Besok Maya akan berangkat ke ibukota untuk bekerja dan juga mengubah nasib keluarganya, Maya berharap penuh pada pekerjaan ini. Setelah selesai berkemas kini Maya menemui kedua orang tuanya untuk meminta izin, awalnya sang ayah menolak karena baginya Maya masih terlalu muda untuk merasakan bagaimana kejamnya hidup di ibukota namun berkat kegigihan Maya melunakkan hati orang tuanya akhirnya kedua orang tua Maya setuju jika anaknya bekerja di kota dengan syarat selalu memberi kabar dan memberitahu alamat tempatnya bekerja.
Keesokan paginya Handoko sudah bersiap menjemput Maya.. Rasa sedih menyelimuti hati Tejo dan Tinah ketika melepas sang anak untuk bekerja di kota orang, namun dengan berat hati mereka harus ikhlas demi kelancaran urusan Maya di kota sana. ****Sore hari Maya sudah tiba di kediaman sang majikannya, ia dibuat takjub dengan rumah mewah, megah dan luasnya melebihi lapangan sepak bola. Maya bengong di depan halaman rumah sang majikan hingga membuat Handoko geram. "Maya.." panggil Handoko setengah berteriak. "Iya.. i.. Iya pak," jawab Maya kaget. "Ayo cepetan masuk malah bengong disitu," ajak Handoko lalu Maya melangkahkan kakinya masuk ke istana megah sang majikan. Disana Maya sudah ditunggu kedatangannya oleh Boy yang sedang duduk di ruang keluarga sambil bermain ponsel mahalnya. "Bos saya sudah membawa Maya," ucap Handoko sembari membungkuk hormat. Lalu Boy memperhatikan penampilan Maya dari atas sampai bawah, ya meskipun penampilannya norak tapi fisiknya oke lah. "Siapa namamu?" tanya Boy ketus. "Nama saya Maya Syaqilla pak," jawab Maya lirih. "Nama yang bagus.. Mulai besok kamu sudah boleh mulai bekerja, biar nanti ketua art yang memberitahu apa saja yang kamu kerjakan," ucap Boy ketus. "Ba..baik pak," jawab Maya gugup. "Antar dia ke kamarnya biar bebersih dulu setelah itu istirahat," suruh Boy dan Handoko mengangguk mengerti. "Ayo May ikut saya ke kamarmu," ajak Handoko dan Maya mengangguk. Setelah kepergian Maya entah kenapa hati Boy terasa sangat sedih, ia jadi teringat dengan Almira.. Wanita yang sudah membuat hatinya terasa mati. Mau disangkal seperti apapun mereka hampir mirip cuma bedanya Maya berpenampilan sederhana layaknya gadis desa. "Kenapa harus dia yang nantinya jadi istri kontrak gue?" gumam Boy gelisah. Merasa terlalu lama jika menunggu esok hari akhirnya Boy memanggil Maya ke ruang kerjanya. Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu. "Masuk," jawab Boy dari dalam. "Permisi pak apa betul anda memanggil saya?" tanya Maya sopan. "Benar.. Silahkan duduk," jawab Boy. "Silahkan tanda tangan ini agar mulai besok kamu bisa langsung bekerja dan nantinya saya sendiri yang akan memantau kinerja kamu," ucap Boy menyerahkan map perjanjian. "Boleh saya baca dulu pak?" tanya Maya dan Boy mengangguk setuju. Lalu Maya membaca isi perjanjian yang diberikan bosnya secara teliti, di point terakhir Maya dibuat kaget akan isi perjanjiannya. Maya merasa keberatan dan langsung menanyakan pada bosnya. "Maaf Pak tapi untuk point terkahir saya keberatan," ucap Maya gugup. "Apa alasannya?" tanya Boy kesal. "Karena saya disini bekerja sebagai pembantu bukan untuk dijadikan istri kontrak," jawab Maya setengah ketakutan. "Haha kamu pikir nantinya saya akan macam-macam denganmu? Tidak akan bahkan menyentuhmu saya enggan, sebenarnya kamu ada disini ya karena untuk menjadi istri kontrak saya, gak lama hanya setahun saja. Kalau bukan desakan dari keluarga mana mau saya melakukan ini sama saja kan merendahkan harga diri saya sebagai pewaris tunggal," ucap Boy dengan angkuhnya. Ia merasa kesal karena Maya dengan beraninya menolak permintaannya, ia pikir dengan membaca isi perjanjian Maya akan patuh dan langsung setuju. "Tidak pak karena pernikahan itu sakral dan hanya terjadi sekali seumur hidup, saya tidak mau mempermainkan pernikahan jadi lebih baik bapak mencari wanita lainnya saja," tolak Maya. "Berani sekali kamu menolak