Sebuah layar mengambang membentuk kotak penyimpanan, terlihat gambar pada setiap kotak, yang menandakan berapa jumlah barang yang ada di dalamnya sesuai dengan jenis barang tersendiri. "Paman, bagaimana cara mengambilnya?" tanya Arash. "Kamu hanya perlu memasukkan tanganmu ke kotak barang yang ingin kamu ambil," jelas Fatta, beruntung Melisa, ibu Arash pernah menjelaskan itu kepadanya. "Ah, pil apa ini?" tanya Arash, ia mengambil Mustika Naga. Bentuknya memang seperti sebuah pil, bulat putih berkilau. "Itu Mustika Naga, kalau kamu menelannya, kamu bisa bernapas di dalam air. Haish! Sepertinya ibumu nggak menelan Mustika Naga pemberian ayahmu saat itu." kata Fatta lagi. "Saat itu?" tanya Arash. "Ayah dan ibumu pernah bertarung bersama menyerang kerajaan Jien di segitiga Bermuda, saat itu ayahmu..." Fatta melirik Arash, melihat ekspresi apa yang tergambar pada wajah anak itu. "Ada apa paman? Teruskan!" kata Arash bersemangat. Fatta kemudian menceritakan bagaimana serunya
Saat ini Arash dan Wu Xubang sedang berada di atas arena latihan. Beberapa murid senior menonton mereka dengan perasaan waspada. Arash dan Wu Xubang akan tanding ulang, keduanya sama-sama dalam keadaan baik. Tadi pagi Arash meminta izin kepada Tetua Wan Bingwen untuk melakukan perjalanan mencari foto ayahnya, Fatta bahkan terkejut dengan kuasa kuas ajaib milik Arash dan mendukung penuh niatnya itu. "Kamu boleh bepergian Arash, tapi ingatlah perguruan Wunan juga rumahmu, kembalilah saat kamu sudah menemukan apa yang kamu cari dan satu lagi, pakai topeng ini untuk menutupi identitas saat kamu ingin menggunakan kuas ajaib." Arash masih ingat dengan kata-kata Tetua Wan Bingwen pagi itu, Tetua Wan sepertinya sudah tau kalau hal seperti ini akan terjadi. Ia bahkan menyiapkan topeng yang diisi dengan Mana sihir pengubah suara ketika Arash memakainya. Dan saat ini Arash akan bertarung lagi dengan Wu Xubang, untuk menuntaskan siapa yang terbaik. Keduanya akan mengeluarkan jurus-jurus ter
"Haish! Bahkan sudah 2 kali kalahpun mereka nggak mau mengakui kekuatan perguruan Wunan!" Beberapa murid senior perguruan Wunan mulai marah melihat sikap murid senior perguruan Dragons. "Mereka selalu seperti itu!" "Mereka keras seperti itu, karena kudengar Wu Xubang adalah salah satu kandidat yang akan masuk ke dalam sekte Pedang Suci!" "Sekte Pedang Suci? Hanya murid-murid terpilih yang bisa memasukinya!" "Sekte Pedang Suci adalah tempat pendekar-pendekar pilihan yang memiliki bakat, kudengar ujian masuknya pun sangat sulit!" "Sangat sulit tapi setimpal dengan apa yang akan di dapat!" "Apa saja?" Para murid mulai heboh dan berkumpul membicarakan Sekte Pedang Suci. Sekte yang berada di bawah naungan Kekaisaran. Bie Xulai hanya menggelengkan kepala melihat antusias teman-temannya, ia lalu menghampiri Arash yang membantu Wu Xubang berdiri. "Arash, buatkan dia pil Bunga Putih." kata Bie Xulai, tapi Arash menggeleng. "Karena bertanding denganku kamu diremehkan ka
"Arash jaga dirimu, ingat dengan ajaran Wunan! Jadilah manusia yang memberikan manfaat untuk orang lain!" Tetua Wan Bingwen mengingatkan Arash dengan ajaran utama perguruan Wunan. Arash mengangguk, ia berangkat bersama Fatta. Fatta bersikeras ikut kemanapun Arash pergi, sebagaimana dulu ia menjaga Tuan Mudanya, ayah Arash. Maka ia juga akan menjaga Arash. "Arash, kamu beneran mau ikut bersamaku?" tanya Wu Xubang, ia tak menyangka pagi ini Arash akan ikut dengannya. Pagi ini murid senior dari perguruan Dragons akan pulang, acara latih tanding sudah selesai, namun Wu Xubang ditinggal oleh teman-temannya. Padahal bukan hanya Wu Xubang yang kalah, tapi mereka bersikap, seolah Wu Xubanglah penyebab kekalahan itu. "Bukankah aku sudah berjanji, soal lukisan yang mau kamu..." Arash memberi kode. "Ah iya, aku paham... Aku senang mendengarnya!!" sahut Wu Xubang dengan mata berbinar. "Arash, jaga dirimu kawan! Jangan lupa, kami adalah keluargamu juga!" kata Bie Xulai menepuk bahu
