalannya sekeras batu!" protes Fatta, Arash hanya terkikik mendengar celotehan Fatta. Ia tidak hanya membuat bantalan untuk Fatta, tetapi juga untuk dirinya dan Wu Xubang dengan kuas ajaib. Setelah bantalan diganti, bahkan perjalanan jauhpun terasa tidak terlalu lelah. "Haish!! Senang sekali punya kuas ajaib, kamu bisa melakukan apapun Arash!" kata Wu Xubang dengan raut wajah sedih. "Hahaha... Aku baru saja mendapatkan berkah kuas ini, selama 7 tahun aku bahkan Dicerca karna nggak bisa mengendalikan Mana." sahut Arash, ia terlihat sedih jika mengingat perjalanannya di masa lalu. "Jangan bersedih Arash, berkat sabarmu itu akhirnya ka