"Dinda...." panggil Andi saat melihat Dinda dan Vazra yang masih ngos-ngosan."Andi... ko kamu ada di sini???" tanya Dinda bingung saat Andi menghampirinya."Tadi Ibu telepon katanya kamu pergi buru-buru tapi gak bilang mau ke mana," jawab Andi."Lagian kamu tuh ngapain sih ada di hotel alimbis tengah malam kaya gini???" tanya Andi penasaran."Ini siapa??" tanyanya lagi sambil menujuk ke arah Vazra." Udah ayokk!!! Kita harus pergi dulu dari sini!!" Dinda menyeret tangan Andi. Vazra pun mengikutinya dari belakang.Andi menurut saja, Dinda dan Vazra langsung masuk ke mobil Andi dan mereka langsung pergi meninggalkan hotel alimbis."Ini mau kemana??" tanya Andi bingung."Ke rumah aku aja!!" suruh Dinda.Andi masih terlihat bingung dengan keadaan yang terjadi saat ini."Sebenarnya ada apa sih??" Andi yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya."Kamu gak kenal sama dia??" Dinda malah balik bertanya.Andi pun mengamati wajah Vazra dari kaca spion depannya, namun tak sedikitpu Andi mem
Sesaampainya di rumah Andi langsung menghubungi seseorang dan menanyakan tentang kerja sama perusahaan Pak Evan."Hallo.... sekarang Pak Evan sedang menjalin kontrak kerja dengan siapa??" tanya langsung Andi pada intinya."Pak Evan??? Kalau gak salah dia sedang mendekati Pak Diki, salah satu investor terbesar di negara kita terutama untuk bidang properti," jawab seorang pria di ujung telepon sana."Pak Diki?? Bukankah dia lelaki tua bangka yang suka main perempuan," komentar Andi tentang Pak Diki."Dan kamu tau, Pak Evan itu sering menjanjikan seorang wanita pada para investror untuk memperlancar proses kesepakatan di antara kedua perusahaan," ucap lelaki tersebut.Andi pu terdiam. Ia kemudian langsung terpikir pada Vazra dan Fasha yang mungkin selama ini sengaja digunakan oleh Pak Evan untuk mendapatkan invenstor besar untuk perusahaannya."Emhhh ya udah deh Bro, thank you yah informasinya." Andi mengakhiri teleponnya.Ia lalu mencari profil Pak Diki, benar saja saat ini dirinya men
Pak Diki yang kesal dengan kaburnya Vazra langsung menghubungi Pak Evan."HEH.... EVAN APA-APAAN INI ANAKMU KABUR!!!" protes Pak Evan dengan nada marah."Kabur??? Mana mungkin Vazra berani kabur," balas Pak Evan yang seolah tak percaya putrinya kabur karena setau dia selama ini Vazra adalah anak yang penurut. "Ada seorang wanita yang datang ke hotel dan membawanya pergi," ujar Pak Diki memberitahu kedatangan Dinda."Siapa wanita itu Pak??" tanya Pak Evan bingung karena istrinya ada di rumah jadi tidak mungkin jika Ibu Maya. "Ya saya juga gak tau," bentak Pak Diki saking kesalnya."Pokonya saya gak mau tau Evan kontrak kerja kita batal, saya tidak akan menanam saham di perusahaan kamu, ini adalah sebuah penghinaan besar untuk saya!!!" Pak Diki lantas langsung menutup teleponnya."Kurang ajar Evan berani-beraninya dia main-main dengan saya!!" gerutu Pak Diki atas perbuatan Vazra padanya."MAYAAA.... MAYAAAA... MAYA!!!" teriak Pak Evan pada istrinya."Ada apa sih Pah teriak-teriak," uc
Ibu Maya terus saja bolak balik di ruang tengah. Fasha yang terbangun karena kebetulan sedang menginap di sana terlihat bingung melihat Mamahnya."Mamah lagi ngapain sih??" tanya Fasha."Mamah lagi nunggu kabar dari adik kamu," jawab Ibu Maya yang terlihat begitu gelisah."Vazra??? Dia kan sama Pak Diki," jawab Fasha."Dia kabur, dia gak mau diperlakukan seperti itu terus oleh Papahmu," ucap Ibu Maya kesal karena Fasha seolah tidak peduli dengan keadaan adiknya."Kabur??? Berani banget tuh anak," komentar Fasha pada adiknya.Mata Ibu Maya menyipit melihat pada Fasha, ia sepertinya tidak suka mendengar ucapan Fasha yang demikian."Fasha dia juga adik kamu, harusnya kamu tuh peduli sama dia bukan malah seperti ini," ucap Ibu Maya."Mahh.... dia tuh bukan adik aku, dia anak Mamah tapi bukan adik aku!!!" balas Fasha yang lantas langsung pergi dari hadapan Ibu Maya.Fasha dan Vazra memang tidak memiliki hubungan biologis karena Pak Evan dan Ibu Maya menikah saat keduanya sudah memiliki seo
