Sepulang mengantar Vazra, Dinda pergi ke mengunjungi rumah Rangga untuk bertemu Mamah Tari dan Papah Harto.Butuh kekuatan besar dan kelapangan hati untuk menemui mantan keluarga atau mungkin masih keluarga, tapi definisi keluarga yang ada pada diri Dinda tidak apa di keluarga Rangga karena mereka sendiri yang mengahancurkan arti keluarga tersebut. Tapat di depan pintu rumah Rangga ia lalu memencet bel rumah tersebut. Rumah dengan ukuran enam kali sembilan yang cukup layak huni, namun mungkin bagi kelaurga mereka ini sangat jauh dengan gaya hidup mereka yang mewah dulu."Sebenatar!!!" ucap seseorang dari dalam rumah, sepertinya itu adalah Mamah Tari karena tidak mungkin mereka memiliki pembantu."Dinda...." Ternyata benar Mamah Tari yang membuka pintu. Ia terlihat begitu bahagia melihat kedatangan Dinda."Masuk sayang!!" suruh Mamah Tari dengan lembut.Dinda pun masuk ke dalam rumah tersebut, desain rumahnya sederhana, namun terlihat nyaman dan rapi. Ini adalah gaya Rangga sekali."Du
Saat Dinda akan pulang, Rangga datang, sepertinya ia baru saja pulang lembur dari kantor."Dinda...." panggil Rangga saat melihat Dinda yang sedang duduk bercengkrama bersama dengan mamahnya.Melihat Rangga pulang Dinda langsung buru-buru pamit, "Kalau gitu Dinda pulang dulu Mah!!"Namun Rangga mencegahnya."Tunggu." Ia memegang tangan Dinda."Lepas!!" pinta Dinda, namun Rangga tetap memegangnya dengan erat."Lepaskan aku Mas!!!" pinta Dinda kembali. Ia mulai berontak."Tunggu dulu!! Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan," ucap Rangga yang tidak melepaskan genggaman tangannya."Ada apa lagi Mas??" tanya Dinda yang sebenarnya sudah tidak nyaman berada di rumah tersebut."Ini tentang perceraian kita," jawab Rangga serius.Dinda yang tadinya menolak akhirnya mengiyakan permintaan Rangga."Kita bicara di sini aja atau mau di luar???" tanya Rangga."Terserah kamu saja!!!" jawab Dinda dengan sinis.Rangga pun mengajak Dinda ke halamana belakang, mereka menjauh dari Mamah Tari.Dinda pu
Dinda memutuskan untuk pergi dari rumah Rangga."Din.. tunggu!!" Rangga menarik kembali tangan Dinda."Mas udahlah, aku gak mau bahas ini lagi dan keputusanku sudah bulat untuk mengakhiri pernikahan kita," ucap Dinda."Tapi Din..." Rangga yang masih berharap Dinda mau merubah keputusannya."Mas harusnya sekarang kamu tuh persiapkan diri kamu untuk meyambut kelahiran buat hati kamu dan Fasha, bukan malah sibuk ngejar aku lagi!!" Dinda yang buru-buru masuk ke dalam mobil."Din... Dinda... DINDAAAAA!!!" teriak Rangga memanggil Dinda yang sudah pergi dari hadapannya.Rasa menyesal Rangga kali ini sudah tidak ada artinya lagi, meskipun dalam lubuk hati Dinda ia masih menyimpan perasaannya pada Rangga, namun rasa sakit hatinya lebih dalam. Dinda yang bisa bangkit kembali dan sembuh dari rasa sakitnya terhadap Rangga dan keluarganya mana mungkin kembali lagi pada keluarga mereka.***"Habis dari mana kamu??" tanya Rara penasaran
Dinda hanya tersenyum mendengar pernyataan dari Rara, sekarang terlihat jelas jika Rara mulai menunjukan sikap tidak sukanya pada Dinda."Ternyata benar justru kita harus berhati-hati dengan orang terdekat kita," ucap Dinda pada dirinya sendiri.Ia lalu teringat jika Rara sempat menolak untuk memeriksa handphone para siswa, namun justru Vazra sendiri yang mengatakan jika banyak anak-anak yang justru memiliki foto dan video Dinda dan Andi saat itu."Sepertinya aku harus mulai wasapada pada Rara," batin Dinda.**** Setelah selesai jam terakhir Dinda langsung pergi dari sekolah. Di depan Andi sudah menunggunya.Andi melambaikan tangannya sambil menurunkan sedikit kacamatanya. Dinda menyunggingkan tawa di bibirnya melihat Andi yang berjalan menghampirinya."Ngapain?? Entar malah ada gosip lagi!!" sindir Dinda."Tenang aja!!! Kamu lihat aku gak sih," ucap Andi yang menghadapkan wajah Dinda ke hadapannya.Andi memakai kacamata hitam lengkap dengan maskernya."So artis banget sih," ledek D