permintaan saya, hanya tanda tangan dan kita akan menikah kontrak minggu depan, setelah itu ikuti semua sandiwara yang saya minta.. Hanya itu saja dan saya jamin tidak akan menyentuh atau bahkan tidur seranjang denganmu, apa kamu lupa tujuanmu datang ke kota untuk apa? Kamu ingin mewujudkan itu semua kan? Makanya tanda tangan perjanjian ini dan saya jamin keluarga kamu hidup enak, nyaman dan bahagia," ucap Boy mempengaruhi Maya. "Tapi pak yang namanya pernikahan itu harus ada wali nikah dan saksi, saya mau kelak ketika menikah ada bapak dan emak yang menyaksikannya," ucap Maya dengan polosnya. "Itu jika terjadi pernikahan sungguhan.. Ini kan hanya kontrak, perbulan kamu juga akan mendapat jatah uang dari saya berapa pun yang kamu mau," ucap Boy. "Berapa pun yang saya mau?" tanya Maya tak percaya. "Tentu saja tinggal sebutkan saja berapa nominal yang kamu minta dan saya jamin keluargamu juga hidup enak," ucap Boy memprovokasi. "Maaf Pak saya tetap tidak bisa, saya permisi dulu," tolak Maya lalu meninggalkan Boy sendirian di ruang kerja. "Astaga.. Susah sekali membuat dia patuh padaku, apa dia gak tergiur dengan harta? Mana ada jaman sekarang wanita yang menolak harta cuma-cuma apalagi ini menikah denganku.. Banyak disana yang antri untuk menjadi pasanganku tapi dia.. Dia gadis desa yang dengan tegasnya menolak gue, gila.. Dia membuat gue penasaran," batin Boy kesal lalu melempar map ke sembarang arah. Di kamar Maya tak hentinya menangis ketika mengetahui jika tujuannya bekerja disini bukan untuk menjadi pembantu melainkan dijadikan istri kontrak, benar kata bapak jika hidup di kota sungguh kejam, kalau tidak bisa menjaga diri sendiri maka akan hancur. Lalu tiba-tiba ada telepon dari bapaknya, Maya langsung menyeka air matanya dan mengangkat panggilan. "Halo pak?" ucap Maya. "Halo gimana nduk kamu sudah sampai di rumah majikanmu? Gimana majikanmu? Jahat? Kejam atau gimana?" tanya Tejo khawatir. "Alhamdulillah Maya sudah tiba sore tadi pak dan majikan Maya menyuruh Maya untuk bersih-bersih badan setelah itu istirahat, ini Maya barusan bangun tidur jadinya belum sempat mengabari bapak, maafin Maya ya pak udah membuat bapak khawatir," ucap Maya berbohong. "Syukurlah kamu sudah sampai dengan selamat, ada yang mau bapak omongin nduk," ucap Tejo serius. "Apa itu pak?" tanya Maya penasaran. "Sekarang kamu sudah bekerja di kota jadi bapak minta tolong apakah kamu nantinya bersedia setiap bulan memberikan sedikit gajimu untuk kami dan juga untuk melunasi hutang-hutang bapak?" tanya Tejo dengan hati-hati. "Sejak kapan bapak punya hutang dan dengan siapa pak?" tanya Maya kaget. "Sejak lama nduk dan itu pun untuk membiayai pendidikan anak-anak bapak jadi bapak terpaksa meminjam pada bang Remon.. Tau sendiri betapa kejamnya dia kalau nanti bapak belum bisa melunasi hutangnya," ucap Tejo sedih. "Astaga bapak.. Kenapa meminjam sama dia? Kalau gak ada uang lebih baik bilang gak ada pak daripada meminjam pada rentenir itu.. Memang berapa hutang bapak semuanya?" tanya Mayang geram. "Bapak juga terpaksa meminjam uang padanya kalau bukan mendesak.. Jika sama bunga hutang bapak menjadi 30 juta nduk dan dalam waktu 1 bulan bapak harus melunasi, tadi pak Remon kesini ketika mendengar kabar bahwa kamu sekarang bekerja di kota jadinya pak Remon pikir kamu bakal memiliki gaji yang besar," ucap Tejo merasa bersalah. "Sudahlah masalah bang Remon biar Maya yang urus asalkan setelah ini bapak janji jangan lagi punya hutang padanya atau sama siapapun," tegur Maya. "Iya nduk bapak janji ini pertama dan terakhir kalinya, maafin bapak sudah menjadi beban untukmu," ucap Tejo sedih. "Sudah pak jangan terlalu di pikirkan mungkin memang ini sudah takdirnya, semoga dalam sebulan Maya bisa mendapatkan uang sebanyak itu ya pak, bos Maya baik orangnya semoga dia bisa meminjamkan Maya uang," ucap Maya yang di aminkan oleh Tejo lalu panggilan mereka putus. "Kenapa bapak