"Kamu putri Pak Evan??" tanya Dinda."Iyah Bu, apa Ibu kenal dengan Papah saya??" jawab Vazra yang kemudian balik bertanya."Tentu saja, keluargamu sudah membuat hidupku hancur," batin Dinda"Siapa yang tidak kenal sosok Pak Evan, beliau adalah seorang pengusaha sukses di Jakarta," jawab Dinda."Dia juga sukses membuat semua putrinya hancur,"ucap Vazra penuh kekesalan."Semua putrinya?? Maksud kamu, kamu punya saudara??" Dinda pura-pura tidak tau."Iyah... aku punya seorang Kakak, sekarang dia sedang hamil dan yahhh itu juga karena Papah aku yang maksa sekarang hidupnya sama lelaki yang gak pernah sedikit pun ada tanggung jawabnya," jawab Vazra dengan nada agak meledek."Lalu kenapa kamu menceritakan semua ini pada saya??" tanya Dinda bingung karena ia merasa hal itu terlalu privasi meskipun sebagai seorang guru BP Dinda harus bisa menerima apapun yang anak ceritakan padanya."Saya merasa Ibu adalah orang yang tepat, karena selama ini gak ada guru BP yang mau di ajak sharing kaya Ibu,
"Ra... kamu jadi kan buat geledah isi hp anak-anak??" tanya Dinda begitu masuk ke ruangan Rara."Buat apa??" jawab Rara dengan malas."Ko buat apa sih?? Biar kita bisa tau ada anak-anak yang terlibat gak sama kasus penyebaran video itu, karena ternyata pas tadi Vazra minta konsul sama aku dia sendiri bilang kalau dia tuh videoin aku sama Andi ngefoto juga tas pas aku cek sudut pandang foto dan video tersebut angelnya beda sama yang nyebar," tutur Dinda."Vazra??? Dia abis ngomong apa sama kamu??" tanya Rara curiga."Kamu pasti udah tau kan kalau dia putri dari Om Evan, adiknya Fasha??" tanya balik Dinda."Ya aku tau, tapi emangnya semua hal yang aku tau harus aku omongin sama kamu," jawab Rara yang terlihat risih bicara dengan Dinda."Kamu kenapa sih Ra?? ko nyolot banget ngomongnya??" Dinda bingung dengan sikap sahabatnya ini."Gak papa lah emang aku kenapa??" Rara yang terlihat kesal pada Dinda."Mending kamu ngobrol sama aku, kamu tuh kenapa??" tanya kembali Dinda memastikan."Kamu
Sepulang kerja Dinda pun menemui Andi dan pengacara yang sudah ia pilihkan untuknya."Din kenalkan ini Pak Riko, dia yang akan menangani kasus kamu dengan Rangga nanti." Andi memperkenalkan Dinda pada Riko.Mereka pun saling bersalamaan."Dinda Pak," ucap Dinda sambil menyambut jabat tangan Pak Riko."Mari duduk Pak!!" Andi pun mempersilahkan untuk duduk.Andi lalu menyerahkan berkas yang sebelumnya ia terima dari Dinda."Emhhh... perceraian..." ucap Pak Riko saat melihat berkas tersebut."Jadi kamu ingin berceria dengan suamimu?" tanya Pak Riko."Iyah Pak," jawab Dinda dengan mantap."Sebelum saya mempelajari berkas ini lebih detali, saya ingin tau terlebih dulu alasan Anda bercerai, karena sebuah perceraian berarti mengakhiri semuanya!!" jelas Pak Riko yang tidak begitu saja menerima kasus Dinda."Dia berselingkuh," singkat Dinda.Pak Riko pun menatap Dinda. Ia lalu melihat berkasnya."Sesuatu yang sulit untuk dimaafkan!!" ujar Pak Riko."Tapi... sebelumnya saya menyetuji sebuah pe
Sepulang dari pertemuannya bersama dengan pengacara dan juga Andi, Dinda pergi ke supermarket untuk memebeli beberpa pesanan orang tuanya untuk memasak catring para pelangganya. Saat memilih beberapa sayuran ada seorang wanita mendekati Dinda."Dinda..." sapa wanita tersebut.Dinda pun menoleh pada arah wanita itu."Mamah Tari," ucap Dinda agak kaget. Bukan karena ia bertemu dengan Mamah Tari, tapi karena melihat kondisinya Mamah Tari saat ini. Ia terlihat lusuh dan kurus."Bagaimana kabarmu Din??" tanya Mamah Tari."Dinda baik Mah," jawab Dinda sambil terus memperhatikan Mamah Tari yang ada di hadapannya."Mamah sendiri bagaimana kabarnya?? lalu Papah gimana sehat Mah??" tanya Dinda yang terlihat masih peduli.Bukannya menjawab Mamah Tari justru malah menangis. "Kamu lihat sendiri bagaimana keadaan Mamah saat ini semuanya benar-benar berubah. Papah Harto juga sering sakit-sakitan Din," jawab Mamah Tari. Ia mengusap air matanya karena merasa tidak enak.Dinda pun mengajak Mamah Tari
