Episode 6-Menikah Kontrak
Setelah kepulangan dari rumah orang tuanya, Boy langsung menyuruh Handoko untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Maya dalam waktu seminggu.. Hanya Handoko yang mengetahui pernikahan kontrak sang majikan. Maka dari itu Handoko tidak mau mengecewakan majikannya itu.. Segala keperluan ia persiapkan sedetail mungkin sampai menyewa orang tua bayaran untuk menjadi wali nikah Maya. Acara pernikahan ini memang sengaja mengundang beberapa tamu terdekat sekaligus keluarga inti, maka tak heran jika persiapannya harus sangat matang apalagi sang majikan hanya memberikan waktu sangat terbatas. Untung saja ada WO yang bersedia membantu proses pernikahan Boy dan Maya berlangsung sampai souvenir juga catering pun sudah siap, ya meskipun Handoko harus merogoh kocek dua kali lipat mengingat semuanya ini serba mendadak. "Ada-ada saja kemauan orang kaya mah, nikah aja ribet banget.. Untung masih ada WO yang mau menangani pernikahan mendadak ini jika tidak ada duh bisa ribet saya mengurus semuanya secara manual," batin Handoko lega. Dalam waktu 3 hari semua persiapan sudah beres dan Handoko ingin mengkonfirmasi pada sang majikan. "Selamat pagi bos besar," sapa Handoko. "Hmm ya pagi, ada apa?" tanya Boy yang sedang bersantai sambil minum kopi di pinggir kolam renang. "Semua persiapan sudah siap dan tinggal menunggu hari H nya saja bos, untuk baju pengantin apa anda dan Maya tidak ingin mencobanya dulu?" tanya Handoko. "Tak perlu.. Asal kamu bisa memperkirakan ukurannya atau gak suruh desainer membawa semua koleksi terbarunya biar nanti saya dan Maya yang memilih," ucap Boy dengan entengnya. "Baik bos.. Soal undangan hari ini juga sudah jadi, mau langsung dibagikan atau gimana?" tanya Handoko. "Tentu saja.. Setelah tiba langsung bagikan sama tamu undangan agar semuanya cepat selesai," jawab Boy setuju. "Baik bos.. Ada yang mau di sampaikan?" tanya Handoko lagi. "Tentu ada, pastikan semuanya berjalan dengan baik dan lancar dan satu lagi, jangan sampai pernikahan kontrak ini bocor.. Jika nantinya kamu di desak sama keluarga saya katakan saja jika pernikahan ini memang sungguhan, kalau nanti saya mendengar rahasia ini bocor nantinya orang pertama yang saya cari dan saya beri pelajaran adalah kamu," ancam Boy serius. "Ba.. baik bos.. saya pastikan semua akan aman dan terkendali," jawab Handoko takut. "Bagus.. Silahkan lanjutkan pekerjaanmu," suruh Boy dan Handoko bergegas meninggalkan Boy. "Sial.. Orang kaya bisanya main suruh aja, memang mikir semua ini gak capek apa? Untung aja aku masih punya sisa uang pemberian bos besar.. Anggap saja yang lelah haha mana ada orang sekaya dia menanyakan apakah dananya pas atau lebih?" batin Handoko lalu memeriksa saldo tabungannya via hp dengan senyum gembira. "Pernikahan kontrak yang membawa berkah untukku juga keluarga, transfer ke ibu dulu ah biar makin di sayang," gumam Handoko lalu mentransfer 5 juta ke rekening Istrinya. ***Sesuai perjanjian yang tertulis jika dalam seminggu setelah keduanya saling tanda tangan diatas materai maka pernikahan akan di selenggarakan. Maya hari ini merasa gugup karena tepat pada hari ini dirinya akan menjadi seorang istri ya meskipun hanya dalam sebuah kontrak namun tetap saja pernikahan ini tercatat. Dibalik rasa gerogi nya terselip rasa sedih yang luar biasa di dalam lubuk hatinya, seharusnya pernikahan ini