Pertemuan Andi dan Rangga di lobi membuat Andi penasaran tentang proyek apa lagi yang ingin ia ajukan pada perusahaan orang tuanya. Andi pun segera menemui Papahnya.Andi mengetuk pintu ruangan Papahnya."Masukkk!!!" suruh Pak Fero."Kamu... Papah kira siapa," ucap Pak Fero."Ada apa??" tanya Pak Fero sembari tangan dan matanya tetap fokus pada laptop."Barusan ada Rangga Pah....???" tanya Andi."Hmmm..." jawab Pak Fero yang kemudian menyerahkan sebuah berkas pada Andi."Coba kamu pelajari proyek ini!! Papah juga sedang cek lokasinya. Sepertinya lokasinya sangat menjanjikan untuk pembangunan pusat perbelanjaan yang ada di dekat pantai," jelas Pak Fero.Ia lalu menutup laptopnya dan mulai menjelaskan tentang proyek yang diajukan oleh Rangga pada mereka."Kali ini Papah cukup tertarik dengan proyek milik Rangga, kita bisa mengembangkan sayap bisnis kita di daerah Yogyakarta Ndi," saran Pak Fero yang sepertinya tertarik dengan proyek Rangga saat ini."Daerah sana memang belum memiliki pu
"Bagimana?? Kamu mau menerima proyek ini kan??" tanya Pak Fero pada putranya."Tapi Pah...." Andi merasa ragu karena ia harus meninggalkan Jakarta dan sudah pasti akan meninggalkan Dinda."Apa lagi yang kamu pikirkan Andi, kamu sudah lihat ternyata Rangga memang benar-benar bisa bangkit dari keterpurukannya, ia bahkan menyesali perbuatanya selama ini yang sudah menuduh kamu dan Dinda berselingkuh, padahal pada kenyataanya Fasha lah yang memfitnah kalian dengan menyuruh orang untuk memotret kalian berdua," jelas Pak Fero."Bahakan kamu sendiri yang sengaja membeli rumah Rangga dengan harga tinggi karena kamu masih menganggapnya seorang sahabat," tambah Pak Fero."Ayolah Nak!!! Kamu dan Rangga punya potensi yang bagus dalam bidang ini, jika kalian bekerja sama Papah yakin perusahaan kita bisa semakin maju," bujuk Pak Fero karena beliau tau dalam hati Andi ia tidak benar-benar membenci Rangga."Andi pikirin dulu yah Pah!!" jawab Andi yang kemudian mem
"Gue bersyukur sih ada orang yang bisa gue andelin kaya lo," ucap Andi. "Hati-hati harus ada imbalannya," balas Rara sambil tersenyum jail pada Andi. "Lo mau apa sih, tinggal ngomong sama gue!! Pasti bakal gue penuhin!!" ujar Andi yang memberikan janjinya pada Rara. Rara pun tersenyum bahagia, ia lalu menyodorkan jari kelingkingnya. "Janji jari kelingking yahh!!" seru Rara yang terus menantap Andi dengan perasaan bahagia. "Kagak ahh... kek anak bocil," tolak Andi, namun Rara tetap memaksanya. "Ntar lo lupa malah ingkar sama gue," ucap Rara. "Yahh emangnya lo mau minta apa sih sama gue, tinggal ngomong aja!!" suruh Andi pada Rara."Entar deh gue pikirin dulu, minta sama lo tuh gak boleh tanggung-tanggung," balas Rara."Iyahh... iyah mau apa aja pokonya terserah kamu," ucap Andi."Kalau gitu gue pulang dulu yah!!" pamit Andi. Ia pun lekas pergi meninggalkan ruangan Rara."Mau gue antar ke depan." Rara menawarkan diri untuk mengantarkan Andi ke depan."Gak usah!! Kek pejabat aja,"
Rangga tidak pernah menyangka dia yang dulu selalu berada di atas Andi kini harus bisa menerima kenyataan jika dirinya hanyalah seorang bawahan.Saat kuliah dulu Andi memang terlihat kurang tertarik dengan dunia bisnis, meskipun ia tetap kuliah di jurusan bisnis karena paksaan dari keluarganya. Berbeda dengan Rangga yang sejak kuliah sudah aktif berkecimpung dalam dunia bisnis orang tuanya.Andi terlihat seperti orang biasa saja bahkan Rangga pun tidak mengetahui detail profil keluarga Andi yang ia tau Andi hanya berasal dari keluarga kaya raya, namun ia tidak menyangka jika ternyata keluarga angkat Andi adalah Pak Fero dan Ibu Sarah."Kalau begitu saya tunggu di ruangan saya untuk mendiskusikan lebih lanjut tentang proyek kita ini!!" ucap Andi. Ia pun pamit pada Papahnya."Andi keluar dulu Pah!!" pamit Andi. Pak Fero hanya mengaangguk saja."Pak Rangga untuk kedepanya Anda akan lebih banyak bekerja sama dengan putra saya Andi, saya tau kalian punya masa lalu yang cukup rumit dengan
