Setelah mengantar orang tua Dinda, Andi lalu pergi ke kamar Fasha. "Ngapain lo ke sini??" tanya Rangga saat melihat Andi masuk."Gue cuma mau jenguk sahabat gue?? Salah??" sinis Andi."Gimana keadaan lo??" tanya Andi pada Fasha.Fasha tak sedikitpun menjawab pertanyaan Andi."Lo gak usah ganggu Fasha, dia butuh istirahat. Ini semua gara-gara Dinda, gue hampir aja kehilangan bayi gue," ucap Rangga kesal.Andi langsung bertepuk tangan saat mendengar apa yag diucapkan oleh Rangga."Luar biasa, luar biasa sekali yah kalian. Setelah menghancurkan hidup seseorang masih saja terus mengintimidasi dan menyarahkan orang tersebut. Sakit emang kalian berdua," murka Andi yang sebenarnya ingin sekali meluapkan emosinya dengan menghajar Rangga."Pergi deh lo dari sini, kedatangan lo tuh cuma bikin kepala gue pusing!!" usir Fasha pada Andi."Wishhh... tenang Tuan Putri. Gue juga bakalan cabut ko. Gue cuma mau peringatin lo berdua. Terutama lo." Andi menunjuk pada Fasha."Gak udah ikut campur urusan
Ternyata Pak Fero dan Ibu Sarah sengaja ketika datang ke rumah sakit langsung memarahi Andi karena saat itu mereka melihat ada Rangga. Mereka bukan tipikal orang yang gampang percaya pada orang lain. Pak Fero dan Ibu Sarah tentu akan membicarakan setiap permasalahan dengan keluarga terlebih dulu itulah prinsip mereka. Kepergian orang tua Dinda itu bukan juga karean di usir oleh orang tua Andi tapi mereka sendiri yang memilih untuk lebih mandiri. Mereka sudah menyayangi Andi seperti putra kandung mereka sendiri dan mereka tau sifat Andi, dia bukan orang yang gegabah, apa lagi seenaknya dalam mengambil keputusan. **** "Jujur Andi memang suka sama Dinda Mah, namun Andi juga masih berpikir sehat tidak mungkin Andi tiba-tiba merebut seseorang yang masih berstatus menjadi suami orang lain," jelas Andi. "Tapi berita itu sekarang santer di kalangan kita Ndi," ucap Pak Fero. "Andi minta maaf karena Andi ceroboh Pah, Andi yakin ada orang yang memata-matai kami karena ada beberapa foto k
Hari ini Fasha pulang karena keadaanya sudah membaik. Mamah Tari memasak beberapa makanan kesukaan Fasha untuk menyambutnya datang."Rangga, istrimu pulang ke sini kan??" tanya Mamah Tari."Iyah Mah, memangnya kenapa??" Rangga balik bertanya."Enggak , hari ini Mamah akan masak makanana kesukaan Fasha untuk menyambut kepulangannya," jawab Mamah Tari."Oke deh Mah," ucap Rangga yang kemudian pamit untuk pergi."Rangga!" panggil Papah Harto.Rangga lalu menghentikan langkah kakinya."Kenapa Pah??" tanya Rangga."Papah minta selesaikan hubunganmu dengan Dinda, jika kamu memang sudah tidak mau bersamanya lagi," jawab Papah Harto yang berusaha mengingatkan Rangga."Pah... kenapa sih Papah selalu saja membahas tentang Dinda... Dinda.. dan Dinda, Rangga tuh sudah muak sama Dinda Pah!!!" kesal Rangga karena Papahnya kembali membahas tentang Dinda."Papah hanya ingin kamu bertanggung jawab dengan benar Rangga, kamu harus mengembalikan Dinda secara baik-baik pada kedua orang tuanya," ucap Papah
Awalnya Rangga berniat menjenguk Dinda di rumah sakit saat itu, namun saat menanyakan pasien bernama Dinda ternyata dia sudah dipindahkan. Andi memang sengaja memindahkan Dinda karena ia tidak mau Dinda mendapat gangguan dari Rangga.**Saat sampai di rumah Mamah Tari sudah begitu senang ingin menyambut kepulangan Fasha."Selamat datang!!!" sambut Mamah Tari."Lho... Fasha mana??" tanya Mamah Tari bingung."Dia pulang ke rumah orang tuanya," jawab Rangga kesal."Ko bisa katanya mau pulang ke sini??" tanya Mamah Tari."Udah deh Mamah gak usah banyak tanya bikin aku makin pusing." Rangga pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan kesalnya.Mamah Tari mengikutinya dari belakang dan masih saja bertanya. Emosi Rangga yang sudah di ujung tanduk akhirnya keluar juga."DIAM MAH!!" bentak Rangga.Mamah Tari sontak kaget. Baru kali ini Rangga membentaknya."Rangga...." lirih Mamah Tari yang tidak bisa berkata-kata lagi.Ia tidak percaya jika Rangga tega membentaknya seperti itu. Bukannya minta ma
