KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU"Tapi aku gak yakin dia kapok, Mas.""Ya Sudah biarkan saja kalau Mayang macam-macam kamu tinggal hubungi Mas saja. Karena Mas akan selalu siap sedia selama 24 jam hanya untuk Ayyara Kartika tercinta.""Uluh-uluh, maca cih. Jadi terhura deh aku," jawab Ayra yang disambut gelak tawa oleh Ibra. Membuat orang-orang yang ada di sana menoleh ke arah mereka sembari mengernyitkan dahi. Mungkin saja mereka heran dengan Ibra yang sudah sedikit beruban di bagian rambutnya tapi masih jalan dengan Ayra yang masih sangat muda. Atay mereka malah mengira Aura dan Ibea itu adalah anak dan ayah. Entahlah, hanya mereka yang tahu dengan pemikiran mereka sendiri. Saat keduanya tertawa tiba-tiba Ibra terdiam. Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu pada Ayra tapi seperti ragu juga. "Mas, ada apa? Kok kayak yang lagi mikirin sesuatu? Kalau ada apa-apa kasih tau aja aku siapa tahu kan aku bisa bantu." Ayra bertanya dengan lembut sembari mengelus jemari Ibra yang ber
"Fiona! Kamu harus dengarkan aku dulu. Aku punya penawaran yang sangat menarik untukmu dan tentunya menguntungkanmu. Dan bukankah pria yang sedang bersamamu ini adalah mantan suami dari calon istri Papimu itu?!" Kedua sejoli itu pun menoleh ke arah suara. Lantas, wajah Fiona terlihat memberengut. Tiba-tiba saja moodnya kembali rusak karena kedatangan wanita tua yang mengaku sebagai ibu kandungnya itu. Fahri yang mengerti dengan arti sorot wajah istrinya itu pun lantas menggenggam tangan Fiona dan mengelusnya lembut. "Maaf, Ibu ini ada urusan apa sama kita? Terus kenapa bisa tiba-tiba ada di sini?" tanya Fahri pada Reni. "Oh kalau itu tenang saja. Aku gak ngikutin kalian kok. Ak tu jiatnya ya cuma mau makan malam sambil kongkow saja eh malah ketemu kalian di sini. Yaudah sekalian saja kan aku gabung yah anggap saja perkenalanku sama kalian," jawab Reni dengan santainya tanpa memikirkan Fiona yang setuju atau tidak dengan kehadirannya. "Cepat katakan apa maksud ucapanmu tadi." Taja
Baru saja keduanya asik bercengkrama dan saling memperkenalkan diri tiba-tiba keduanya dikejutkan suara keras dari seberang jalan rumah Ayra yang kebetulan adalah rumah kosong. Duar!! "Suara apa itu, Sif?" "Tenang, Mbak, tenang, jangan panik. Biar aku yang cek. Ada Sifa di sini." Sifa pun berjalan mendekati arah suara itu. Jika kebanyakan orang takut sama manusia karena bisa saja membunuh tapi tidak dengan Ayra. Justru dia takut jika dimakan setan. "Hati-hati, Sif, kamu ntar ketemu setwn malah dimakan." "Sekate-kate si Mbak Ayra ini. Yang ada setannya yang aku telen terus aku lepeh dan aku bejek-bejek. Mana ada sejarahnya Sifa takut sama setan." Mau terhelak tapi Ayra gak bisa. Dia khawatir kalau tiba-tiba ada mas poci atau mbak kunti nongol di depan Sifa. Sudah barang tentu Ayra akan terbirit-birit. Ini saja Ayra sudah melepas sepatu heels nya berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang nongol nantinya dia bisa langsung tancap gas. "Woi siapa tu! Sini keluar kalau berani! Hadapi Sifa!"