"Kenapa Din??" tanya Sang Ibu saat mereka sedang merapikan belanjaan Dinda tadi karena semenjak pulang Ibu Harti perhatikan Dinda terus saja melamun."Emhh.... enggak ko Bu, gak papa Dinda baik-baik aja," jawabnya yang tak ingin membuat Ibunya khawatir."Ada masalah di sekolah atau sama Andi??" tanya kembali Ibu Harti memastikan."Enggak Ibu... Dinda baik-baik aja ko. Beneran deh," jawab Dinda kembali. Ia sengaja tidak menceritakan pertemuannya dengan Mamah Tari karena sudah jelas itu akan membuat orang tuanya marah dan kepikiran.Namun Ibu Harti masih belum tenang karena melihat Dinda yang murung kembali."Ceritalah sama Ibu kalau ada apa-apa jangan selalu dipendam sendiri kaya tempo dulu!!" pinta Ibu Harti yang takut jika putrinya mengalami penderitaan seperti dulu lagi.Dinda pun langsung memeluk Ibu Harti."Ibu.... Dinda gak papa. Mungkin Dinda hanya cape aja dan agak kepikiran tentang perceraian Dinda dengan Rangga karena tadi Pak pengacara bilang kalau Dinda tidak akan mendapat
"Dinda...." panggil Andi saat melihat Dinda dan Vazra yang masih ngos-ngosan."Andi... ko kamu ada di sini???" tanya Dinda bingung saat Andi menghampirinya."Tadi Ibu telepon katanya kamu pergi buru-buru tapi gak bilang mau ke mana," jawab Andi."Lagian kamu tuh ngapain sih ada di hotel alimbis tengah malam kaya gini???" tanya Andi penasaran."Ini siapa??" tanyanya lagi sambil menujuk ke arah Vazra." Udah ayokk!!! Kita harus pergi dulu dari sini!!" Dinda menyeret tangan Andi. Vazra pun mengikutinya dari belakang.Andi menurut saja, Dinda dan Vazra langsung masuk ke mobil Andi dan mereka langsung pergi meninggalkan hotel alimbis."Ini mau kemana??" tanya Andi bingung."Ke rumah aku aja!!" suruh Dinda.Andi masih terlihat bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini."Sebenarnya ada apa sih??" Andi yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya."Kamu gak kenal sama dia??" Dinda malah balik bertanya.Andi pun mengamati wajah Vazra dari kaca spion depannya, namun tak sedikitpu Andi mem
Sesaampainya di rumah Andi langsung menghubungi seseorang dan menanyakan tentang kerja sama perusahaan Pak Evan."Hallo.... sekarang Pak Evan sedang menjalin kontrak kerja dengan siapa??" tanya langsung Andi pada intinya."Pak Evan??? Kalau gak salah dia sedang mendekati Pak Diki, salah satu investor terbesar di negara kita terutama untuk bidang properti," jawab seorang pria di ujung telepon sana."Pak Diki?? Bukankah dia lelaki tua bangka yang suka main perempuan," komentar Andi tentang Pak Diki."Dan kamu tau, Pak Evan itu sering menjanjikan seorang wanita pada para investror untuk memperlancar proses kesepakatan di antara kedua perusahaan," ucap lelaki tersebut.Andi pu terdiam. Ia kemudian langsung terpikir pada Vazra dan Fasha yang mungkin selama ini sengaja digunakan oleh Pak Evan untuk mendapatkan invenstor besar untuk perusahaannya."Emhhh ya udah deh Bro, thank you yah informasinya." Andi mengakhiri teleponnya.Ia lalu mencari profil Pak Diki, benar saja saat ini dirinya men
Pak Diki yang kesal dengan kaburnya Vazra langsung menghubungi Pak Evan."HEH.... EVAN APA-APAAN INI ANAKMU KABUR!!!" protes Pak Evan dengan nada marah."Kabur??? Mana mungkin Vazra berani kabur," balas Pak Evan yang seolah tak percaya putrinya kabur karena setau dia selama ini Vazra adalah anak yang penurut. "Ada seorang wanita yang datang ke hotel dan membawanya pergi," ujar Pak Diki memberitahu kedatangan Dinda."Siapa wanita itu Pak??" tanya Pak Evan bingung karena istrinya ada di rumah jadi tidak mungkin jika Ibu Maya. "Ya saya juga gak tau," bentak Pak Diki saking kesalnya."Pokonya saya gak mau tau Evan kontrak kerja kita batal, saya tidak akan menanam saham di perusahaan kamu, ini adalah sebuah penghinaan besar untuk saya!!!" Pak Diki lantas langsung menutup teleponnya."Kurang ajar Evan berani-beraninya dia main-main dengan saya!!" gerutu Pak Diki atas perbuatan Vazra padanya."MAYAAA.... MAYAAAA... MAYA!!!" teriak Pak Evan pada istrinya."Ada apa sih Pah teriak-teriak," uc