Raja Lingga yang tanpa sengaja mendengar kata-kata Arash lalu meminta para pelayannya untuk mundur. "Arash, mana mungkin aku menahanmu, kamu telah membantuku membuat beberapa senjata, kamu bahkan memberikan kami ramuan yang begitu hebat, mana mungkin aku menahan dirimu, meski hatiku ingin pun, aku nggak akan melakukan itu," sahut Raja Lingga yang berjalan masuk ke dalam. Raja Lingga kemudian memberikan sebuah plakat khusus, "Arash, ini adalah plakat khusus yang kubuat untukmu, suatu hari ketika kamu memerlukan bantuanku, kamu bisa menemuiku kapanpun kamu mau! Meski aku tahu, kamu memiliki segala hal dengan kuas ajaib itu," jelas Raja Lingga lagi. Arash tersenyum ramah dan menerima plakat tersebut dengan senang hati. Arash tahu Raja Lingga mencoba membalas kebaikannya dengan segala upaya, meski memiliki kuas ajaib, Arash rasa tidak ada salahnya menerima bantuan dari seorang teman suatu hari nanti. "Yang Mulia, kami harap kalian dalam keadaan aman, jika suatu hal terjadi tek
"Arash, mengapa kamu hancurkan mobil yang telah kamu buat itu?" tanya Fatta ketika kereta kuda kembali berjalan. "Karena sangat berbahaya, saat ini pengetahuan kita mengenai mobil belum sampai, aku nggak mau mereka menjadi menginginkan hal lebih ketika melihat betapa majunya perkembangan manusia masa depan," sahut Arash, ia bicara bukan tanpa sebab, bahkan terkadang Arash bisa merasakan bisikan seperti itu dari Raja Iblies. Ketika mendapatkan kekuatan, manusia cenderung menginginkan lebih, hanya sedikit manusia yang bisa mengendalikan nafsunya sendiri. "Kamu benar, suatu hari manusia akan memiliki pengetahuan itu, kita nggak boleh mengganggu masa ini dengan pengetahuan tersebut." sahut Fatta mengerti. "Kakak! Apa yang kalian bicarakan?" tanya Mei Xue, ia duduk di tengah-tengah Arash dan Fatta yang sedang mengobrol begitu serius. "Nona, kamu membuatku kaget! Jangan seperti ini, paman bisa kehilangan jantung!" sahut Fatta, karena Mei Xue adalah siluman jadi ia begitu mudah ber
Akhirnya mereka sampai di desa Mekarsari, namun ada yang aneh! Arash tidak melihat adanya pagar sihir yang telah ia buat di rumah susun, apa mungkin para manusia masa depan berhasil kabur? Arash segera melompat turun, ia dengan cepat melihat keadaan di dalam rumah susun. Benar saja, para tahanan sudah tidak ada di sana! "Arash, ada apa?" tanya Fatta, ia bisa melihat ekspresi wajah Arash yang berubah khawatir. "Pagar sihir yang kubuat kini sudah nggak ada!" sahut Arash. Perasaan khawatir kini juga menyergap Fatta, ia segera berlari ke rumah keluarga Adipati terdahulu, hanya ada Pandu di sana. Jika terjadi sesuatu kepada Pandu, maka itu akan menjadi kesalahannya. Melihat Fatta yang berlari terburu-buru menuju rumah kediaman ayahnya dulu, membuat Arash juga memiliki pemikiran yang sama. "Kalian!" Namun mereka kini bisa bernapas lega begitu melihat tidak terjadi apa pun kepada Pandu, saat ini Pandu sedang menyiram tanaman bersama Calvin, Wening, Handoko dan Rico. Bukan
"Arash kenapa kita harus menguji mereka? Ini akan memperlambat perjalananmu menuju surga dunia," kata Fatta, saat mereka sedang berduaan di depan rumah. "Kita harus melakukan itu, nggak masalah paman, lagipula jika para manusia masa depan masih ada di masa kini, maka telah menjadi tugas kita untuk menghancurkan mereka," sahut Arash. "Paman khawatir jika mereka bersatu dengan beberapa ahli beladiri di masa ini," kata Fatta akhirnya, ia teringat dengan perkataan Raja kera yang mengatakan masih ada artefak kuno yang memiliki kekuatan lebih hebat ketimbang kuas ajaib, jelas itu membuat Fatta khawatir. "Tenang saja paman, jika mati belum menjadi takdir kita, maka tak ada yang perlu kita takuti.""Haish! Kamu masih muda, seharusnya kamu menikmati kehidupan, lihatlah para gadis itu bahkan berebut mengikutimu, tetapi kamu malah sibuk dengan urusan dunia," kata Fatta sembari menggelengkan kepala.Arash terkejut, di saat sedang serius bicara, pamannya malah mengungkit persoalan wanita. "Pam