Selesai dari kantor Andi langsung pulang menemui Dinda. "Assalamualaikum..." Andi mengetuk pintu rumah Dinda. "Waalaikumsalam..." jawab seseorang dari dalam. "Ehh Pak Andi," sapa Mba Marni. Dia sudah sejak lama tinggal bersama dengan keluarga Mala karena bisnis catring keluarga Mala cukup rame sehingga mereka membutuhkan seseorang untuk membantu pekerjaan mereka. "Ibu sama Bapak ada Mba?" tanya Andi. "Ada Pak, ayo masuk aja!!" Mba Marni yang mempersilahkan Rangga untuk masuk. Dinda lalu menyambut kedatangan Andi saat ia mendengar suara Andi dari dalam kamarnya. "Kamu udah dateng," ucap Dinda yang sepertinya menunggu kedatangan Andi. "Ayah sama Ibu mana??" tanya Andi pada Dinda. "Ada di belakang," jawab Dinda. Mereka pun pergi menemui Pak Danu dan Ibu Harti di belakang. Terlihat Ibu Harti da Pak Danu sedang sibuk memasak di dapur, sepertinya mereka sedang mendapat orderan yang cukup banyak hari ini. Andi pun menyingsingkan lengan bajunya. Ia malah ikut membantu pekerjaan dapu
Andi sudah di anggap seperti putra kadungnya Pak Danu dan Ibu Harti jadi mereka juga sudah tidak canggung lagi."Sudah-sudah kalian jangan malah berantem, sini pada makana!!!" ajak Ibu Harti. Mereka pun mencuci tangan dan pergi ke meja makan. "Numpang makan mulu lo...!!!" ledek Dinda karena setiap kali Andi ke sini pasti selalu saja makan. "Ya... biarin masakan Ibu enak semua," balas Rasya. "Iyahh gak papa ko... Ibu sama Ayah malah senang jika nak Andi terus makan di sini," jawah Ibiu Harti. "Uhh kesenengan kamu kalau gini mah," kesal Dinda namun tetap dalam candaannya. Mereka pun menikmati makan malam dengan penuh kebahagiaan. **** Selesai makan Andi lalu meminta Ibu Harti dan Pak Danu untuk berkumpul di ruang tengah. Mereka terlihat tegang dan agak khwatir karena takut ada berita tidak baik."Ada apa Nak???" tanya Pak Danu."Emhhh ini tentang Rasya dan Rangga Pak,Bu..." jawab Andi."Memangnya kalian kenapa??" tanya Bu Harti."Aku dapat proyek yan bareng Rangga Bu dan kita jug
"Kamu habis ketemu Dinda lagi??" tanya Ibu Sarah begitu putranya datang."Iyah Mah," jawab Andi. Ibu Sarah memalingkan mukanya seperti tidak suka. Andi lalu berjalan menghampiri Mamahnya dan memeluknya."Memangnya kenapa sih Mah??" tanya Andi sambil bermanja pada ibunya.Ibu Sarah lalu melepaskan pelukan Andi."Mamah tidak mau ada rumor tidak jelas antara kalian, nantinya," jawab Ibu Sarah yang kesal pada putranya."Rumor apa sih Mah, aku janji aku gak akan buat masalah aneh-aneh," balas Andi dengan memberi tanda dua jari."Memangnya kamu gak bisa cari wanita yang lebih baik dari Dinda??" tanya Ibu Tari karena ia begitu khawatir jika kelak Dinda akan memberi pengaruh buruk pada putranya."Cari yang kaya gimana lagi sih Mah?? Mamah belum kenal aja sama Dinda, dia itu orangnya super....." Belum juga Andi memulai ceitanya, Ibu Sarah pergi meninggalkan Andi."Mahh.... Mamah....." panggil Andi sambil mengikuti Ibu Sarah dari belakang."Ada apa sih ini?? Anaknya baru pulang ko Mamahnya mal
Andi benar-benar menyiapkan semuanya dengan teliti untuk Dinda."Ini adalah berkas pemeriksaan keseluruhan punya Dinda yang menyatakan bahwa dia sudah sehat seratus persen," ucap Dita yang menyerahkan berkas itu pada Andi."Thanks yah Dit lo udah bantuin gue dan Dinda selama ini." Andi mengucapkan rasa terima kasihnya karena Dita yang selama ini mengurusi Dinda dan mengobatinya hingga Dinda bisa hidup normal kembali."Iyah sama-sama lo gak usah sungkan sama gue Ndi," balas Dita yang merasa bahagia juga karena akhirnya Dinda melewati semua ini."Ya udah deh kalau gitu gue pulang dulu yah Dit," pamit Andi pada Dita."Salam buat Om sama Tante yah!!" pesan Dita sebelum Andi pulang."Oke," jawab Andi yang kemudian keluar dari ruangan Dita."Syukurlah akhirnya Dinda bisa keluar dari beban dia selama ini," tutur Andi yang berbicara sendiri.Ia lalu menemui Rara. Tujuanya untuk memberikan berkas kelengakapan Dinda agar ia bisa mengajar di sekolah tersebut."Ra ini semua berkas yang kamu minta