Wu Xubang adalah salah satu Tuan Muda kaya dari kota Qiantang, perjalanan dari kota Xianwen ke Qiantang cukup memakan waktu hingga 3 hari dua malam menggunakan kereta kuda. Jadi Wu Xubang menyewa sebuah kereta kuda dalam perjalanan mereka kali ini beserta kusirnya. "Arash, buatkan paman bantalan empuk! Kereta kuda ini sangat menyakitkan, bantalannya sekeras batu!" protes Fatta, Arash hanya terkikik mendengar celotehan Fatta. Ia tidak hanya membuat bantalan untuk Fatta, tetapi juga untuk dirinya dan Wu Xubang dengan kuas ajaib. Setelah bantalan diganti, bahkan perjalanan jauhpun terasa tidak terlalu lelah. "Haish!! Senang sekali punya kuas ajaib, kamu bisa melakukan apapun Arash!" kata Wu Xubang dengan raut wajah sedih. "Hahaha... Aku baru saja mendapatkan berkah kuas ini, selama 7 tahun aku bahkan Dicerca karna nggak bisa mengendalikan Mana." sahut Arash, ia terlihat sedih jika mengingat perjalanannya di masa lalu. "Jangan bersedih Arash, berkat sabarmu itu akhirnya ka
"Hiiiaaattt!!" Para perompak melompat dan mulai menyerang Fatta serta Wu Xubang, sedangkan Arash sedang mengobati kusir yang terluka. Fatta melompat dengan garang, ada 10 perompak. Masing-masing dari Fatta maupun Wu Xubang menghadapi perompak sebanyak 5 orang, mereka berdua tidak memberikan para perompak kesempatan untuk menyerang Arash. "Mengapa mereka mencoba melindungi anak itu? apa dia yang paling kaya?" salah satu perompak bicara. "Haish!! dari penampilannya sepertinya bukan!! lihatlah baju yang ia gunakan bahkan memiliki tambalan!!" "Masa bodoh!! kita harus menangkap mereka semua, jika dijual maka kita akan mendapatkan banyak uang!!" Para perompak terlihat begitu bersemangat melancarkan jurus yang mereka punya, padahal beberapa kali sudah kena pukulan dari Fatta maupun Wu Xubang. "BERHENTI!!" teriak Arash. Semua orang berhenti bertarung, entah mengapa bahkan para perompak pun seakan menurut dengan perkataan Arash. "Heh bocah!! Beraninya kamu memberi perinta
Arash menatap Fatta dengan perasaan bersalah, bukan ia tak mau menceritakan soal keberadaan Badara maupun Cacao, hanya saja ia tau kalau Fatta akan bersikap seperti sekarang. "Maaf paman, aku menunggu waktu yang tepat! Selama ini mereka baik kepadaku dan selalu menolongku..." jelas Arash. "Selama ini? Sejak kapan?" tanya Fatta, ia tak bisa membayangkan ternyata Badara dan Cacao sudah berada di dekat Arash dari lama. Pantas ia terkadang merasakan aura yang berbeda saat di dalam rumah, ternyata itu mereka. "Sejak aku kembali dari hutan larangan paman, mereka yang menyelamatkanku..." jelas Arash lagi. Fatta sesekali menengok kepada Arash dan kembali fokus pada kereta kuda yang ia jalankan. Fatta kemudian menghela napas yang teramat berat, bagaimana bisa ia terkecoh pada keberadaan para siluman itu. "Arash, paman mohon jangan ada lagi yang kamu sembunyikan, paman nggak mau terjadi sesuatu kepadamu." jelas Fatta lagi, ia tersenyum dengan tatapan memohon kepada Arash, tentu mem
Siluman ular itu kembali ke wujud manusianya, sangat cantik. Dengan gaun panjang berwarna merah yang memperlihatkan belahan kakinya dan mengekspos dada indahnya. Rambutnya tergerai indah, tanpa riasan wajah, hanya berbalur pemerah bibir yang sangat menggoda. Fatta bahkan menganga dan tak berkutik melihat kecantikan gadis ular itu, bahkan Wu Xubang juga sepertinya ikut terpana. "Hei!! Kamu menggoda mereka ya? Dasar siluman ular nakal!!" teriak Arash. "Aku menggoda mereka? Kkkkk... Kkkk...." Siluman ular itu terkikik mendengar perkataan pemuda di depannya. Siluman ular itu meraih kain yang menjulur dari lantai atas ke bawah, ia kemudian menari di antara kain itu dan tersenyum begitu manis. "Aku nggak menggoda mereka, hanya saja kecantikanku memang membuat orang lain terpana, hanya kamu yang aneh!" Cecar siluman ular, bibirnya terlihat mengkerut karena ia merajuk melihat sikap Arash yang tidak tergoda dengan kecantikannya. "Apa-apaan gadis ular ini, kamu pikir semua pria akan