"Kalian habis dari mana??" tanya Ibu Sarah saat Andi dan Rara tiba di rumah."Dari cafe Mah, abis makan," jawab Andi.Namun Ibu Sarah terus memperhatikan Rara yang terlihat muram."Kamu kenapa sayang ko kaya yang bete??" tanya Ibu Sarah yang mendekat pada Rara."Ya itu gara-gara mamah ajak dia ke pertemuan komunitas ibu-ibu," serobot Andi yang terus saja menjawab pertanyaan."Emang benar??" tanya Ibu Sarah memastikam.Rara jelas menampiknya, "Enggak Mah, enggak ko!!""Yeee... malah bohong lagi," ucap Andi, ia lalu mendekat pada Ibu Sarah dan Rara yang sedang duduk di ruang keluarga."Mahh... kasian Rara, gak usah di ajak ke acara-acara kaya gitu deh!!" pinta Andi karena Rara yang terlihat tidak nyaman."Serius kamu gak nyaman ikut sama Mamah tadi??" tanya Ibu Sarah."Iyah sih Mah, apa lagi tadi ada Fasha dan Tante Tari, tapi untuk kedepannya Rara pasti udah terbiasa ko," jawab Rara dengan bijak."Tuhh kan, aku bilang apa?? Mamah tuh maksa sih," ucap Andi yang merasa menang."Lagian ki
"Rara..." panggil Andi heran saat melihat Rara masih ada di rumahnya."Mamah maksa aku buat nginep di sini," ucap Rara mencoba menjelaskan keberadaannya di rumah Andi."Mamah benar-benar keterlaluan deh dia sampai minta kamu buat nginap di sini!" kesal Andi dengan sikap Ibu Sarah yang terlalu memaksa kepada Rara."Maafin Mamah yah Ra dia terlalu maksa kamu," tutur Andi yang merasa tidak enak karena Rara harus terus mengikuti kemauan Mamahnya."Gak papa ko Ndi, lagian di rumah juga sepi gak ada siapa-siapa." Semenjak kepergian orang tuanya dunia Rara memang seolah hancur, ia bisa bangkit kembali karena Andi yang selalu menemaninya dan keluarga Andi yang selalu mensuportnya selama ini.Andi lalu memegang tangan Rara."Kita itu keluarga jadi kamu gak perlu merasa sendirian." Andi menguatkan Rara untuk tidak merasa kesepaian karena selama ini Andi akan selalu ada untuk Rara sebagai seorang Kakak."Mau coklat panas gak??" Andi menawarkan minuman hangat pada Rara."Boleh..." jawab Rara."T
Rara yang sama terkejutnya langsung berlari masuk menuju kamarnya. Ia malu sekali karena sudah menanyakan hal tersebut."Parah banget kamu Rara...!!" kesal Rara pada dirinya sendiri.Ia langsung mengunci diri di kamarnya, menyelimuti tubuhnya dengan selimut karena saking malunya. Rara berusaha memejamkan matanya untuk tidur berharap bisa melupakan kejadian barusan, namun usahanya sia-sia ia tak kunjung mengantuk.Rara lalu melihat jam tangannya."Pukul 11 malam," ucapnya.Ia ⁰membuka lemari baju yang sudah disediakan untuknya berharap ada sepotong baju renang yang disediakan oleh Ibu Sarah karena kamarnya menghadap langsung ke kolam renang."Kali aja ada baju renang, meskipun kayanya gak mungkin," ucapnya sambil terus mencari.Ternyata ada satu baju renang yang memang dipersiapkan oleh Ibu Sarah untuk Rara.Ia pun langsung mengganti bajunya dan membuka jendela kamarnya.Rara menarik nafasnya, ia menghirup udara malam di rumah Andi."Aku tidak akan melepaskannya!!" ucap Rara yang kemud
Pagi sekali Rara sudah bangun untuk mempersiapkan sarapan, ia di bantu oleh asisten rumah tangga Ibu Sarah. "Wahh anak gadis jam segini udah sibuk siapin sarapan," ucap Pak Fero yang baru saja selesai berolah raga.Rara tersenyum ia pun menawarkan kopi pada Pak Fero, "Om mau kopi??""Emhh boleh.." jawab Pak Fero.Rara pun membuatkan kopi untuk Pak Fero."Ini Om!!" Secangkir kopi disajikan untuk menemani Pak Fero yang sedang melihat berita di TV."Makasih yah!!" ucap Pak Fero yang terlihat senang melihat Rara."Waw, lengkap sekali menunya Ra??? Ini kamu yang masak??" tanya Ibu Sarah."Dibantu Bibi Mah," jawab Rara merendah."Non Rara semua yang siapkan Bu... saya aja kaget biasanya pagi-pagi gak serame ini di dapur, malah gak enak saya sama Non Rara!!" ucap Bibi menunduk."Gak papa Bi... Rara udah biasa ko," balas Rara sambil memegang pundak Bibi ART."Mamah gak salah kan Pah??" Ibu Sarah yang terlihat bangga karena sejak awal Rara adalah pilihan Ibu Sarah."Iyaahh," ucap Pak Fero."
