"Kamu habis ketemu Dinda lagi??" tanya Ibu Sarah begitu putranya datang."Iyah Mah," jawab Andi. Ibu Sarah memalingkan mukanya seperti tidak suka. Andi lalu berjalan menghampiri Mamahnya dan memeluknya."Memangnya kenapa sih Mah??" tanya Andi sambil bermanja pada ibunya.Ibu Sarah lalu melepaskan pelukan Andi."Mamah tidak mau ada rumor tidak jelas antara kalian, nantinya," jawab Ibu Sarah yang kesal pada putranya."Rumor apa sih Mah, aku janji aku gak akan buat masalah aneh-aneh," balas Andi dengan memberi tanda dua jari."Memangnya kamu gak bisa cari wanita yang lebih baik dari Dinda??" tanya Ibu Tari karena ia begitu khawatir jika kelak Dinda akan memberi pengaruh buruk pada putranya."Cari yang kaya gimana lagi sih Mah?? Mamah belum kenal aja sama Dinda, dia itu orangnya super....." Belum juga Andi memulai ceitanya, Ibu Sarah pergi meninggalkan Andi."Mahh.... Mamah....." panggil Andi sambil mengikuti Ibu Sarah dari belakang."Ada apa sih ini?? Anaknya baru pulang ko Mamahnya mal
Andi benar-benar menyiapkan semuanya dengan teliti untuk Dinda."Ini adalah berkas pemeriksaan keseluruhan punya Dinda yang menyatakan bahwa dia sudah sehat seratus persen," ucap Dita yang menyerahkan berkas itu pada Andi."Thanks yah Dit lo udah bantuin gue dan Dinda selama ini." Andi mengucapkan rasa terima kasihnya karena Dita yang selama ini mengurusi Dinda dan mengobatinya hingga Dinda bisa hidup normal kembali."Iyah sama-sama lo gak usah sungkan sama gue Ndi," balas Dita yang merasa bahagia juga karena akhirnya Dinda melewati semua ini."Ya udah deh kalau gitu gue pulang dulu yah Dit," pamit Andi pada Dita."Salam buat Om sama Tante yah!!" pesan Dita sebelum Andi pulang."Oke," jawab Andi yang kemudian keluar dari ruangan Dita."Syukurlah akhirnya Dinda bisa keluar dari beban dia selama ini," tutur Andi yang berbicara sendiri.Ia lalu menemui Rara. Tujuanya untuk memberikan berkas kelengakapan Dinda agar ia bisa mengajar di sekolah tersebut."Ra ini semua berkas yang kamu minta
Andi sebenarnya agak kepikiran saat melihat Rara menjatuhkan kopinya ia khawatir Rara sakit, namun karena Rara yang memintanya untuk pergi akhirnya Andi pun pergi meninggalkan Rara. Keluarga Rara memang sudah cukup dekat dengan keluarga Andi, bahkan Rara pun sudah mereka anggap seperti putri mereka sendiri, apa lagi semenjak orang tua Rara meninggal. "Ndi... kamu udah pulang," ucap Ibu Sarah yang melihat Andi duduk di sofa ruang keluarga. Andi pun menoleh pada Ibunya. "Udah Mah... tadi aku dari kantor Rara, makanya langsung pulang," balas Andi yang sepertinya lelah karena habis berkeliling. "Rara..."lirih Ibu Srah. "Mamah ko kengen ya sama Rara," ucap Ibu Sarah yang berjalan mendekat pada putranya. "Yahh Mamah tinggal ketemu aja sama dia," balas Andi ketus. "Kalau gitu, minggu besok ajak dia ke rumah yah sekalian kita makan keluarga," seru Ibu Sarah yang begitu antusias. "Terserah Mamah aja." Andi yang lelah pergi ke kamarnya. Ibu Sarah sangat bahagia karena Andi tidak meno
Mungkin apa yang diucapkan oleh Risa barusan ada benarnya tidak ada salahnya seorang wanita menyatakan perasaannya langsung. Risa seorang remaja polos saja memiliki pemikiran yang cukup dewasa untuk dirinya sendiri. Ia hanya ingin mengungpakan perasaannya dan itu bukanlah sebuah kesalahan."Aku yang terlalu ciut dan lemah," batin Rara.****Rara kembali ke ruangannya dan merapikan barang-barangnya ia berencana pergi ke toko buku untuk menenangkan hati dan pikiranya. Ia langsung tancap gas dengan mobilnya.Saat sampai di mall Rara langsung menuju lantai atas, namun di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang tak asing dengannya. Itu adalah Ibu Sarah, mamahnya Andi."Halloooo......" sapa Ibu Sarah dari kejauhan yang sudah melihat Rara. Ia langsung bergegas menghampiri Rara.Ibu Sarah langsung memeluk Rara menyapanya dengan mencium pipi kanan dan kirinya."Kamu sehat sayang??" tanya Ibu Sarah sambil mengelus-ngelus lengan Rara."Alhamdulillah Rara sehat Bu, Ibu gimana sehat??"