dihadiri oleh kedua orang tua dan di saksikan adik-adiknya setelah itu wajah bahagia akan terpancar pada mereka.. Namun sayang semua itu hanya angan-angan semu saja. Pernikahan ini sengaja Maya sembunyikan dari kedua orang tuanya karena Maya tidak mau kedua orang tuanya nantinya kecewa. Maya juga sama seperti kebanyakan wanita diluar sana yang ingin menikah dengan pria yang dicintai setelah itu menjalani kehidupan berumah tangga bersama-sama, mengalami suka duka bersama.. Namun sayang nasib baik belum berpihak pada Maya, keinginannya untuk membahagiakan keluarganya dan supaya keluarganya hidup enak membuat Maya harus nekat mengambil kesepakatan ini. "Maafkan Maya ya mak..pak.. jika hari ini Maya mengecewakan kalian, tidak pernah terbesit di dalam pikiran dan hati Maya untuk tidak mengundang kalian, Maya sungguh ingin kalian menyaksikan pernikahan Maya namun sayangnya ini bukan pernikahan yang seperti pada umumnya.. Maya dan majikan Maya menikah dengan perjanjian yang terikat kontrak selama setahun, Maya harap setelah masa itu selesai Maya bisa pulang ke kampung dan menjadi orang sukses," batin Maya berlinang air mata. Sang perias yang melihat pengantin wanitanya menangis merasa kesal karena harus mengulangi make up nya padahal waktu sudah mepet. Mengingat yang menjadi pengantin hari ini adalah seorang konglomerat besar membuat Sang MUA menghilangkan sikap tidak profesionalnya dan telaten me-make up ulang Maya. "Mbak maaf nih bukan maksud saya mengacaukan suasana hati anda namun mohon kerja samanya ya mbak, jam akad nikah akan segera di mulai tetapi mau gak mau make up harus di ulang beberapa bagian, jadi saya mohon setelah ini jangan lagi menangis ya mbak.. Saya tau memang ini hari bahagia untuk kalian apalagi calon suami anda seorang pebisnis yang sukses, banyak loh mbak yang antri menjadi kekasihnya dia namun ternyata mas Boy memilih mbak menjadi pendamping hidupnya, saya yakin anda menjadi salah satu wanita beruntung di dunia ini mbak.. Percayalah jika berita ini tersebar duh banyak yang iri dengan anda, banyak mbak yang mendambakan posisi anda yang sebentar lagi menjadi nyonya besar," ucap sang MUA antusias dan Maya hanya membalasnya dengan senyuman. Acara akad nikah pun dimulai.. Boy sudah ada di tempat dekorasi akad dengan penampilan yang sangat gagah. Penghulu bayaran pun juga sudah tiba, kini saatnya pembacaan ikrar pernikahan. "Dengan saudara Boy Yudhistira, apakah betul?" tanya penghulu memastikan."Betul pak.." jawab Boy mantap. "Baiklah acara akad akan segera dimulai sebelum itu saya akan memastikan apakah mempelai pria bernama Boy Yudhistira bin Bowo Yudhistira lalu mempelai perempuan bernama Maya Syaqilla binti Sutejo?" tanya penghulu dan boy mengangguk mengiyakan. "Baik.. Mari kita mulai.. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Boy Yudhistira bin Bowo Yudhistira dengan wanita pilihanmu sendiri yang bernama Dinda Syaqilla binti Sutejo dengan mas kawin emas batangan 50 gram dan uang tunai 1 miliar dibayar tunai," ucap penghulu dengan mantap sembari di mikropon. "Saya terima nikah dan kawinnya Dinda Syaqilla binti Sutejo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Boy sekali nafas dan langsung dijawab sah oleh beberapa saksi serta wali. Akhirnya pernikahan Boy dengan Maya berlangsung dengan lancar, ya meskipun nama lengkap serta binti dari Maya itu benar namun pernikahannya