"Kamu jemput Rara??" tanya Dinda saat melihat Andi yang datang bersamaan dengan Rara."Enggak, aku nginep di rumah Andi," jawab Rara dengan berani seolah sedang memperlihatkan statusnya saat ini."Biasa disuruh Mamah," sambung Andi yang merasa tidak enak pada Dinda.Dinda pun tak banyak komentar ia hanya tersenyum saja."Emhh aku mau ngobrol dulu sama Andi boleh gak Ra??" Dinda yang meminta izin pada Rara."Apaan sih kamu pake minta izin segela sama Rara, udah ayo!!" Andi pun menarik tangan Dinda.Rara yang kesal melihat Dinda dan Andi langsung masuk pergi ke ruangannya.****Saat di taman sekolah Dinda mengeluarkan sebuah berkas yang ia tunjukan pada Andi."Apa ini??" tanya Andi."Aku mau urus perceraianku dengan Rangga. Tolong carikan pengacara buat aku!!" pinta Dinda.Mendengar itu membuat Andi sangat bahagia, karena akhirnya Dinda benar-benar memutuskan hubungannya dengan Rangga."Okee, itu gampang," balas Andi dengan senyum bahagianya."Ya udah kalau gitu aku masuk dulu!!" Dinda
"Kamu putri Pak Evan??" tanya Dinda."Iyah Bu, apa Ibu kenal dengan Papah saya??" jawab Vazra yang kemudian balik bertanya."Tentu saja, keluargamu sudah membuat hidupku hancur," batin Dinda"Siapa yang tidak kenal sosok Pak Evan, beliau adalah seorang pengusaha sukses di Jakarta," jawab Dinda."Dia juga sukses membuat semua putrinya hancur,"ucap Vazra penuh kekesalan."Semua putrinya?? Maksud kamu, kamu punya saudara??" Dinda pura-pura tidak tau."Iyah... aku punya seorang Kakak, sekarang dia sedang hamil dan yahhh itu juga karena Papah aku yang maksa sekarang hidupnya sama lelaki yang gak pernah sedikit pun ada tanggung jawabnya," jawab Vazra dengan nada agak meledek."Lalu kenapa kamu menceritakan semua ini pada saya??" tanya Dinda bingung karena ia merasa hal itu terlalu privasi meskipun sebagai seorang guru BP Dinda harus bisa menerima apapun yang anak ceritakan padanya."Saya merasa Ibu adalah orang yang tepat, karena selama ini gak ada guru BP yang mau di ajak sharing kaya Ibu,
"Ra... kamu jadi kan buat geledah isi hp anak-anak??" tanya Dinda begitu masuk ke ruangan Rara."Buat apa??" jawab Rara dengan malas."Ko buat apa sih?? Biar kita bisa tau ada anak-anak yang terlibat gak sama kasus penyebaran video itu, karena ternyata pas tadi Vazra minta konsul sama aku dia sendiri bilang kalau dia tuh videoin aku sama Andi ngefoto juga tas pas aku cek sudut pandang foto dan video tersebut angelnya beda sama yang nyebar," tutur Dinda."Vazra??? Dia abis ngomong apa sama kamu??" tanya Rara curiga."Kamu pasti udah tau kan kalau dia putri dari Om Evan, adiknya Fasha??" tanya balik Dinda."Ya aku tau, tapi emangnya semua hal yang aku tau harus aku omongin sama kamu," jawab Rara yang terlihat risih bicara dengan Dinda."Kamu kenapa sih Ra?? ko nyolot banget ngomongnya??" Dinda bingung dengan sikap sahabatnya ini."Gak papa lah emang aku kenapa??" Rara yang terlihat kesal pada Dinda."Mending kamu ngobrol sama aku, kamu tuh kenapa??" tanya kembali Dinda memastikan."Kamu
Sepulang kerja Dinda pun menemui Andi dan pengacara yang sudah ia pilihkan untuknya."Din kenalkan ini Pak Riko, dia yang akan menangani kasus kamu dengan Rangga nanti." Andi memperkenalkan Dinda pada Riko.Mereka pun saling bersalamaan."Dinda Pak," ucap Dinda sambil menyambut jabat tangan Pak Riko."Mari duduk Pak!!" Andi pun mempersilahkan untuk duduk.Andi lalu menyerahkan berkas yang sebelumnya ia terima dari Dinda."Emhhh... perceraian..." ucap Pak Riko saat melihat berkas tersebut."Jadi kamu ingin berceria dengan suamimu?" tanya Pak Riko."Iyah Pak," jawab Dinda dengan mantap."Sebelum saya mempelajari berkas ini lebih detali, saya ingin tau terlebih dulu alasan Anda bercerai, karena sebuah perceraian berarti mengakhiri semuanya!!" jelas Pak Riko yang tidak begitu saja menerima kasus Dinda."Dia berselingkuh," singkat Dinda.Pak Riko pun menatap Dinda. Ia lalu melihat berkasnya."Sesuatu yang sulit untuk dimaafkan!!" ujar Pak Riko."Tapi... sebelumnya saya menyetuji sebuah pe