"Dinnn...." sapa seseorang dari belakang pada Dinda duduk di kursi.Dinda menoleh dan tersenyum."Kamu udah datang," seru Dinda yang terlihat bahagia melihat kedatangan orang tersebut.Ternyata dia adalah Andi. Orang yang selama ini selalu menjenguk Dinda."Gimana keadaan kamu??" tanya Andi."Baik... yaa beginilah orang dengan gangguan mental selalu terlihat baik, namun kami punya beban yang cukup berat," jawab Dinda dengan senyumannya.Ternyata keadaan Dinda semakin hari semakin membaik, ia sengaja di isolasi oleh Andi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali orang tua Dinda dan Dita sebagai dokter yang menangani Dinda.Depalan bulan sudah Dinda berada di tempat tersebut, ia mendapat perawatan yang cukup intensif.Bukan hal mudah bagi Dinda untuk tinggal di tempat tersebut, ia bahkan sempat berencana beberapa kali untuk kabur karena selalu ingin menemui Rangga, namun lambat laut dengan perawatan dari Dita, ia mulai bisa menerima semua keadaan yang terjadi pada diri
Pertemuan Andi dan Rangga di lobi membuat Andi penasaran tentang proyek apa lagi yang ingin ia ajukan pada perusahaan orang tuanya. Andi pun segera menemui Papahnya.Andi mengetuk pintu ruangan Papahnya."Masukkk!!!" suruh Pak Fero."Kamu... Papah kira siapa," ucap Pak Fero."Ada apa??" tanya Pak Fero sembari tangan dan matanya tetap fokus pada laptop."Barusan ada Rangga Pah....???" tanya Andi."Hmmm..." jawab Pak Fero yang kemudian menyerahkan sebuah berkas pada Andi."Coba kamu pelajari proyek ini!! Papah juga sedang cek lokasinya. Sepertinya lokasinya sangat menjanjikan untuk pembangunan pusat perbelanjaan yang ada di dekat pantai," jelas Pak Fero.Ia lalu menutup laptopnya dan mulai menjelaskan tentang proyek yang diajukan oleh Rangga pada mereka."Kali ini Papah cukup tertarik dengan proyek milik Rangga, kita bisa mengembangkan sayap bisnis kita di daerah Yogyakarta Ndi," saran Pak Fero yang sepertinya tertarik dengan proyek Rangga saat ini."Daerah sana memang belum memiliki pu
"Bagimana?? Kamu mau menerima proyek ini kan??" tanya Pak Fero pada putranya."Tapi Pah...." Andi merasa ragu karena ia harus meninggalkan Jakarta dan sudah pasti akan meninggalkan Dinda."Apa lagi yang kamu pikirkan Andi, kamu sudah lihat ternyata Rangga memang benar-benar bisa bangkit dari keterpurukannya, ia bahkan menyesali perbuatanya selama ini yang sudah menuduh kamu dan Dinda berselingkuh, padahal pada kenyataanya Fasha lah yang memfitnah kalian dengan menyuruh orang untuk memotret kalian berdua," jelas Pak Fero."Bahakan kamu sendiri yang sengaja membeli rumah Rangga dengan harga tinggi karena kamu masih menganggapnya seorang sahabat," tambah Pak Fero."Ayolah Nak!!! Kamu dan Rangga punya potensi yang bagus dalam bidang ini, jika kalian bekerja sama Papah yakin perusahaan kita bisa semakin maju," bujuk Pak Fero karena beliau tau dalam hati Andi ia tidak benar-benar membenci Rangga."Andi pikirin dulu yah Pah!!" jawab Andi yang kemudian mem
"Gue bersyukur sih ada orang yang bisa gue andelin kaya lo," ucap Andi. "Hati-hati harus ada imbalannya," balas Rara sambil tersenyum jail pada Andi. "Lo mau apa sih, tinggal ngomong sama gue!! Pasti bakal gue penuhin!!" ujar Andi yang memberikan janjinya pada Rara. Rara pun tersenyum bahagia, ia lalu menyodorkan jari kelingkingnya. "Janji jari kelingking yahh!!" seru Rara yang terus menantap Andi dengan perasaan bahagia. "Kagak ahh... kek anak bocil," tolak Andi, namun Rara tetap memaksanya. "Ntar lo lupa malah ingkar sama gue," ucap Rara. "Yahh emangnya lo mau minta apa sih sama gue, tinggal ngomong aja!!" suruh Andi pada Rara."Entar deh gue pikirin dulu, minta sama lo tuh gak boleh tanggung-tanggung," balas Rara."Iyahh... iyah mau apa aja pokonya terserah kamu," ucap Andi."Kalau gitu gue pulang dulu yah!!" pamit Andi. Ia pun lekas pergi meninggalkan ruangan Rara."Mau gue antar ke depan." Rara menawarkan diri untuk mengantarkan Andi ke depan."Gak usah!! Kek pejabat aja,"