KAUM TERAKHIR
4. Pembasmian MonsterSuara teriakkan mengerikan dan gerakan keras dari luar istana membuat Kyana melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat, menuju ke sumber suara. Di belakangnya, Orxphulus dan Archeros setia mengikuti. Walau tak ayal, ada rasa takut di benak hati mereka yang paling dalam mendengar raungan menyeramkan yang sudah dipastikan bukan berasal dari manusia.Pintu besar depan istana seketika terbuka ketika Kyana mengarahkan kekuatannya ke pintu itu dengan tangan kanannya. Setelah pintu penghubung ruangan istana dan halaman istana itu terbuka, terlihatlah beberapa monster mengerikan yang telah memenuhi halaman istana. Dari yang berukuran kecil hingga besar, dari yang berkekuatan rendah hingga tinggi semuanya berkumpul menjadi satu.Raungan salah satu monster yang melihat Kyana mulai keluar dari istananya langsung disambut dengan raungan monster lainnya. Seakan menyambut kedatangan gadis itu. Kyana sendiri hanya menatap tajam para monster yang kini memandang ke arahnya."Katakan tujuan kalian," ucap Kyana tegas.Satu-satunya Orx yang ada di sana menggenggam tubuh Kyana dan membawa tubuh gadis itu ke hadapannya. Monster bertubuh manusia dengan kulit hijau itu mengeluarkan suaranya seakan berbisik–walau tidak bisa dikatakan berbisik sebab Orxphulus dan Archeros yang masih berdiam diri di bawah pun masih bisa mendengarnya dengan jelas–kepada Kyana.Archeros melirik ke arah Orxphulus dengan tatapan bertanya, tetapi hanya dibalas kedikan bahu oleh Orxphulus. Dirinya juga tidak mengerti apa yang dikatakan pemimpin Orx itu terhadap ratu mereka. Yang mampu mereka tangkap hanya kata, "Rawwrr" saja. Selebihnya hanya nadanya yang berbeda.Tetapi tidak dengan sang gadis yang kini mendengarkan dengan seksama apa yang sang pemimpin Orx itu sampaikan. Wajahnya mengeras, ketika mengetahui apa yang menjadi alasan para monster itu mendatanginya. Kabut hitam langsung menyelingkupi mereka, menandakan bahwa gadis itu tengah dirundung amarah."Manusia bedebah!" geram Kyana.Tangan kanannya terangkat, menyentuh wajah keras nan kasar Orx. Mengusapnya lembut tanpa merasa jijik ataupun takut. Setelahnya, Orx tersebut kembali meletakkan tubuh Kyana ke lantai istana dengan hati-hati."Kalian semua kembalilah ke tempat kalian masing-masing, aku akan mengatasi hal ini." Suara lantang Kyana langsung dituruti oleh para monster. Mereka berbondong-bondong pergi dari halaman istana.Tanah bergetar karena langkah dari monster berukuran besar dan langit langsung dipenuhi oleh monster bersayap, menjadi pemandangan yang jarang sekali Orxphulus dan Archeros lihat. Mereka pikir, mereka tengah dikepung oleh para monster saat mengetahui kedatangan mereka. Tetapi rupanya tidak. Mereka–para monster–terlihat begitu patuh kepada ratu mereka. Membuat mereka berdua kembali dibuat kagum oleh sang ratu."Aku akan menemui sang lord. Kalian jagalah istana hingga aku kembali." Suara Kyana membuat kedua laki-laki tampan itu kembali tersadar. Mereka menatap sang ratu keberatan."Tidak ada bantahan. Ini perintah!" Hingga kalimat Kyana selanjutnya membuat keduanya tidak bisa berkutik. Berakhir hanya mampu menunduk hormat, patuh akan perintah."Baik, Yang Mulia Ratu!"Setelah mendengar jawaban kedua pengawal setianya, Kyana mulai memunculkan sayapnya. Merentangkan ketiga pasang sayap hitamnya lebar-lebar, selanjutnya melesat dengan begitu cepat. Tujuannya sekarang adalah istana pusat. Sesuai namanya, istana itu berada pada di tengah-tengah dunia ini.Kepakan sayap Kyana terlihat begitu kuat, padahal jarak antara istananya dengan istana pusat sangat jauh. Tatapan matanya terus menajam. Gerakan angin yang menabrak tubuhnya membuat surai hitam panjangnya berkibar, membuat gadis itu terlihat sangat cantik.Kepakan sayap besarnya bergerak menyamping, siap mendarat tepat di depan gerbang depan istana pusat. Ketiga pasang sayapnya kembali terlipat, sebelum akhirnya menghilang. Dia mendengus pelan ketika para