tidak bisa dianggap sah karena orang tua Maya tidak hadir menjadi saksi pernikahannya. Meskipun begitu baik Maya maupun Boy tidak mempermasalahkan itu, terpenting bagi mereka adalah bisa saling menjalankan kontrak ini dengan baik dan tanpa menimbulkan kecurigaan orang sekitar. Orang tua Boy tetap hadir menyaksikan pernikahan anaknya dan sang ayah menjadi wali nikah, mau bagaimanapun Boy adalah anak mereka dan niatnya sungguh baik untuk menikahi orang yang dicintainya, meksipun kedua orang tuanya masih berat hati untuk menerima kehadiran Maya yang statusnya jauh berbeda tapi demi kebahagiaan sang putra akhirnya mereka mengalah. Beberapa hari kemudian Boy sudah sah menjadi CEO di perusahaan keluarganya karena sesuai perjanjian jika tahun ini Boy tidak kunjung menikah maka dia tidak berhak menikmati fasilitas apapun yang seharusnya menjadi miliknya.Setelah acara pernikahan juga resepsi berlangsung dengan lancar dan meriah kini keduanya langsung meninggalkan gedung dan bergegas menuju mansion Boy. Maya dibuat kaget dengan keberadaan rumah baru Boy yang tidak sama dengan apa yang ditempati Maya ketika pertama kali datang ke kota. Karena takut akan dijebak sang majikan akhirnya Maya memberanikan diri bertanya. "Maya.." panggil Boy setengah berteriak. "Iya Pak, ada apa?" tanya Maya kaget. "Kenapa diam mematung disitu? Ayo masuk," ajak Boy sambil melihat Maya. "Ini rumah siapa ya pak?" tanya Maya. "Ya rumah saya lah," jawab Boy ketus. "Jangan bercanda deh pak.. Setahu saya rumah bapak gak disini," sanggah Maya. "Kamu ini udah nanya malah ngeyel lagi, itu kan setahu kamu la ini saya kasih tau," jawab Boy geram. "Jangan menjebak saya ya pak, ingat kita ada perjanjian tertulis," gertak Maya. "Menjebak apanya? Kamu jangan buat saya kesal ya, tanya sana sama Handoko rumah ini siapa pemiliknya kalau perlu tanya sekalian sama pak
Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. "Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. "Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. "Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. "Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. "Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. "Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. "Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi
Setelah keduanya bersiap kini Boy kembali dibuat heran dengan penampilan istrinya itu. Memang sih Maya memakai pakaian yang ada di lemari namun itu kan pakaian yang digunakan dirumah, apa Maya gak bisa membedakannya ya? Udah gitu gak ada polesan make up, semakin menambah keprihatinan bagi Boy. "Istri pengusaha penampilannya kok begini sih nanti jadi bahan gunjingan karyawan kantor, ganti baju sana," suruh Boy dan Maya dibuat kebingungan. "Dimana salahnya? Ini kan pakaian yang ada di lemari, seusai apa yang anda suruh," tanya Maya heran. "Salahnya karena kamu pakai baju santai, itu baju untuk dirumah, yang untuk acara formal ada di bagian ujung kanan," ucap Boy memberitahu. "Saya sudah membuka lemari itu namun semuanya terlalu mewah jika saya gunakan, gak pantas pak," tolak Maya sungkan. "Astaga memang itu penampilan yang seharusnya melekat di dirimu," ucap Boy. "Tapi pak.." jawab Maya hampir menolak namun tiba-tiba Maya teringat perkataan Handoko yang menyuruhnya untuk patuh pad