Pagi ini rencananya Ayra mau pergi ke butiknya Mayang. Untuk apa lagi kalau bukan untuk kembali mencoba baju yang sudah dibuat oleh Mayang untuk hari pernikahan Ayra dengan Ibra. Sayangnya kali ini Ibra tidak bisa menemani Ayra pergi ke sana karena Ibra ada pekerjaan yang sangat mendesak dan harus dikerjakan saat itu juga. Ayra pun tidak masalah karena dia bisa pergi sendiri. Akan tetapi, tentu saja Ibra tidak mengizinkannya karena ia sangat ingat dengan ucapan Reni yang mengancam Ayra. Alhasil Mau tidak mau Ayra menyetujui untuk ditemani oleh Sifa. "Sifa ayo udah siang ini! Lama banegt sih?!" pangil Ayra pada Sifa karena gadis itu belum juga keluar dari kamarnya. Tidak berselang lama Sifa pun keluar dari kamar dan menghampiri Ayra. "Kamu habis ngapain sih kok lama bener?" tanya Ayra. "Biasa habis semedi dulu. Alias mengisi kekuatan kalau enggak yang ada ntar lemes." "Memangnya ngapain? Ngecas? Dah kayak ponsel aja pale dicas." "Yah bisa diibaratkan begitu tapi gak gitu juga sih
"Lha terus kok kamu takut sama kecoa?!" Ayra bertanya sembari mengulum senyumannya. "Kalau itu pengecualian. Dah ah gak usah bahas itu merinding yang ada. Yuk kita pergi!" Ayra dan Sifa pun masuk ke dalam mobil tersebut dan Sifa mulai menghidupkan mesinnya dan mereka pergi meninggalkan rumah Ayra menuju butik milik Mayang. ***"Tante, hari ini jadwal si Ayra ke butik Tante kan?" tanya Fiona yang baru saja mendatangi butik sang tante itu. "Hemmm begitulah, bajunya sudah jadi. Ya dia kan harus ngepasin lagi apa ada yang kurang atau sudah cukup. Ada apa? Mau ngajak ngerjain dia lagi?" tanya Mayang kembali setelah dia meletakkan pensilnya yang biasa dia gunskan untuk menggambar desain. "Hemm rencananya iya.""Apa itu? Kalau ngisengin kayak ngasih bedak gatal atau sejenisnya Tante gak mau ah. Seringnya bukannya berhasil malah jadi senjata makan tuan nanti." "Ck! Bukan itu. Ini jauh lebih canggih dan Fiona yakin bakal berhasil." "Oh ya? Apa itu? Tante jadi kepo.""Tante lihat laki-lak
"Oke deh Tante. Makasih ya Tanteku sayang." Fiona dan Mayang pun sama-sama tersenyum licik karena sangat yakin kalau rencananya kali ini akan berhasil.Fiona segera memanggil pria itu untuk masuk ke dalam butik. Karena sudah mendapatkan panggilan maka pria itu pun masuk ke dalam butik milik Mayang. Sedikit terkagum saat memasukinya karena butik Mayang memiliki desain yang sangat cantik. Itu semua juga tidak lepas dari campur tangannya Ibra. "Kenalkan, Saya Mayang pemilik butik ini. Jadi kamu yang mau bekerja sama dengan kita?" ujar Mayang dengan angkuh.Pria itu mengangguk dengan yakin lantas ia menjawab, "Asalkan bayarannya cocok." Pria itu tersenyum memberikan jawabannya. "Oh tentu saja, aku akan memberikanmu uang yang lumayan. Kamu bisa mendapatkan bayaran yang sesuai nantinya dengan apa yang sudah kami kerjakan asalkan kami mengikuti instruksi kami dengan baik."."Jadi berapa Ibu mau membayar saya?""Saya punya uang dua juta. Dengan mudah bisa memberikannya untuk kamu. Asal kamu
[Ayra, jadi tidak datang ke butikku? lama sekali. Aku tak punya waktu banyak untuk menunggumu mencoba gaun yang sudah dipesan ini.]Ayra menyipitkan mata membaca pesan dari Mayang. Baru kali ini Mayang mau repot-repot mengiriminya pesan. Ayra mulai merasakan firasat aneh. "Kenapa, Mbak? kaya abis baca chat dari presiden Jokowi saja. Sampe mematung dalam diam, hihihi.""Bukan gitu, Sif. Aku heran saja, Tante Mayang tiba-tiba chat dan bilang menungguku memilih gaun di butik.""Mungkin di suruh Bos besar, Mbak. Tenang saja, Mbak jangan khawatir. Kalau Para manusia setengah kuntilanak itu mengganggu, aku libas mereka pake jurus jaran goyang. Biar pada kapok, hihihi.""Ada-ada saja kamu, Sif. Awas kalau kamu lengah dengan pergerakan mereka.""Siap, Mbak. Tenang. Mataku siap siaga membaca kelicikan para Kunti itu.""Ih, sudah-sudah. Jangan bawa-bawa nama-nama artis dunia ghaib. Aku merinding."Sifa tertawa geli mendengarkan Bos perempuannya ketakutan hanya karena memanggil nama-nama artis
[Lihatlah, calon istrimu sedang bermain gila bersama pria lain. Apa kamu yakin mau menikahinya? pikirkan seribu kali.]Nomor misterius tiba-tiba mengirim pesan pada Ibra. Pekerjaannya terhenti saat melihat foto Ayra seolah-olah sedang dipeluk dari belakang oleh seorang pria. Tangannya mengepal. Dia tidak terima ada orang misterius yang memfitnah calon istrinya. Tentu Ibra tak mudah percaya hanya dengan sebuah foto yang bisa direkayasa."Baik, rapat kali ini cukup sampai di sini. Saya ada kepentingan lain. Nanti kita lanjut nanti."Secara tergesa-gesa, Ibra membubarkan rapat. Padahal, seharusnya masih ada beberapa hal yang harus dibahas. Namun, rasa kesal, dan penasaran membuatnya tak bisa fokus. Ibra segera menelpon orang kepercayaannya. Sebelum dia mendatangi Ayra di butik, Ibra ingin mencari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi. "Hallo, cepat datang ke butik adik saya. Cek cctv di sana. Cari informasi mengenai apa yang dilakukan Ayra, dan Mayang di sana.""Sekarang, Bos?" tanya