prajurit penjaga gerbang dengan cepat mencegat langkahnya untuk mendekat."Katakan apa tujuanmu ke mari, Ratu?" Walau begitu Kyana sedikit dibuat kagum ketika para prajurit di sini masih memperlakukannya layaknya sang ratu–sesuai kedudukannya yang dia dapatkan sekarang ini."Aku ada urusan dengan Yang Mulia Lord," jawab Kyana tegas.Para prajurit saling pandang sebelum akhirnya salah satu dari mereka menjawab, "Baik akan kami sampaikan kepada Yang Mulia Lord terlebih dahulu, Ratu. Anda bisa menunggu sebentar?"Kyana menjawab cepat, "Tentu."Salah satu prajurit masuk ke dalam halaman istana, melaporkan kedatangan Kyana. Cukup lama Kyana menunggu, bahkan gadis itu sampai menghasilkan bunyi bernada dari heels yang dia kenakan ke lantai jalan utama. Ditambah tatapan dari para warga yang mulai menyadari kehadirannya membuat Kyana terganggu. Bahkan, ada yang terang-terangan tengah membicarakannya. Membuat Kyana kesal.Untungnya prajurit yang diperintahkan untuk menyampaikan kehadirannya kepada lord kembali terlihat. Dengan sedikit membungkuk prajurit itu berkata, "Yang Mulia Lord telah menunggu Anda di aula utama, Ratu."Kyana hanya mengangguk sekali. Pintu gerbang terbuka lebar, mempersilahkannya untuk masuk. Dengan langkah tegas, dia segera menuju ke aula utama. Tatapannya yang datar dengan aura yang dia miliki membuat para prajurit dan pelayan di sana semakin menundukkan kepala mereka.Tatapan Kyana bergerak, mengamati setia sudut bangunan yang masih sama seperti pada terakhir kalinya dia berada di sini. Hingga akhirnya pintu besar emas bercorak sepasang sayap itu kembali dia temui. Kali ini, prajurit langsung membukakannya untuknya.Kyana menajamkan kedua matanya ketika mengetahui para pemimpin dari segala kerajaan tengah berkumpul di sana. Kyana menyeringai kecil ketika mendapati sosok laki-laki yang tengah duduk di samping sang raja tidak jauh darinya. Pangeran Nathan. Laki-laki itu membalas menatap tajam Kyana, bahkan untuk sejenak laki-laki itu bertukar shift dengan werewolf-nya terlihat dari netranya yang berubah sejenak berwarna hijau kekuningan."Kebetulan sekali kau datang ke mari, Ratu Kyana," sambut Sang Lord dengan berdiri, membuat para pemimpin kerajaan lainnya ikut berdiri menyambut kedatangan gadis itu. Walau hampir semua dari mereka terlihat begitu enggan menyambut kedatangannya."Sepertinya ada yang sedang kulewatkan, Yang Mulia Lord. Benar begitu bukan?" tanya Kyana pelan, menyindir lembut seraya menatap para pemimpin kerajaan yang berada di sana.Sang Lord tidak menanggapi. Dia malah menjentikkan tangan kanannya dan terlihatlah satu bangku kebesaran di dekat singgasana Sang Lord. Terdapat lambang di atas sandaran bangku itu. Sebuah gambar bintang berwarna hitam–lambang kaum kegelapan. Melihat lambang itu membuat Kyana kembali teringat masa-masa dulunya."Silakan duduk di kursi singgah, Anda," ucap Sang Lord membuat Kyana dengan segera menuju ke kursinya.Kini lengkap sudah kesepuluh pemimpin kerajaan, lengkap dengan sang lord–pemimpin dari segala pemimpin di dunia immortal ini. Dari kaum elf, fairy, kurcaci, mermaid/merman, vampir, werewolf, demons, penyihir, kegelapan dan sang lord sendiri. Tatapan tajam nan menusuk langsung Kyana dapati. Walau begitu gadis itu tetap duduk tenang, menatap datar para pemimpin kaum."Kalau begitu kita mulai rapat kali ini."Semuanya langsung diam, mulai fokus dengan apa yang akan mereka bahas kali ini. Termasuk Kyana, gadis itu memilih mengesampingkan dulu tujuan awalnya datang ke mari. Mungkin ada sesuatu yang lebih penting dari masalah monster-monster tadi."Pemimpin kaum werewolf, vampir, elf, penyihir, dan mermaid mengeluh mengenai kehadiran para monster yang semakin meresahkan para penduduk mereka masing-masing. Karena itu mereka menginginkan untuk diadakannya pembasmian para monster."KAUM TERAKHIR5. Salah JalanKabut hitam seketika memenuhi lantai ruangan. Suhu pun mendingin, dengan bertambahnya kabut itu yang semakin menebal. Semua