108. Kekalahan Lawan Kedatangan gadis itu tentu saja mengejutkan banyak orang terutama pihak musuh. Terlebih ketika kubah ungu yang sejak tadi mencoba dihancurkan dengan mudah runtuh saat gadis itu perlahan mendekat ke area perang. Hanya dengan tekanan aura yang gadis itu bawa, kubah yang sangat mustahil dihancurkan itu melebur tanpa disentuh sama sekali. Sang orc dengan perlahan menurunkan gadis itu ke tanah, membiarkan sang pemimpin asli mereka memimpin mereka kembali. Kyana-gadis itu benar-benar mencolok di tengah-tengah para monster yang berada di belakangnya, siap menjadi pasukan gadis itu. Gadis itu menatap sejenak para pemimpin kaum dan juga kedua kesatria sang suaminya, sebelum melayangkan tatapannya ke arah pihak musuh yang kini tampak mengambil langkah mundur tidak kuat menerima penekanan aura yang gadis itu bawa. Tangan kanannya terulur ke depan, menunjuk pasukan musuh yang tampak gentar karena kehadirannya. Dengan pelan penuh penekanan gadis itu berucap. "Mati." Hanya d
109. End"Oh lihat siapa tamu tak diundang yang datang."Kyana menatap tajam pria berjubah hitam yang kini wajahnya telah terpampang jelas karena tudung jubahnya yang berhasil terlepas. Gadis itu tampak terlihat santai, sepertinya gadis itu telah memprediksikan hal ini akan terjadi. Berbeda dengan Kyana yang telah memprediksikan hal ini sehingga membuatnya bersikap tenang tanpa lagi merasa terkejut, berbeda dengan Avram yang saat ini berdiam diri memandang terkejut pria yang berdiri di hadapannya. Pria yang sejak tadi dirinya lawan. Pria yang menjadi dalang dari peperangan ini terjadi. Pria yang menjadi musuhnya sendiri."Ayah ...." Kalimat itu akhirnya meluncur di bibir Avram. Memandang pria yang selama ini dia kira telah tiada-meninggalkannya di dunia ini. Tetapi rupanya, kematian sang ayah hanyalah rekayasa semata.Raja Demian mengulas senyum ketika panggilan itu keluar dari bibir putra semata wayangnya. "Kau akhirnya bisa mengingatku hm?" balasnya seraya terkekeh. Mengingat sejak
KAUM TERKAHIR1. Pembantaian"Aku tidak pernah mengirimkan wabah penyakit itu!" Seorang laki-laki dengan wajah tegas itu menatap tajam kerumunan orang yang mengelilinginya. Kabut hitam sudah sejak tadi menyelimuti tubuhnya. Walau begitu wajah tampannya tidak bisa dipungkiri. Bahkan, banyak dari wanita bangsawan diam-diam mengagumi sosok laki-laki itu. Ya, hanya diam-diam, sebab mereka masih memiliki akal untuk mendekati raja dari kaum kegelapan itu. "Bohong! Pasti semua ini karena ulahmu!""Ya benar! Kaum kegelapan seperti kalian terlalu tamak! Jadi mungkin saja ini salah satu siasatmu untuk menguasai seluruh dunia!"Teriakkan itu langsung disambut pekikan penuh kesetujuan dari banyak orang yang menghadiri tempat lapang itu. Membuat sang laki-laki yang kini dirantai itu menggeram marah. Kabut hitam yang menyelimutinya semakin tebal. "Hapus semua kaum kegelapan!""Bunuh mereka semua!"Sraannggg! Brug! Raja kegelapan itu semakin menggeram marah ketika melihat salah satu rakyatnya d
KAUM TERAKHIR2. Dua Pengawal SetiaSeorang gadis dengan gaun hitamnya itu menatap datar bangunan istana yang berdiri kokoh di hadapannya. Tiga pasang sayap di punggungnya seketika hilang ketika kedua kakinya telah menginjak tanah. Ada pancaran kerinduan dan juga kesedihan di manik hitam legam gadis itu. Bayangan masa lalu, membuatnya diam-diam mengepalkan kedua tangannya. "Nona." Hingga suara itu membuatnya berbalik. Ditatapnya dua orang laki-laki dengan pakaian lengkap prajuritnya. Kedua laki-laki itu setia menunduk membuat sang gadis menghela napas panjang. Kyana tidak mengerti mengapa dua pengawal pribadinya itu memilih tinggal bersama dengannya dan memutuskan kontrak dengan sang raja dari segala raja hanya demi dirinya. Bahkan jika dipikir-pikir dirinya tidak sebanding dengan Sang Lord yang kekuatannya jauh lebih tinggi darinya. Maka dari itu, Kyana berpikir ada yang salah dengan otak dua laki-laki di hadapannya sekarang. "Kembalilah ke istana sang lord," ucap Kyana datar. "T
