Arash dan Fatta sampai di pusat kerajaan, beberapa pengawal terlihat membereskan sisa-sisa pertarungan Arash dan para siluman kera. Begitu Arash dan Fatta datang, semua orang terlihat membuka jalan dan menatap mereka dengan takut. "Ada apa ini?" gumam Fatta, bukan hanya warga biasa, tetapi para pasukan kerajaan juga takut ketika tanpa sengaja tersenggol tubuh Arash. "Tuan, maafkan aku! Aku nggak sengaja!" pasukan itu bahkan lari terbirit-birit begitu menyadari siapa yang ia tabrak. "Aneh, apa ada hal yang mengerikan di wajahku hingga dia pergi seperti itu?" tanya Arash kepada Fatta. Fatta menggeleng, ia kemudian disambut oleh Mei Xue dan Han Hae Su. Kedua wanita cantik itu terlihat gelisah dan dengan cepat membawa Arash serta Fatta menjauh dari banyak warga. "Ada apa? Mengapa kalian terlihat tergesa-gesa?" tanya Arash. "Kakak, ikut saja, kami akan jelaskan nanti!" sahut Mei Xue. Mereka memasuki istana kerajaan, di sana berdiri Raja Lingga yang sedang terlihat gelisah
Melihat para pejabat terdiam, Raja Lingga merasa ini adalah waktu yang tepat untuk membalik keadaan. Mau bagaimana pun musuh terbesar mereka adalah manusia dari masa depan. Tak banyak dari mereka memiliki hati yang baik, tidak seperti Rama yang dulu berniat baik kepada mereka. "Apa yang Arash katakan benar, kita tak bisa seperti ini, jika kita menyerahkan sumber daya kepada mereka hanya dengan bayaran senjata dan alat, maka sebenarnya itu adalah pembodohan bagi kita! Kita adalah leluhur bagi mereka! Tetapi mereka malah mencoba membodohi kita dengan beberapa senjata dan alat dari masa depan!" kata Raja Lingga. Semua pejabat dan para bangsawan mulai saling berbisik, membenarkan apa yang Raja Lingga katakan. "Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita nggak bisa cuma berharap kepada pemuda ini, kita nggak bisa sepenuhnya percaya kepadanya," dengan berani Menteri Pertahanan bicara sekaligus menekan Arash. "Kamu nggak perlu percaya kepadaku, aku memang nggak punya niat sedikit pun untuk
Han Hae Su mulai mengendarai mobil yang Arash buat, Han Hae Su pikir akan terasa berbeda, namun ternyata sama saja dengan mobil dari masa depan. Bahkan terasa lebih ringan. "Mobil ini terasa begitu ringan!" kata Han Hae Su, Raja Lingga yang berada di sampingnya memegangi kursi karena rasa takut. Mobil berjalan begitu cepat, bahkan Han Hae Su mencoba mengelilingi halaman istana. Para pelayan istana semua dibuat terkejut dengan pemandangan baru di depan mata mereka. "Benda apa itu?" "Seperti sebuah kereta kuda, tetapi tanpa kuda!" "Sihirkah?" "Tetapi Raja kita berada di dalam kereta itu!" "Apakah akan berbahaya! Selamatkan Yang Mulia!" Beberapa pelayan terlihat panik, sementara Han Hae Su terlihat riang gembira ketika mengendarai mobil offroad Jaap. Ckiiiit! Han Hae Su berhenti tepat di depan para Menteri yang tadi mendebat Arash. Semua Menteri memejamkan mata mereka ketakutan, bahkan sebagian lagi menunduk dan terduduk di tanah. Beruntung mereka tidak samp
Arash, Alan dan Han Hae Su mulai bekerja sama membuat beberapa senjata yang diperlukan oleh kerajaan Bamaraya. Bahkan Raja Iblies mengajari Arash untuk memberikan waktu kepada setiap senjata yang akan digunakan, senjata itu akan menghilang bagai debu ketika waktunya habis. Sengaja dibuat seperti itu agar tidak terjadi kegaduhan di masa ini. Semakin canggih suatu senjata maka semakin besar pula keserakahan menggerogoti jiwa. Setiap orang pasti berlomba-lomba untuk melakukan penjajahan di belahan bumi mana pun. (Arash, kamu yakin mereka nggak akan mempelajari senjata yang kamu buat?) "Mereka pasti akan mempelajarinya, kalau nggak seperti itu, darimana manusia masa depan mendapatkan pengetahuan tentang senjata?" Raja Iblies terkekeh, (Kamu benar, lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini?) Arash menepuk keningnya, "untung kamu bertanya, harusnya aku menanyakan foto ayah kepada paman Alan!" sahut Arash. "Kamu benar! Kenapa malah nggak kepikiran daritadi?" timpal Fatta, ia