tatapan kini mengarah tepat ke arah gadis bergaun hitam itu. Tatapan tajamnya membuat siapa saja yang menatapnya seketika menunduk, atau membuang muka. Ada kelebihan tersendiri yang gadis itu miliki dengan tatapannya, membuat mereka langsung menunduk tahluk tidak berani melawan. "Saya menolak tegas pembasmian ini." Ucapan pelan tetapi penuh penekanan itu membuat para pemimpin kerajaan lainnya semakin menunduk. Walau di dalam hati mereka, rasa kesal serta ingin melawan menggebu. Tetapi, aura dan tatapan tajam itu membuat mereka tidak bisa berkutik. "Ratu Kyana tolong tenang sebentar. Kita belum mengetahui keputusan dalam masalah ini." Kepala Kyana tertoleh, menatap ke arah wanita cantik dengan gaun biru kesukaannya. Wajahnya yang cantik dengan surai berwarna pirang itu membuatnya terlihat semakin cantik. Ditambah dengan kulit bersih
KAUM TERAKHIR6. Makan Malam Pembawa Petaka"Maafkan saya, Yang Mulia Lord!"Kyana segera menundukkan kepalanya kembali. Di dalam hati, dia sudah menyumpah serapahi kecerobohannya. Bisa-bisanya dia tidak fokus dalam berjalan hingga berakibat fatal seperti ini? Karena terlalu larut dalam pikirannya, Kyana tidak menyadari bahwa sosok yang paling disegani itu sudah mendekatkan diri kepadanya. Menarik tubuh mungil Kyana ke dalam dekapannya. Membuat sang gadis terlonjak kaget. "Lord apa yang Anda lakukan."Kyana gegas melepas rengkuhan itu. Gadis itu mengambil langkah mundur beberapa langkah. Wajahnya mengeras, mengingat tindakan laki-laki tampan di depannya itu. Dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh laki-laki lain, selain mate-nya nanti. Tetapi, apakah mungkin dia memiliki seorang mate? Mengingat kaum kegelapan hanya tersisa dirinya. "Aku hanya mengambil ini dari rambutmu," balas sang lord seraya memperlihatkan sehelai daun kering di tangan kanannya. Melihat itu membuat Kyana terdiam.
7. Siluet BiruBrakk!Suara gebrakan meja itu semakin membuat suasana terasa mencekam. Para pelayan dan prajurit yang berdiri di setiap sudut ruangan seketika menegang. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menunduk takut, berbeda dengan Kyana yang memasang senyum menyeringai. Melihat bibinya tengah diselimuti kekesalan entah mengapa membuatnya terhibur."Apa yang baru saja kau katakan, Putri Mahkota?"Queem menunduk, melihatnya membuat Kyana mengerti. Senakal dan sekuat apapun adiknya itu, bagaimana mungkin berani melawan orang yang mengandung dan merawat kita sejak kecil. Sedikit kagum dengan gadis itu, Queem masih memiliki sikap hormat kepada ibunya yang bahkan akan menjodohkannya dengan kaum musuh mereka sendiri.Karena ketiadaan balasan dari Queem, sang ratu menoleh melempar pandangannya kepada Kyana yang berdiri santai menatapnya. Melihat tamu tak diundang yang tampak santai di tengah amarahnya, membuat sang ratu semakin tersulut emosi. Kyana menaikkan satu alisnya ketika mendapa
8. Naga HitamTiga pasang sayap besar Kyana terlipat, setelah kedua kakinya kembali menyentuh tanah. Netra tajamnya bergerak mencoba menelisik tanah lapang yang sangat asing di matanya. Dia tidak tahu sudah seberapa jauh dia terbang mengikuti cahaya kebiruan yang berhasil membuatnya tertarik. Kaki jenjangnya melangkah mencoba mencari sesuatu yang sejak dia ikuti secara diam-diam. Hening, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun di sana kecuali dirinya yang terjebak di tanah lapang yang dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan.Hingga serangan dadakan membuat tubuh Kyana terlempar cukup jauh sebelum akhirnya dia bisa mengendalikan diri kembali dengan menahan gerakan tubuhnya dengan sayap lebarnya. Sedikit mengibaskan api yang menempel pada jubahnya. Hingga suara raungan yang menggelegar, memecah langit malam membuat Kyana mengalihkan pandangannya ke depan. Beberapa meter dari tempatnya terbang, terlihat seekor naga berukuran besar berwarna hitam gelap. Di punggung dan ujung sayapnya terdapa