Di ruangan Boy, Maya hanya diam saja dikursi panjang suaminya sembari menunggu perintah namun sayangnya sang suami terlalu fokus bekerja sampai Maya merasa dilupakan. Merasa jenuh akhirnya Maya keluar ruangan untuk mencari angin. "Pak saya izin keluar sebentar ya, suntuk," ucap Maya hati-hati. "Hmm.." jawab Boy tanpa mendengarkan dengan benar apa perkataan Maya. Merasa mendapat persetujuan akhirnya Maya keluar ruangan dan menaiki lift, disana ia tak sengaja menabrak seorang pria berjas hitam yang kebetulan juga ingin menaiki lift yang sama. "Eh maaf mas maaf gak sengaja," ucap Maya sembari melepaskan diri dari dekapan pria asing itu. "Ya gak papa mbak, btw gak ada yang luka kan?" tanya pria itu memastikan dan Maya hanya menggeleng saja setelah itu menunduk. "Syukurlah.. Mau kemana mbak? Apa salah ruangan??" tanya pria itu. "Enggak mas, mau cari angin saja," jawab Maya lalu menunduk. "Kebetulan sekali saya ada tugas diluar, apa mbak mau ikut?" ajak pria itu dan Maya menimbang d
Hari ini Boy sengaja tidak ke kantor lantaran ingin mengajari Maya untuk belajar bagaimana tata cara makan di dalam keluarganya, karena kebetulan malam nanti mamahnya mengundang mereka berdua untuk acara makan malam. Awalnya Boy menolak untuk datang namun karena ancaman mamahnya akhirnya dia pun setuju. "Kalau sampai kamu beneran gak datang maka jangan salahkan mamah akan tinggal dirumahmu dan menetap disana, ingat Boy mamah masih bertanda tanya dengan asal usul istrimu jadi jangan menambah kecurigaan mamah kepada kalian," ucap Margareth yang masih terngiang dipikiran Boy. "May.. Maya…" panggil Boy dan Maya yang masih menonton TV segera menghampiri suami kontraknya. "Iya Pak ada apa?" tanya Maya sedikit kesal karena sudah menganggu waktu acara menonton televisinya. "Nanti malam mamah mengundang kita untuk makan malam," jawab Boy dingin. "Apa?? Saya belum siap bertemu keluarga anda pak," tolak Maya. "Memang cuma kamu saja, saya pun juga. Malas rasanya bertemu dengan mereka malah
"Saya mau melanjutkan sekolah tan," jawab Maya dengan tenang. "Kenapa sampai sekarang belum juga sekolah?" tanya Silvi menjebak. "Karena waktu itu saya belum lolos, tahun ajaran depan mau berusaha lagi semoga saja lolos," jawab Maya dengan tenang hingga membuat Boy kagum. "Apa yang membuatmu tidak lolos?" tanya Silvi masih kurang puas dengan jawaban-jawaban Maya. "Syarat-syarat juga hasil tes," jawab Maya dan Silvi hanya mengangguk saja. "Di kampung orang tuamu bekerja sebagai apa May?" tanya Mia-sepupu Boy. Maya ingin menjawab jujur tentang identitas keluarganya di kampung namun takut membuat Boy malu, ketika menatap mata sang suami yang dia lihat hanya anggukan pelan saja dan Maya menganggap jika Boy setuju untuk berkata jujur. "Kedua orang tua saya bertani," Sontak saja jawaban Maya membuat seluruh anggota keluarga Boy kaget bukan main. Gimana jadinya seorang Boy yang terkenal dingin dan memiliki standar yang tinggi bahkan perfeksionis jatuh ke pelukan gadis kampung anak peta
