Fatta mulai melayangkan pukulan terkuatnya, membuat Karsa terlempar hingga membentur dinding di dekat kursi para petarung."Bruak!""Uhuk!""Grrraaahhh!"Beberapa siluman kera lainnya mulai menunjukkan bentuk asli mereka, turun dari kursi penonton dan langsung menyerang Fatta. Melihat itu tentu Arash takkan membiarkan hal itu terjadi. "Mei Xue, bawa Nona Han Hae Su pergi ke tempat yang aman, aku harus membantu paman Fatta."Mei Xue mengangguk, jadi ia dan Han Hae Su pergi ke tempat yang menurut Mei Xue aman. Para prajurit juga mulai melindungi di sekitar tempat Raja Lingga berada. "Yang Mulia, keadaan sudah nggak aman, sebaiknya Yang Mulia pergi ke tempat yang aman," kata Alan. "Benar Yang Mulia, kalau tetap di sini, takutnya para siluman berniat nggak baik," kata Bian pula. Raja Lingga menggeleng, "aku harus bertemu Arash, kalau aku pergi sekarang, takutnya nggak punya kesempatan bertemu lagi.""Yang Mulia, aku jamin aku akan mempertemukanmu dengan Arash, sebaiknya Yang Mulia per
Para siluman kera mulai berkumpul dari segala arah, mereka memasuki pusat kota dan berlari ke arah gedung pertarungan dilaksanakan. Satu persatu siluman kera mulai memasuki arena. Ada sekitar 100 pasukan siluman kera. Sepertinya mereka telah merencanakan semua ini, dengan adanya bala bantuan siluman kera. Sudah dapat dipastikan mereka ingin menduduki kerajaan Bamaraya. "Habislah kamu anak muda, kamu nggak akan mampu menghadapi pasukan sebanyak ini!" kata Ramos dengan tawa menggelegar, tawa yang terlihat kejam serta meremehkan. "Apa ada yang mau kamu katakan, mungkin ini hari terakhir kamu melihat dunia!" kata salah satu siluman kera, para siluman lainnya tertawa mengejek. Semua siluman mengepung Arash dan Fatta di tengah arena, bahkan sebagian dari mereka mulai menduduki kursi petarung yang kosong. Alan dan Bian berada di sisi lain arena, melihat pertarungan yang terlihat tak seimbang. Begitu pula dengan petarung dari perguruan Kalijagat. Mereka berada di tempat yang tidak be
"Srriiiiinnnggg!!" Sebuah tongkat berwarna merah melayang dan hampir memukul Arash, beruntung Arash mampu menangkis serangan tongkat berwarna merah itu. Tongkat berwarna merah itu memiliki ukiran-ukiran istimewa. Seolah itu adalah mantra sihir yang melingkari batang tongkat merah. Kekuatan yang dihasilkan juga sangat kuat, hingga Arash terdorong ke belakang ketika menahan serangan tongkat merah. "Klang! Klang! Klang!" Tongkat berwarna merah itu bahkan mampu menyerang Arash dengan kekuatan penuh. Ketika Arash ingin menghapusnya, tongkat merah itu tak bisa dihapuskan. Ia memiliki keabadiannya tersendiri, karena tongkat merah adalah artefak kuno, sama seperti kuas ajaib. "Plap!" ketika tongkat merah kembali, seorang siluman kera dengan warna bulu keemasan memegang tongkat merah dengan wajah mengejek. Di kepalanya terdapat mahkota emas sederhana. "Yang Mulia Raja!" teriak siluman kera lainnya, ternyata tongkat merah adalah milik Raja siluman kera. "Kamu anak itu bukan?" tunju
Para siluman kera mulai menyebar, mendahului Arash, Fatta dan Raja kera yang sedang berjalan beriringan. "Apa kamu akan mencari ayahmu menggunakan kuas ajaib itu?" tanya Raja kera. "Kamu tahu tentang kuas ajaib?" tanya Arash balik. Raja kera terkekeh, "aku adalah Raja kera, bukan sekedar siluman yang terhubung dengan alam Jien, aku terlahir dari batu neraka, tentu aku tahu soal kuas ajaib yang merupakan artefak kuno dan senjata Raja Iblies." "Apa lagi yang kamu tahu tentang kuas ajaib?" tanya Fatta ikut penasaran. "Kuas ajaib mampu menciptakan mantra penghancur alam, bukan hanya itu kalau kamu tahu mantranya, ia bisa mengabulkan apapun mantra yang dibuat, bukan sembarang mantra sihir. Ada beberapa mantra yang seharusnya kamu pelajari, kamu belum menggunakan kuas ajaib secara penuh rupanya," kekeh Raja kera. Arash terlihat merenung, ternyata masih banyak hal yang tidak ia ketahui tentang kuas ajaib. "Jadi kamu juga tahu kalau kuas ajaib nggak akan berguna tanpa aku?" "Ten