Di lain tempat Dinda yang begitu antusias sedang menyiapkan hal yang ia perlukan untuk kembali bekerja di sekolah Rara. "Dinn kamu sedang apa??" tanya Ibu Harti dari belakang. "Dinda lagi beresin barang-barang Dinda Bu," jawabny sambil merapikan beberpa buku miliknya. "Din kamu sudah yakin ingin kembali bekerja?? Tidak mau bantu Ibu di sini saja??" tanya Ibu Harti dengan hati-hati karena beliau merasa khawatir jika nanti ia akan bertemu kembali dengan Rangga. "Bu... Ibu tenang saja, kata Dokter Dita juga Dinda udah sehat, udah bisa keluar dan beraktifitas seperti biasa jadi Ibu gak usah khawatir yah!!" Dinda yang berusaha meyakinkan Ibunya. "Dinda harus bertemu dengan Rangga dan membalaskan dendam Dinda padanya," batin Dinda. Ibu Harti menatap sendu putrinya. Rasa khawatir seorang Ibu yang takut putrinya kembali di rusak mentalnya oleh laki-laki yang begitu dicintainya. "Ya udah kalau itu sudah jadi keputusan kamu, Ibu hanya bisa mendo'akan yang terbaik buat kamu Nak," ucap San
Di mobil Dinda masih saja melihat-lihat wajahnya di cermin."Lihat apa lagi sih Din??" tanya Andi memperhatikan yang Dinda sibuk merapikan rambutnya."Lebih baik gini atau gini??" Dinda meminta pendapat Andi tentang penampilannya."Tadi udah rapi, ko malah dirusak lagi," komentar Andi."Aku gak pede Ndi," ucap Andi."Hmmmm....." Andi menghela nafas lalu menghentikan mobilnya."Ko berhenti sih??"tanya Dinda bingung."Beresin dulu rambutnya!!" suruh Andi.Dinda pun akhirnya mengikat rambutnya dengan rapi. Sehingga bagian lehernya terlihat begitu jelas yang membuatnya semakin seksi untuk ukuran pria dewasa seperti Andi yang melihatnya.Andi hanya bisa menelan ludah melihat semua itu, pikiran dewasanya sudah bergreliya membayangkan sesuatu yang erotis. "Cantiknya...." lirih Andi.Dinda menoleh padanya."Aku tidak bisa menahannya, maafkan aku Dinda," batin Andi.Ia pun langsung melumat bibir merah Dinda dan memegang leher seksi yang sejak tadi ia incar. Dinda mencoba membrontak melepaskan
Derdddd... Derdddd... diiringi deringan ponsel Andi membuat Andi dan Dinda kaget, mereka pun menghentikan aktivitas seks mereka. Andi pun mengangkat teleponnya. "Hallo Ra..." sapa Andi dengan nada agak terengah. Rara heran kenapa Andi seperti baru saja melakukan aktivitas yang cepe karena nada suaranya yang trengah. "Kamu habis ngapain sih??" tanya Rara. "Ohhh.. enggak habis ngapa-ngapain emangnya kenapa??" Andi yang balik bertanya, ia kaget karena Rara yang tiba-tiba bertanya seperti itu. "Kaya orang habis olah raga deh," jawab Rara curiga. "Aku kaget aja barusan ada kucing lewat jadi injak rem mendadak," balas Andi sambil merapikan pakaiannya. "Ohh... kirain kamu lagi olah raga. Ini udah siang kamu sama Dinda ko belum nyampe??" tanya Rara yang sedari tadi menunggu kedatangan mereka. Andi menoleh pada Dinda yang sudah berpakaian lengkap kembali. "Ini aku masih di jalan, kita kejebak macet, soalnya tadi aku berangkat agak siang dari rumah dan Dinda juga agak ragu untuk beran
Sampai di pintu utama Dinda menghirup udara segar, seoalah ia baru saja terbebas dari penjara."Dindaaaaa!!!!" teriak seorang wanita dari arah samping.Dia adalah Rara sahabat yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri.Rara langsung mendaratkan pelukannya di tubuh Dinda."Aku kangen banget sama kamu Din...." isak Rara yang terharu melihat kedatangan Dinda."Aku juga sama Ra," balas Dinda sambil menepuk-nepuk pundak Rara.Rara lalu melepaskan pelukannya."Ayo kita ke ruanganku!!" ajak Rara, namun ia menengok ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang."Cari apa sih Ra??" tanya Dinda yang heran pada tingkah Rara."Kamu sendiri Din??" Rara malah balik bertanya."Enggak.. aku sama Andi. Tuh!!!" Dinda membalikan badannya dan menunjuk ke arah Andi.Terlihat Andi yang turun dari mobil mengenakan kacamata hitamnya dengan stelan jas berwarna cream yang membuat penampilannya semakin menawan."Kalian ko belum masuk?" tanya Andi seraya membuka kacamatanya."Yah nunggu kamu lahh!!