KAUM TERAKHIR3. Hubungan Terlarang"Ada tamu tak diundang rupanya." Celetukkan Kyana yang tengah menuruni anak tangga langsung mendapat tatapan tajam gadis cantik yang sejak tadi terlihat mengamati beberapa barang antik di hadapannya. Gadis itu terlihat berdecak pelan, tetapi tak urung dia tetap mendekat ke kaum kegelapan satu-satunya itu. "Aku merindukanmu, Kakak," ucapnya seraya memeluk tubuh Kyana yang baru saja menginjak lantai dasar. Kyana hanya berdehem pelan. Setelah pelukan keduanya terurai, diamatinya sosok gadis di depannya. Kulit putih pucat dengan sorot mata tajam. Yang menjadi ciri khasnya adalah surai hitamnya yang panjang dengan ujung rambutnya yang berwarna kemerahan. Dialah Queem Annelida Xylium–putri mahkota Kerajaan Vampir. Dia juga merupakan saudara tiri Kyana. Walau begitu hubungan keduanya sangat baik dan dekat. Bahkan, tidak jarang Queem menginap di Kerajaan Kegelapan jika dilanda bosan. Hingga kejadian pembantaian kaum kegelapan yang dilakukan beberapa tah
KAUM TERAKHIR4. Pembasmian MonsterSuara teriakkan mengerikan dan gerakan keras dari luar istana membuat Kyana melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat, menuju ke sumber suara. Di belakangnya, Orxphulus dan Archeros setia mengikuti. Walau tak ayal, ada rasa takut di benak hati mereka yang paling dalam mendengar raungan menyeramkan yang sudah dipastikan bukan berasal dari manusia. Pintu besar depan istana seketika terbuka ketika Kyana mengarahkan kekuatannya ke pintu itu dengan tangan kanannya. Setelah pintu penghubung ruangan istana dan halaman istana itu terbuka, terlihatlah beberapa monster mengerikan yang telah memenuhi halaman istana. Dari yang berukuran kecil hingga besar, dari yang berkekuatan rendah hingga tinggi semuanya berkumpul menjadi satu. Raungan salah satu monster yang melihat Kyana mulai keluar dari istananya langsung disambut dengan raungan monster lainnya. Seakan menyambut kedatangan gadis itu. Kyana sendiri hanya menatap tajam para monster yang kini memandang ke
KAUM TERAKHIR5. Salah JalanKabut hitam seketika memenuhi lantai ruangan. Suhu pun mendingin, dengan bertambahnya kabut itu yang semakin menebal. Semua tatapan kini mengarah tepat ke arah gadis bergaun hitam itu. Tatapan tajamnya membuat siapa saja yang menatapnya seketika menunduk, atau membuang muka. Ada kelebihan tersendiri yang gadis itu miliki dengan tatapannya, membuat mereka langsung menunduk tahluk tidak berani melawan. "Saya menolak tegas pembasmian ini." Ucapan pelan tetapi penuh penekanan itu membuat para pemimpin kerajaan lainnya semakin menunduk. Walau di dalam hati mereka, rasa kesal serta ingin melawan menggebu. Tetapi, aura dan tatapan tajam itu membuat mereka tidak bisa berkutik. "Ratu Kyana tolong tenang sebentar. Kita belum mengetahui keputusan dalam masalah ini." Kepala Kyana tertoleh, menatap ke arah wanita cantik dengan gaun biru kesukaannya. Wajahnya yang cantik dengan surai berwarna pirang itu membuatnya terlihat semakin cantik. Ditambah dengan kulit bersih
KAUM TERAKHIR6. Makan Malam Pembawa Petaka"Maafkan saya, Yang Mulia Lord!"Kyana segera menundukkan kepalanya kembali. Di dalam hati, dia sudah menyumpah serapahi kecerobohannya. Bisa-bisanya dia tidak fokus dalam berjalan hingga berakibat fatal seperti ini? Karena terlalu larut dalam pikirannya, Kyana tidak menyadari bahwa sosok yang paling disegani itu sudah mendekatkan diri kepadanya. Menarik tubuh mungil Kyana ke dalam dekapannya. Membuat sang gadis terlonjak kaget. "Lord apa yang Anda lakukan."Kyana gegas melepas rengkuhan itu. Gadis itu mengambil langkah mundur beberapa langkah. Wajahnya mengeras, mengingat tindakan laki-laki tampan di depannya itu. Dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh laki-laki lain, selain mate-nya nanti. Tetapi, apakah mungkin dia memiliki seorang mate? Mengingat kaum kegelapan hanya tersisa dirinya. "Aku hanya mengambil ini dari rambutmu," balas sang lord seraya memperlihatkan sehelai daun kering di tangan kanannya. Melihat itu membuat Kyana terdiam.