"Baiklah, aku akan menggambar di bagian sebelah sini," kata Arash, mendengar itu para siluman kera berpindah dari tempat yang akan Arash gambar.Arash mengeluarkan kuas ajaibnya, membuatnya menjadi besar, ia mulai dengan menggambar beberapa pohon buah mangga dan buah rambutan yang berada di tepian. Arash membuat gambar pohon buah yang banyak beserta buahnya. Di tengah-tengah Arash membuat air terjun yang berakhir dengan sebuah sungai besar di tengahnya. Tak lupa Arash menanam beberapa buah pisang, melihat itu para kera mulai bersorak riang gembira. "Tuan, gambarkan yang banyak pohon buah pisang!" pinta para kera, Arash mengangguk setuju. "Biasanya para siluman mengganggu manusia, tapi mengapa para siluman kera nggak melakukan itu?" tanya Arash kepada Raja kera sembari ia menggambar beberapa pohon buah kelapa. "Karena kami siluman asli, bukan siluman yang berubah dari manusia yang melakukan perjanjian dengan alam Jien.""Apa perbedaannya?" tanya Fatta. "Kami memiliki alam tersend
"Tuan, maafkan kami karena tadi meremehkan serta menyerangmu!" Ramos dan sekelompok siluman kera lainnya berlutut sembari menangkupkan tangan, mereka mengantar kepergian Arash dan Fatta dari kawasan siluman kera. "Apa-apaan? Jangan berlutut! Aku juga salah karena tadi menyerang kalian berlebihan! Maafkan aku!" sahut Arash. Melihat Arash meminta maaf membuat Fatta sedikit tercengang, apakah setelah berkomunikasi dengan Raja kera membuat pikiran Arash sedikit terbuka tentang dunia ini? Anak yang biasanya tidak mau mengalah dan percaya diri itu kini mengakui kesalahannya dan meminta maaf? "Sepertinya dunia akan berakhir!" gumam Fatta sembari menggelengkan kepala. "Terima kasih Tuan, engkau sangat rendah hati!" kata para siluman kera bersamaan, Arash hanya tersenyum malu sembari mengibaskan tangannya. "Baiklah, aku dan pamanku pamit pergi! Jaga diri kalian!" kata Arash penuh semangat. "Tuan juga jaga diri, jangan lupa berkunjung lagi ke sini!" lambai para siluman kera.
Arash dan Fatta sampai di pusat kerajaan, beberapa pengawal terlihat membereskan sisa-sisa pertarungan Arash dan para siluman kera. Begitu Arash dan Fatta datang, semua orang terlihat membuka jalan dan menatap mereka dengan takut. "Ada apa ini?" gumam Fatta, bukan hanya warga biasa, tetapi para pasukan kerajaan juga takut ketika tanpa sengaja tersenggol tubuh Arash. "Tuan, maafkan aku! Aku nggak sengaja!" pasukan itu bahkan lari terbirit-birit begitu menyadari siapa yang ia tabrak. "Aneh, apa ada hal yang mengerikan di wajahku hingga dia pergi seperti itu?" tanya Arash kepada Fatta. Fatta menggeleng, ia kemudian disambut oleh Mei Xue dan Han Hae Su. Kedua wanita cantik itu terlihat gelisah dan dengan cepat membawa Arash serta Fatta menjauh dari banyak warga. "Ada apa? Mengapa kalian terlihat tergesa-gesa?" tanya Arash. "Kakak, ikut saja, kami akan jelaskan nanti!" sahut Mei Xue. Mereka memasuki istana kerajaan, di sana berdiri Raja Lingga yang sedang terlihat gelisah
Melihat para pejabat terdiam, Raja Lingga merasa ini adalah waktu yang tepat untuk membalik keadaan. Mau bagaimana pun musuh terbesar mereka adalah manusia dari masa depan. Tak banyak dari mereka memiliki hati yang baik, tidak seperti Rama yang dulu berniat baik kepada mereka. "Apa yang Arash katakan benar, kita tak bisa seperti ini, jika kita menyerahkan sumber daya kepada mereka hanya dengan bayaran senjata dan alat, maka sebenarnya itu adalah pembodohan bagi kita! Kita adalah leluhur bagi mereka! Tetapi mereka malah mencoba membodohi kita dengan beberapa senjata dan alat dari masa depan!" kata Raja Lingga. Semua pejabat dan para bangsawan mulai saling berbisik, membenarkan apa yang Raja Lingga katakan. "Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita nggak bisa cuma berharap kepada pemuda ini, kita nggak bisa sepenuhnya percaya kepadanya," dengan berani Menteri Pertahanan bicara sekaligus menekan Arash. "Kamu nggak perlu percaya kepadaku, aku memang nggak punya niat sedikit pun untuk