"Mereka datang! Mereka datang!" prajurit dari bangsa Bar-Bar mulai berlarian ketika beberapa kapal mulai memasuki laut mereka. Kapal-kapal itu masih terlihat seperti kapal pada umumnya di masa ini, namun yang mereka tidak ketahui adalah beberapa senjata telah mereka perbaharui, senjata-senjata yang dibawa oleh manusia masa depan. "Apa mereka bersama manusia dari masa depan itu?" Martinas, salah satu Panglima dari pasukan bangsa Bar-Bar jelas bertanya-tanya. "Apa mungkin bangsa Mamarika tega menyerang kita hanya karena nggak ingin menjadi sekutu dari manusia masa depan itu?" Bert yang juga salah satu panglima mulai berpikir kalau bangsa Mamarika telah mengkhianati mereka. "Apa mereka lupa, jika kita menyerang kerajaan Bamaraya, maka para Naga akan menyerang bangsa kita!" kecam Alberto. Kapal-kapal dari Mamarika mulai mendekat, pasukan dari bangsa Bar-Bar mulai bersiap, mereka telah mengembangkan beberapa senjata juga membeli beberapa senjata milik manusia masa depan dari
Raja Lingga yang tanpa sengaja mendengar kata-kata Arash lalu meminta para pelayannya untuk mundur. "Arash, mana mungkin aku menahanmu, kamu telah membantuku membuat beberapa senjata, kamu bahkan memberikan kami ramuan yang begitu hebat, mana mungkin aku menahan dirimu, meski hatiku ingin pun, aku nggak akan melakukan itu," sahut Raja Lingga yang berjalan masuk ke dalam. Raja Lingga kemudian memberikan sebuah plakat khusus, "Arash, ini adalah plakat khusus yang kubuat untukmu, suatu hari ketika kamu memerlukan bantuanku, kamu bisa menemuiku kapanpun kamu mau! Meski aku tahu, kamu memiliki segala hal dengan kuas ajaib itu," jelas Raja Lingga lagi. Arash tersenyum ramah dan menerima plakat tersebut dengan senang hati. Arash tahu Raja Lingga mencoba membalas kebaikannya dengan segala upaya, meski memiliki kuas ajaib, Arash rasa tidak ada salahnya menerima bantuan dari seorang teman suatu hari nanti. "Yang Mulia, kami harap kalian dalam keadaan aman, jika suatu hal terjadi tek
"Arash, mengapa kamu hancurkan mobil yang telah kamu buat itu?" tanya Fatta ketika kereta kuda kembali berjalan. "Karena sangat berbahaya, saat ini pengetahuan kita mengenai mobil belum sampai, aku nggak mau mereka menjadi menginginkan hal lebih ketika melihat betapa majunya perkembangan manusia masa depan," sahut Arash, ia bicara bukan tanpa sebab, bahkan terkadang Arash bisa merasakan bisikan seperti itu dari Raja Iblies. Ketika mendapatkan kekuatan, manusia cenderung menginginkan lebih, hanya sedikit manusia yang bisa mengendalikan nafsunya sendiri. "Kamu benar, suatu hari manusia akan memiliki pengetahuan itu, kita nggak boleh mengganggu masa ini dengan pengetahuan tersebut." sahut Fatta mengerti. "Kakak! Apa yang kalian bicarakan?" tanya Mei Xue, ia duduk di tengah-tengah Arash dan Fatta yang sedang mengobrol begitu serius. "Nona, kamu membuatku kaget! Jangan seperti ini, paman bisa kehilangan jantung!" sahut Fatta, karena Mei Xue adalah siluman jadi ia begitu mudah ber
Akhirnya mereka sampai di desa Mekarsari, namun ada yang aneh! Arash tidak melihat adanya pagar sihir yang telah ia buat di rumah susun, apa mungkin para manusia masa depan berhasil kabur? Arash segera melompat turun, ia dengan cepat melihat keadaan di dalam rumah susun. Benar saja, para tahanan sudah tidak ada di sana! "Arash, ada apa?" tanya Fatta, ia bisa melihat ekspresi wajah Arash yang berubah khawatir. "Pagar sihir yang kubuat kini sudah nggak ada!" sahut Arash. Perasaan khawatir kini juga menyergap Fatta, ia segera berlari ke rumah keluarga Adipati terdahulu, hanya ada Pandu di sana. Jika terjadi sesuatu kepada Pandu, maka itu akan menjadi kesalahannya. Melihat Fatta yang berlari terburu-buru menuju rumah kediaman ayahnya dulu, membuat Arash juga memiliki pemikiran yang sama. "Kalian!" Namun mereka kini bisa bernapas lega begitu melihat tidak terjadi apa pun kepada Pandu, saat ini Pandu sedang menyiram tanaman bersama Calvin, Wening, Handoko dan Rico. Bukan