9. MenyelinapSosok laki-laki asing pemilik netra biru itu menatap dingin kedua pengawal Kyana. Menatap mereka dari atas ke bawah, menilai. Dengan tatapan merendah dia bertanya kepada satu-satunya gadis di antara mereka, "Siapa dua siluman lemah ini, Ratu?"Pertanyaan itu menohok ulu hati Archeros dan Orxphulus. Lemah? Padahal mereka adalah siluman yang paling diincar banyak kaum karena kekuatannya. Bagaimana mungkin laki-laki itu berkata bahwa mereka itu sosok yang lemah? Mendengar hal itu tentu saja membuat Orxphulus dan Arccheros menggeram tertahan. Bahkan suara asli mereka terdengar mengerikan. Sekonyong-konyong keduanya berubah menjadi dua hewan ganas dan perkasa. Seekor serigala putih dan harimau emas itu sudah siap mencabik-cabik sosok di depan mereka. Terlihat dari kuku-kuku tajam mereka yang telah mencuat keluar, ditambah lagi gigi taring mereka juga tampak mengkilat. Kyana tahu bahwa kedua pengawal mereka tengah diselimuti amarah dan tidak main-main dengan sosok yang menuru
10. Tanda BahayaSuara lonceng mengiringi langkah Kyana yang memasuki sebuah toko ramuan terkenal dan tertua di Negeri Penyihir tersebut. Aroma mint dan kayu manis menguar, membuat siapa saja akan betah berlama-lama di sana. Walau hanya ada jejeran botol ramuan yang dipajang. Di setiap sudut toko penuh akan orang-orang yang tengah memilih ramuan yang mereka butuhkan."Ada yang bisa saya bantu, Nona Cantik?" suara itu membuat Kyana dan Glo menoleh. Mendapati seorang penyihir laki-laki yang tersenyum lebar. Sebuah senyuman yang memiliki arti tersendiri. Ditambah lagi sebuah kedipan menggoda laki-laki itu juga layangkan.Kyana mengulas senyum. Berbeda dengan Glo yang sudah mendatarkan wajahnya, menatap tidak suka penyihir laki-laki di depannya. "Aku mendengar toko ini menjual ramuan terbaru dan langka. Aku ingin membelinya," ucap Kyana lembut, mulai memerankan penyamarannya.Penyihir laki-laki itu memicingkan matanya, sebelum akhirnya bertepuk tangan heboh. Laki-laki itu tampak mengambil
11. Menghilangnya Kerajaan Peri"Clov apa yang harus kita lakukan?" Wanita cantik dengan gaun kebesarannya menatap sang suami. Jiwanya begitu risau ditambah lagi ketika pihak kerajaan mendapati laporan dari masing-masing bangsawan di setiap pemukiman di bawah kekuasaan Kerajaan Peri.Sedangkan laki-laki tampan dengan rahang tegas yang ditanyai masih setia berdiam diri memandangi keadaan Bunga Jiwa yang semakin meredup. Di luar ruangan rahasia itu, banyak peri-peri berlalu-lalang, tampak begitu sibuk. Walau begitu gurat kecemasan juga tergambar di wajah mereka. Kondisi Bunga Jiwa merupakan kunci dari keberadaan mereka. Jika bunga itu, maka kaum peri akan punah."Ratu Adara, beritahu semua petinggi kerajaan dan bangsawan untuk berkumpul sekarang. Kita harus menyelesaikan permasalahan ini sebelum terlambat."Tanpa berlama-lama sang ratu bergegas keluar ruangan untuk memerintahkan beberapa pengawal untuk memberikan pesan yang diminta oleh sang raja ke para petinggi kerajaan dan bangsawan.
12. Desas-DesusKabar akan menghilangnya Kerajaan Peri dari peradaban seketika menggemparkan dunia immortal. Pasalnya keseimbangan akan terguncang dengan tiadanya kehadiran mereka. Semua penjuru dunia immortal membincangkan perihal ini. Tidak sedikit dari mereka yang mempertanyakan alasan dari perginya kaum peri. Tanpa direncanakan semua orang pun sepakat untuk mencurigai satu-satunya kaum kegelapan yang tersisa. Rasa ketidakpuasan yang berada di dalam dada mereka mendorong untuk mencurigai sosok Kyana Azaquel.Sedangkan sang pemilik nama yang sedang menjadi bahan desas-desus itu masih tampak tenang duduk di kursi singgasananya seraya menatap datar surat yang dikirimkan oleh Istana Pusat. Meremasnya surat itu lalu menjadikan selembar kertas itu menjadi sirna menjadi asap hitam sebelum akhirnya lenyap, berbaur dengan udara pagi itu. Apalagi jika bukan membahas perihal menghilangnya Kerajaan Peri?"Ratu jika anda merasa lelah saya bisa menggantikan anda untuk datang ke rapat." Archeros