Pagi hari yang cerah dengan awan yang terang membuat siapa saja pasti akan memulai aktivitas dengan penuh semangat, seperti halnya dengan sepasang suami istri kontrak ini, ya Boy juga Maya hari ini bersiap untuk berbelanja. Sebenarnya Maya sudah menolaknya karena stok pakaian di lemari masih banyak dan banyak yang belum terpakai, namun suaminya itu jika memiliki kemauan mana bisa dibantah? Lebih baik menurut saja seperti apa yang dikatakan pak Handoko waktu itu. "Sudah siap?" tanya Boy memastikan. "Sudah pak," jawab Maya tertunduk. "Ayo berangkat harusnya kamu bersyukur karena saya sampai meluangkan waktu khusus menemanimu berbelanja," ajak Boy sembari berbicara angkuh. "Astaga dia sendiri kan yang mau beliin aku baju, udah aku tolak padahal eh sekarang malah dia bilang kalau seakan-akan aku ini yang minta dibelanjain, hih emang dasar ya," gumam Maya geram sambil melirik Boy. "Apa lirik-lirik? Naksir?" tanya Boy ketus dan Maya kaget bukan main. "Jangan percaya diri dulu deh pak,
Setelah memastikan mamahnya pulang kini Boy kembali menghampiri Maya yang masih menangis tersedu. Melihat itu rasanya Boy ingin memeluknya lagi agar istrinya itu menumpahkan semua rasa sesak di dadanya. "May," panggil Boy. "I..iya pak," jawab Maya tersedu. "Maafin mamahku ya, saya tau perkataan mamah saya sungguh menyakiti hatimu tapi aku mohon jangan terlalu diambil hati ya, mungkin mamah lagi ada masalah jadinya melampiaskan ini pada kita," ucap Boy mencoba menenangkan malah justru semakin membuat Maya menangis. "Hiks.. Hiks.. Saya tau pak dan saya sadar diri, perkataan mamah anda memang benar, mana pantas saya ini bersanding dengan anda? Semua perkataan mamah anda adalah benar," jawab Maya semakin membuat Boy merasa bersalah. "Tidak… Jangan berkata seperti itu, perkataanmu membuat saya.." ucap Boy terpotong, hampir saja ia keceplosan. "Perkataanmu membuat hatiku sakit dan sedih, May, itu kata yang ingin saya lontarkan namun terlalu gengsi," batin Boy. "Membuat anda kenapa pa
Perihal urusan dengan keluarga Adit kini telah selesai sudah ya meskipun ke depannya mereka tidak akan akrab seperti sebelumnya, begitu juga dengan orang tua Adit, setiap bertemu dengan orang tua Maya terpampang jelas raut kecewa juga benci, namun apa boleh dibuat? Tak ada manusia yang bisa melawan takdir. Rencana pernikahan yang sudah disepakati kini tiba pada hari H nya. Kedua mempelai terlihat sangat serasi bahkan suasana pernikahan kali ini jauh lebih hidup dibandingkan pernikahan sebelumnya, mereka sepakat hanya mengundang kerabat terdekat saja agar nuansa intim acara berasa. Toh Maya sudah pernah merasakan pernikahan yang megah dan mewah meskipun waktu itu hanya diatas kertas alias kontrak. Ijab qabul pun akan segera dimulai, Boy sudah lebih dulu berada dimeja bersama penghulu, saksi dan juga wali nikah. Kenapa Maya tak juga ikut duduk di samping?? Tidak.. Maya akan keluar ketika kata sah sudah terucap dan pernikahan diangap sah. Itu sudah menjadi tradisi keluarga dari Maya, ke
Ayahnya pulang dengan wajah kusut bahkan tak ada kata-kata apapun yang terucap setelah kepulangannya dari rumah Maya. Hal buruk pasti sudah terjadi dan kini Adit bisa merasakannya. "Pak.. Apa yang sudah terjadi?" tanya Adit. "Maafkan bapak yang nantinya membuatmu kecewa bahkan patah hati, Maya, wanita yang kamu dambakan menjadi istri kini hanya tinggal angan-angan saja, Maya menolak lamaran kita dan kini Maya memilih majikannya untuk dijadikan suami, maafkan bapak," jawab Eko sangat sedih. "Apa?? Jadi benar dugaan Adit jika antara Maya dengan majikannya ada hubungan khusus, kenapa waktu itu ketika Adit tanya keduanya membantahnya?" jawab Adit kaget. "Kamu sudah tau semua ini?" tanya Eko. "Kalau tau mereka saling memliki rasa ya baru ini pak, bapak sendiri yang mengatakannya, selama ini Adit hanya menduga saja jika keduanya bukan hanya sekedar majikan dengan bawahan," ucap Adit terlihat sedih. "Bapak juga baru tau ini,