"Kalian benar-benar, aku kira pengorbananku selama ini begitu berarti ternyata kalian hanya memanfaatkan aku dan Vazra!!" batin Ibu Maya yang penuh dengan amarah.Ia lalu pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri dan beristirahat sejenak.Keesokan paginya Ibu Maya mendapati Pak Evan terkapar di kursi ruang tamu, tercium bau alkohol yang sangat menyengat. Ibu Maya pun membenarkan posisi tidurnya, melepaskan sepatu dan jaket yang masih ia kenakan dan ia pun memberinya selimut untuk tidur.Lantas setelah itu ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan."Rangga jemput kamu hari ini??" tanya Ibu Maya saat Fasha mengambil minum."Mungkin," jawabnya singkat."Gak dijemput juga gak papa," tambah Fasha yang langsung pergi dari hadapan Ibu Maya."Fasha!!!" panggil Ibu Maya.Fasha pun menoleh dan menghentikan langkahnya."Ada apa??" tanya Fasha malas."Lebih baik kamu melahirkan di rumah Rangga saja!!" suruh Ibu Maya.Fasha pun melirik tajam mendengar hal itu."Mahh, mamah tau sendiri kan
"Masuk kamu Vazra!!" perintah Pak Evan pada putrinya.Vazra menoleh pada Dinda dan memegang erat tangannya seolah tidak mau masuk lagi ke dalam rumah yang akan memaksanya untuk kembali mengulang penderitaannya."Masuk saja, kamu tenang saja Ibu jamin kamu akan baik-baik saja!!" ucap Dinda.Akhirnya Vazra pun menurut dan masuk ke dalam rumah."Ohh... jadi kamu orang yang sudah membawa kabur putri saya!!" ucap Pak Evan sambil berkacak pinggang."Apa kamu tidak tau kalau saya adalah orang tua dari Vazra??" tanya Pak Evan."Saya tau ko," jawab singkat Dinda dengan wajah menantang.Pak Evan menatap Dinda dalam hatinya ia berkata, "Berani sekali anak ini sekarang." "Kenapa menatap saya seperti itu??? Heran kenapa saya masih bisa hidup sampai sekarang???" ucap Dinda dnegan berani."Kurang ajar sekali kamu Dinda!! harusnya kalau kamu sudah tau saya adalah Papah dari Vazra gak usah kamu banyak ikut campur. Apa jangan-jangan kamu mau menderita lagi!!" balas Pak Evan yang tidak mau kalah."Haaah
Sepulang mengantar Vazra, Dinda pergi ke mengunjungi rumah Rangga untuk bertemu Mamah Tari dan Papah Harto.Butuh kekuatan besar dan kelapangan hati untuk menemui mantan keluarga atau mungkin masih keluarga, tapi definisi keluarga yang ada pada diri Dinda tidak apa di keluarga Rangga karena mereka sendiri yang mengahancurkan arti keluarga tersebut. Tapat di depan pintu rumah Rangga ia lalu memencet bel rumah tersebut. Rumah dengan ukuran enam kali sembilan yang cukup layak huni, namun mungkin bagi kelaurga mereka ini sangat jauh dengan gaya hidup mereka yang mewah dulu."Sebenatar!!!" ucap seseorang dari dalam rumah, sepertinya itu adalah Mamah Tari karena tidak mungkin mereka memiliki pembantu."Dinda...." Ternyata benar Mamah Tari yang membuka pintu. Ia terlihat begitu bahagia melihat kedatangan Dinda."Masuk sayang!!" suruh Mamah Tari dengan lembut.Dinda pun masuk ke dalam rumah tersebut, desain rumahnya sederhana, namun terlihat nyaman dan rapi. Ini adalah gaya Rangga sekali."Du
Saat Dinda akan pulang, Rangga datang, sepertinya ia baru saja pulang lembur dari kantor."Dinda...." panggil Rangga saat melihat Dinda yang sedang duduk bercengkrama bersama dengan mamahnya.Melihat Rangga pulang Dinda langsung buru-buru pamit, "Kalau gitu Dinda pulang dulu Mah!!"Namun Rangga mencegahnya."Tunggu." Ia memegang tangan Dinda."Lepas!!" pinta Dinda, namun Rangga tetap memegangnya dengan erat."Lepaskan aku Mas!!!" pinta Dinda kembali. Ia mulai berontak."Tunggu dulu!! Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan," ucap Rangga yang tidak melepaskan genggaman tangannya."Ada apa lagi Mas??" tanya Dinda yang sebenarnya sudah tidak nyaman berada di rumah tersebut."Ini tentang perceraian kita," jawab Rangga serius.Dinda yang tadinya menolak akhirnya mengiyakan permintaan Rangga."Kita bicara di sini aja atau mau di luar???" tanya Rangga."Terserah kamu saja!!!" jawab Dinda dengan sinis.Rangga pun mengajak Dinda ke halamana belakang, mereka menjauh dari Mamah Tari.Dinda pu