Semua orang bangun di pagi hari, sedangkan Arash memiliki warna hitam di bawah matanya. "Arash, apa yang terjadi?" tanya Fatta. "Bukan apa-apa paman," sahut Arash. Tadi malam, sepertinya Raja Iblies menemukan cara baru untuk membuat Arash kesal. Raja Iblies terus bicara sepanjang malam, membuat Arash tidak bisa tidur. "Kakak, kenapa dengan matamu?" tanya Mei Xue yang terkejut mendapati Arash dalam keadaan masih mengantuk. "Bukan apa-apa," lagi-lagi Arash menjawab seperti itu. Han Hae Su bahkan terkejut saat berpapasan dengan Arash, terlihat Arash memasang wajah cemberut karena kurang tidur. Jadi pasukan Elang Hitam tidak berani ikut menegur Arash, mereka takut jika ditegur maka emosi Arash akan naik. "Yang Mulia!" Badara buru-buru mendatangi Arash. "Ada apa?" tanya Arash. "Pamanmu menghilang, para manusia masa depan juga nggak ada di dalam rumah," jelas Badara. Badara dan Cacao tentu tidak pernah lengah sedikit pun, tetapi mereka tetap kebingungan mengapa Pandu bis
"Arash, mereka memiliki alasan, mereka nggak sepenuhnya berniat jahat," jelas Pandu. Arash menatap Pandu, bagaimana bisa pamannya itu tetap membela Calvin dan teman-temannya yang bahkan ingin mempergunakan dirinya. "Paman, apa kamu masih belum paham? Jika mereka memiliki kelemahan dan takut kehilangan keluarganya lalu bagaimana dengan keluarga kita yang ada di sini?" Arash menatap Pandu dengan perasaan kecewa, Pandu tak bisa menjawab sepatah kata pun pertanyaan Arash itu, ia merasa bersalah. "Lalu kalian pikir, hanya kalian yang memiliki keluarga? Kalian pikir kami nggak punya seseorang yang layak untuk kami lindungi?" Arash berbalik dan menatap Calvin dan teman-temannya. "Arash, kami nggak bermaksud seperti itu, jika memang ada cara yang lebih baik untuk menyelamatkan keluarga kami serta melindungi masa ini, maka kami akan melakukannya!" sahut Wening, ia terduduk kemudian menangis. "Aku memiliki anak yang masih kecil, tahun depan ia baru memasuki sekolah dasar, jika kami ke
"Lihatlah, ada seorang bocah!" salah satu pasukan penjaga gerbang mentertawakan Arash yang sedang memanggil-manggil mereka. "Apa yang ia lakukan?" swhut temannya ikut mentertawakan Arash. "Bodoh sekali, apa ia nggak tahu kalau ini daerah terlarang!" "Mungkin saja, apa kita tangkap dan kita jadikan bahan penelitian?" Ketika mereka sedang asyik bicara, tiba-tiba Arash menghilang dari pandangan mereka. "Kemana anak itu?" "Mengapa ia menghilang secara tiba-tiba?" "Sial! Nggak mungkinka dia salah satu pahlawan!" "Nggak mungkin!" "Apa yang nggak mungkin paman?" tanya Arash seketika berada di tengah-tengah keduanya. Kedua pasukan itu terkejut, begitu mereka ingin menyerang Arash dengan cepat Arash membenturkan kepala keduanya. "Buakh!" "Akh!" "Sialan, siapa kamu?" "Buakh!" lagi-lagi Arash memukul mereka dengan menendang perut salah satunya, kemudian pasukan lainnya Arash benturkan lutut kepada kepala pasukan itu. Keduanya dalam sekejap berhasil dilumpuhkan, pasukan lain
Prof Andreas tentunya mengenal Han Hae Su, gadis itu adalah staf peneliti yang merupakan tangan kanan prof Connors. "Bukankah kamu adalah tangan kanan prof Connors, mengapa kini kamu memberontak?" tanya prof Andreas."Ada banyak hal yang kupikir nggak perlu aku beritahu kepadamu," sahut Han Hae Su. Mereka berada di ruangan dengan pengamanan khusus, ruangan kaca yang bahkan ditembak pun takkan hancur. Bukan hanya itu, dalam sekali tekan prof Andreas bisa mengalirkan racun atau pun gas tidur kepada mereka. Tetapi prof Andreas belum melakukan itu, ia masih ingin tahu apa yang Han Hae Su dan teman-temannya inginkan. Han Hae Su membuka gerbang waktu, kemudian Arash mengeluarkan Calvin dan teman-temannya dari cincin penyimpanan. "Kalian!" Prof Connors begitu terkejut mendapati para pahlawan yang ia kirim kini berada di pihak Han Hae Su, ia mengira Han Hae Su yang memimpin pemberontakan ini. Prof Andreas tidak tahu kalau Arashlah yang menyusun semua rencana ini. "Mengapa kalian berkhi