Tiba-tiba saja suasana yang tadi mencekam bahkan tegang kini menjadi canggung, Yudhistira juga Puspa memilih diam setelah semua keluh kesah ia ungkapkan, bukannya menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan, Boy lebih banyak diam, hal itu semakin membuat mereka kesal bukan main. "Berhubung semuanya sudah kondusif lagi, maka saya akan menjelaskan semuanya dari awal, saya mohon jangan ada yang menyela atau menghardik di tengah penjelasan," pinta Boy namun tak menjawab sahutan dari siapapun. "Oma.. Apa yang oma tanyakan tadi itu semua benar, saya juga Maya melakukan pernikahan kontrak selama satu tahun karena sebuah keuntungan masing-masing, Boy mendapat warisan yang sudah dijanjikan begitu juga dengan Maya yang bisa membuat keluarganya hidup lebih baik dari sebelumnya bahkan melunasi semua hutang keluarganya, apakah kedua orang tua Maya tau ini? Tentu tidak, Maya beralasan jika ia bisa menebus hutang pada lintah darat karena nantinya gaji setiap bulan di
Merasa semuanya tak bisa dibicarakan sebelah pihak saja membuat Tejo meminta agar Boy mendatangkan keluarganya dan membicarakan semua ini. Awalnya Boy menolak namun karena kegigihan Tejo akhirnya Boy setuju, segera Boy menghubungi papahnya juga oma agar besok datang kesini. Awalnya Yudhistira penasaran kenapa harus sampai datang ke rumah anaknya? Masalah apa yang sedang menimpa? Namun karena anaknya tau menjelaskan dan memilih memberitahukannya nanti ketika bertemu, akhirnya Yudhistira setuju. Baginya mungkin anaknya lebih nyaman jika bertatap muka, berbeda respon dengan omanya, Puspa. Awalnya Puspa kesal karena harus pulang besok pagi padahal voucher yang diberikan cucunya itu untuk 2 hari 3 malam, otomatis Puspa mengomel panjang lebar namun ia tetap akan pulang besok. Masalah keluarganya untuk datang pun sudah beres, kini tinggal mempersiapkan diri jika nanti papah dan omanya memaki Boy habis-habisan. Menunggu adalah hal yang membosankan, begitu juga
"Ada apa Boy? Ini tengah malam," tanya Maya setelah masuk ke kamar suaminya. "Ini tentang kita.. Aku gak bisa menahan lagi semuanya, lebih baik kita jujur dengan kedua orang tuamu," jawab Boy. "Gak.. Aku gak setuju! Aku gak mau bapak kecewa," tolak tegas Maya. "Tidak akan.. Niatku kan baik, lagian selama ini aku tak pernah melanggar perjanjian kita," bantah Boy. "Apapun itu aku gak mau kedua orang tuaku tau, biarkan semua selesai sesuai waktunya setelah itu kita memulai dari awal," pinta Maya. "Semua sudah selesai ketika kita berdua di Bali waktu itu, apa kamu lupa? Kan aku sudah menjelaskan semuanya, lagian selama ini aku bertanggung jawab," ucap Boy yang membuat pikiran Tejo negatif, tanggung jawab? Apa maksud perkataan itu?? Jangan-jangan… ah tak mau berprasangka buruk, lebih baik Tejo tanyakan langsung. Brak.. Suara pintu dibuka dengan keras membuat penghuninya kaget. "Apa maksud perbincang