diam-diam memiliki hutang sama rentenir gila itu sih? Nominalnya banyak lagi mana mau majikan Maya meminjamkannya, tapi kalau gak di lunasi kasihan bapak.. Bisa-bisa mereka bertindak kejam, apa aku harus menyetujui pernikahan kontrak itu ya kan pak bos bilang bakal mengabulkan berapapun nominal uang yang aku mau," batin Maya bimbang.Kesokan harinya Maya menemui sang majikan yang sedang berenang, mata Maya serasa ternodai ketika melihat tubuh majikannya yang sangat atletis dan Maya menyebutnya dengan roti sobek. "Astaga mataku ternoda dengan pemandangan indah ini, apa ini roti sobek yang sesungguhnya?" batin Maya tak berkedip. Merasa diperhatikan segitunya membuat Boy risih lalu memanggil Maya cukup keras. "Maya.. Apa yang kamu lihat?" tanya Boy setengah berteriak dan Maya kaget. "Eh..i..itu pak.. Kolam.. Iya kolam renangnya besar sekali seperti sungai di kampungku," ucap Maya terbata. "Haha mana ada sungai ukuran segini, katakan ada keperluan apa kamu menemui saya," ucap Boy to the poin. "Hmm bapak gak mau memakai baju dulu?" tanya Maya dan Boy hanya melotot. "Baik pak saya akan mengatakan.. Bolehkah.. Bo..bolehkah saya meminjam uang pak?" tanya Maya hati-hati. "Untuk apa? Kamu belum mulai bekerja dan disini pun belum ada satu bulan," tanya Boy. "Ada keperluan mendadak di kampung pak memang saya belum ada
Mendengar Boy akan datang ke rumah untuk memperkenalkan calon istrinya membuat kedua orang tua Boy menjadi penasaran.. Lama mereka tidak mendengar kedekatan sang putra dengan perempuan lain kenapa hari ini tiba-tiba anaknya ingin memperkenalkan dan langsung menjadikannya calon istri. "Kenapa Boy datangnya lama sekali ya pak?" tanya Margareth gelisah. "Tunggu saja nanti juga datang," jawab Bowo sembari bermain ponsel. Di satu sisi Boy memberitahu kepada Maya perihal apa saja yang nantinya harus di lakukan. "Mau.. Hari ini saya mau mengajakmu bertemu dengan kedua orang tuaku, maka dari itu saya mau kamu nantinya bekerja sama dengan baik ya.. Kamu boleh menjawab dengan jujur bagaimana latar belakangmu namun satu hal yang harus kamu rahasiakan, jangan beritahu pada mereka jika nantinya kami menikah hanya sebatas kontrak, mengerti?" ucap Boy. "Kenapa semuanya mendadak sih pak? Mana siap saya bertemu orang tua anda? Saya takut kalau nantinya mereka tidak suka pada saya lalu mengeluarka
Episode 6-Menikah KontrakSetelah kepulangan dari rumah orang tuanya, Boy langsung menyuruh Handoko untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Maya dalam waktu seminggu.. Hanya Handoko yang mengetahui pernikahan kontrak sang majikan. Maka dari itu Handoko tidak mau mengecewakan majikannya itu.. Segala keperluan ia persiapkan sedetail mungkin sampai menyewa orang tua bayaran untuk menjadi wali nikah Maya. Acara pernikahan ini memang sengaja mengundang beberapa tamu terdekat sekaligus keluarga inti, maka tak heran jika persiapannya harus sangat matang apalagi sang majikan hanya memberikan waktu sangat terbatas. Untung saja ada WO yang bersedia membantu proses pernikahan Boy dan Maya berlangsung sampai souvenir juga catering pun sudah siap, ya meskipun Handoko harus merogoh kocek dua kali lipat mengingat semuanya ini serba mendadak. "Ada-ada saja kemauan orang kaya mah, nikah aja ribet banget.. Untung masih ada WO yang mau menangani pernikahan mendadak ini jika tidak ada duh bisa ribet s
Setelah acara pernikahan juga resepsi berlangsung dengan lancar dan meriah kini keduanya langsung meninggalkan gedung dan bergegas menuju mansion Boy. Maya dibuat kaget dengan keberadaan rumah baru Boy yang tidak sama dengan apa yang ditempati Maya ketika pertama kali datang ke kota. Karena takut akan dijebak sang majikan akhirnya Maya memberanikan diri bertanya. "Maya.." panggil Boy setengah berteriak. "Iya Pak, ada apa?" tanya Maya kaget. "Kenapa diam mematung disitu? Ayo masuk," ajak Boy sambil melihat Maya. "Ini rumah siapa ya pak?" tanya Maya. "Ya rumah saya lah," jawab Boy ketus. "Jangan bercanda deh pak.. Setahu saya rumah bapak gak disini," sanggah Maya. "Kamu ini udah nanya malah ngeyel lagi, itu kan setahu kamu la ini saya kasih tau," jawab Boy geram. "Jangan menjebak saya ya pak, ingat kita ada perjanjian tertulis," gertak Maya. "Menjebak apanya? Kamu jangan buat saya kesal ya, tanya sana sama Handoko rumah ini siapa pemiliknya kalau perlu tanya sekalian sama pak
Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. "Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. "Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. "Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. "Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. "Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. "Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. "Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi
Setelah keduanya bersiap kini Boy kembali dibuat heran dengan penampilan istrinya itu. Memang sih Maya memakai pakaian yang ada di lemari namun itu kan pakaian yang digunakan dirumah, apa Maya gak bisa membedakannya ya? Udah gitu gak ada polesan make up, semakin menambah keprihatinan bagi Boy. "Istri pengusaha penampilannya kok begini sih nanti jadi bahan gunjingan karyawan kantor, ganti baju sana," suruh Boy dan Maya dibuat kebingungan. "Dimana salahnya? Ini kan pakaian yang ada di lemari, seusai apa yang anda suruh," tanya Maya heran. "Salahnya karena kamu pakai baju santai, itu baju untuk dirumah, yang untuk acara formal ada di bagian ujung kanan," ucap Boy memberitahu. "Saya sudah membuka lemari itu namun semuanya terlalu mewah jika saya gunakan, gak pantas pak," tolak Maya sungkan. "Astaga memang itu penampilan yang seharusnya melekat di dirimu," ucap Boy. "Tapi pak.." jawab Maya hampir menolak namun tiba-tiba Maya teringat perkataan Handoko yang menyuruhnya untuk patuh pad
Di ruangan Boy, Maya hanya diam saja dikursi panjang suaminya sembari menunggu perintah namun sayangnya sang suami terlalu fokus bekerja sampai Maya merasa dilupakan. Merasa jenuh akhirnya Maya keluar ruangan untuk mencari angin. "Pak saya izin keluar sebentar ya, suntuk," ucap Maya hati-hati. "Hmm.." jawab Boy tanpa mendengarkan dengan benar apa perkataan Maya. Merasa mendapat persetujuan akhirnya Maya keluar ruangan dan menaiki lift, disana ia tak sengaja menabrak seorang pria berjas hitam yang kebetulan juga ingin menaiki lift yang sama. "Eh maaf mas maaf gak sengaja," ucap Maya sembari melepaskan diri dari dekapan pria asing itu. "Ya gak papa mbak, btw gak ada yang luka kan?" tanya pria itu memastikan dan Maya hanya menggeleng saja setelah itu menunduk. "Syukurlah.. Mau kemana mbak? Apa salah ruangan??" tanya pria itu. "Enggak mas, mau cari angin saja," jawab Maya lalu menunduk. "Kebetulan sekali saya ada tugas diluar, apa mbak mau ikut?" ajak pria itu dan Maya menimbang d
Hari ini Boy sengaja tidak ke kantor lantaran ingin mengajari Maya untuk belajar bagaimana tata cara makan di dalam keluarganya, karena kebetulan malam nanti mamahnya mengundang mereka berdua untuk acara makan malam. Awalnya Boy menolak untuk datang namun karena ancaman mamahnya akhirnya dia pun setuju. "Kalau sampai kamu beneran gak datang maka jangan salahkan mamah akan tinggal dirumahmu dan menetap disana, ingat Boy mamah masih bertanda tanya dengan asal usul istrimu jadi jangan menambah kecurigaan mamah kepada kalian," ucap Margareth yang masih terngiang dipikiran Boy. "May.. Maya…" panggil Boy dan Maya yang masih menonton TV segera menghampiri suami kontraknya. "Iya Pak ada apa?" tanya Maya sedikit kesal karena sudah menganggu waktu acara menonton televisinya. "Nanti malam mamah mengundang kita untuk makan malam," jawab Boy dingin. "Apa?? Saya belum siap bertemu keluarga anda pak," tolak Maya. "Memang cuma kamu saja, saya pun juga. Malas rasanya bertemu dengan mereka malah
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san