Minggu ini adalah jadwal keberangkatan Andi dan Rangga ke Yogyakarta mereka akan mengurusi proyek yang sudah direncanakan sebelumnya.Rara pun berencana mengunjungi kediaman Andi untuk ikut melepas kepergiannya. Apa lagi Ibu Sarah terus menghubunginya untuk ikut bersama dengan mereka."Bu Vina saya mau ke rumah Pak Andi dulu, mamahnya terus menghubungi saya. Hari ini adalah keberangkatan Pak Andi ke Yogyakarta jadi saya mau ke sana dulu!!" izin Rara pada Bu Vina sebagai wakil kepala sekolah."Ohh... baik Bu, Ibu tenang saja silahkan menikmati waktu bersama keluarga Pak Andi," balas Bu Vina dengan ramah.Dinda yang mendengar hal itu bersikap acuh tak peduli meskipun sebenarnya ia kesal karena Rara selalu memamerkan dirinya yang dekat dengan keluarga Andi terutama Ibu Sarah."Kalau gitu saya pergi dulu yahh!!" pamit Rara.Ibu Vina pun mengangguk seraya memberi senyum. Rara pergi dan mengabaikan Dinda begitu saja. Beberapa hari ini mereka memang tidak bertegur sapa, ini karena masalah
Setibanya Rara di rumah Andi, mereka menyambutnya dengan baik."Hallo.... gimana kabar kamu sayang??" sambut Ibu Sarah saat melihat Rara tiba.'Baik Mah, mamah sendiri apa kabar?" tanya Rara."Mamah juga baik, sangat baik sekali," jawab Ibu Sarah.Rara pun menyalami Pak Fero. Semua terlihat senang melihat kedatangan Rara, namun Andi terlihat biasa saja dan malah membuang muka saat Rara menghampirinya. Sikap Andi membuat Rara merasa aneh, karena tidak biasanya ia seperti itu.Rara mencoba mendekatkan diri, membantu Andi mengemas barangnya."Gak usah!! Kamu temani Mamah saja sana!!' Andi mengambil barang yang dipegang oleh Rara."Aku bantu Ndi!" ucap Rara agak memaksa."Gak usah!!" larang Andi kembali, namun Rara tetap memaksa membantu Andi karena kesal melihat Rara yang keras kepala Andi pun merebut dengan paksa juga. Sikap Andi tersebut membuat Rara bingung."Kamu kenapa sih??" tanya Rara penasaran dengan perlakuan Andi padanya."Gak papa, biasa aja ko," jawab Andi singkat."Kamu
"ANDI!!" tegas Ibu Sarah memanggil putranya.Andi yang kaget langsung menoleh."Apa sih Mahh, manggilnya serem gitu," komentar Andi."Kamu apakan Rara sampai dia menangis barusan??" selidik Ibu Sarah pada Andi."Dia nangis?" Andi malah balik bertanya."Ko malah tanya Mamah sih, kamu apain dia??" tanya kembali Ibu Sarah."Gak di apa-apain Mah, kita habis ngobrol biasa," jawab Andi yang tidak merasa bersalah."Kalau gak di apa-apain mana mungkin nangis kaya tadi." Ibu Sarah yang tidak percaya pada Andi."Pokonya kamu harus kejar dia dan minta maaf!!" suruh Ibu Sarah.Andi pun tak bisa menolak, ia terpaksa keluar mencari Rara, namun sepertinya Rara sudah pergi."Raranya juga gak ada Mah, udah pulang kali dia," ucap Andi saat masuk kembali ke dalam rumah."Yahh kamu telepon dia dong!!!" paksa Ibu Sarah."Ya ampun mah, ini Andi udah mau berangkat masa masih harus ngurusin Rara sih," kesal Andi karena waktunya malah terbuang, apa lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dinda sebelum berang
Andi dan keluarga pun seger berangkat ke bandara, di sana sudah ada Rangga yang menunggu. Rangga pun menyalami Pak Fero dan Ibu Sarah saat mereka tiba di bandara. "Baik-baik kalian di sana!! Jangan berantem mulu!!!" pesan Pak Fero pada keduanya. "Iyahhh..." jawab Andi dengan malas. "Baik Pak!!" Rangga justru kebalikanya ia menjawabnya dengan mantap. Andi merasa aneh dengan sikap Rangga yang tiba-tiba menjadi kalem, karena biasanya tiap mereka bertemu pasti Rangga selalu mengajaknya adu statment. "Papah sudah urus semua keperluan kalian di sana, jadi kalian akan tinggal bersama di rumah perusahaan," ujar Pak Fero. "Apa?? aku sama dia tinggal bareng??" tanya Andi yang sepertinya menolak untuk tinggal bersama dengan Rangga. "Pahhh.... ayolahh masa aku sama dia," rengengek Andi pada Papahnya. "Kamu gak usah banyak merengek Andi, ini sudah jadi keputusan Papah, lagi pula ini tentang kerja sama tim, jadi Papah minta kamu abaikan dulu egomu itu!!" perintah Pak Fero pada Andi untuk bi