*Sebelum Boy pulang, terlebih dahulu Boy menelpon oma nya agar tidak pulang ke rumah*"Halo, Boy? Ada apa? Oma lagi sibuk nih," tanya Puspa. "Oma lagi dimana sih?" tanya Boy penasaran. "Oma lagi hangout sama bestie oma dong, kenapa emangnya?" tanya Puspa. "Kebetulan sekali, tadi Boy ditawari voucher menginap di salah satu hotel di Bandung untuk 4 orang dan itu untuk hari ini, otomatis Boy gak bisa dong oma kan pekerjaan dikantor lagi selangit, kok tiba-tiba Boy ingin menelpon Oma eh taunya oma lagi hangout sama temen-temen oma, coba tanyain ke temannya mau apa enggak?" ucap Boy yang dijawab antusias para bestie yang telah lanjut usia. "Mereka mau dong.. Kapan berangkatnya?" tanya Puspa memastikan. "Penerbangan jam 1 siang ini oma, kalau mau akan Boy konfirmasi ke teman Boy dulu ya," ucap Boy. "Oma nanti pulang dulu bawa beberapa baju dan pendukung lainnya," ucap oma. "Eits.. Ini udah jam 11
Persoalan yang sedang keluarga Maya hadapi bukanlah perkara yang mudah, ada pihak keluarga Adit juga keluarga majikan Maya yang mereka pikirkan. Mengingat omongan majikan Maya jika anaknya juga memiliki rasa yang sama, membuat kedua orang tua Maya nekat datang ke kota dengan berbekal alamat yang pernah diberikan Maya waktu itu. Setelah cukup lama perjalanan menuju kota juga mencari alamat majikannya Maya, kini orang tua Maya akhirnya tiba di sebuah rumah mewah dan juga megah, bagi kedua orang tua Maya ini bukanlah sekedar rumah melainkan ini istana. "Bu.. Ini benar bukan alamat yang diberikan Maya?" tanya Tejo memastikan. "Menurut alamat yang diberikan Maya sih benar ini pak, tuh lihat disamping gerbang ada nomor rumahnya kan," tunjuk Tinah. "Iya bu, tapi ini bukan rumah bu melainkan istana, besar sekali.. Rumah para juragan dikampung kita saja tak ada apa-apanya dengan rumah ini," ucap Tejo kagum. "Iya Pak.. Mungkin pekerjaan majikan Maya tak hanya berbisnis tapi juga artis, bap
Tekadnya sudah bulat untuk segera mempersunting Maya, Boy diam-diam pergi ke kampung halaman Maya tanpa sepengetahuan orangnya. Boy takut jika nanti mengajak Maya maka nantinya Maya akan terlalu banyak pikiran dan tidak fokus kuliahnya, belum lagi jika ada penolakan dari orang tuanya Maya, Boy takut jika nanti Maya sedih. Ia ingin memberitahu Maya ketika semuanya sesuai harapannya. Perjalanan menuju kampung halaman Maya memanglah jauh, namun Boy sudah bertekad untuk datang seorang diri demi terwujud keinginannya mempersunting sang istri kontraknya agar menjadi istri dah, ya.. Boy memang mengendarai mobil seorang diri tanpa ada supir yang menemani, bahkan oma nya pun tidak diberitahu perihal ini. Nanti, ketika semua sudah beres barulah Boy akan jujur terhadap keluarganya. Tiba dirumah Maya, jantung Boy sangat berdegup kencang dan juga gugup menyertai, entah kenapa kedatangannya kali ini tak seperti biasanya, ia merasa kedatangannya ini sangat l
Sudah dua minggu keduanya berlibur ke Bali, kini saatnya bagi mereka untuk pulang. Sebenarnya berat bagi Maya untuk meninggalkan tempat ini, namun mau bagaimana lagi? Mereka masih ada urusan yang panjang ketika pulang nanti, setelah semuanya nanti selesai, barulah Boy berjanji akan mengajak Maya kesini lagi bahkan untuk tinggal disini. Barang sudah ia kemasi dengan baik dan rapi, oleh-oleh juga sudah Maya bawa, kini waktunya bagi mereka untuk pulang. Kebetulan penerbangan yang mereka pesan ada jam pagi, jadi siang nanti keduanya mungkin sudah tiba di kota dan bisa istirahat dulu. ***Tiba di kota. Kedatangan Maya juga Boy disambut baik dan juga antusias oleh oma nya, Puspa. Ia sudah rindu dengan cucunya apalagi mereka pergi ketika Puspa sedang tak ada dirumah. "Akhirnya cucu oma pulang juga," ucap Oma Puspa bahagia. "Iya oma.. Gimana kabarnya?" tanya Boy penuh perhatian. "Kabar oma san