Beranda / Young Adult / KAPAN AYAH PULANG / ULTIMATUM MAS DARTO

Share

ULTIMATUM MAS DARTO

Penulis: SRP
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-28 18:27:38

KAPAN AYAH PULANG 

BAB KE :  4

ULTIMATUM MAS DARTO 

18+

POV :  TINA

"Tidak bisa lagi, Tina! Aku tidak bisa lagi bertahan di sini. Aku sudah tidak memiliki pekerjaan, aku tidak bisa hidup tanpa uang, sementara semua simpananmu telah habis. Mencari pekerjaan di sini, jelas aku tidak mampu ... mau cari kerja di mana? Apa lagi sikap masyarakat sini yang selalu sinis terhadap kita, membuat aku semakin tidak betah. Setelah kamu memukul Faiz sampai berdarah, pasti mereka semakin tidak senang terhadap kita. Lihatlah, betapa bencinya tatapan Mas Kemal waktu itu. Bisa saja orang tidak waras seperti dia menggor*k kita suatu saat. Kalau kamu masih kekeh tetap ingin tinggal di sini, terserah! Aku akan kembali ke kampungku sendiri. Itu artinya rumah tangga kita bubar!"

Ultimatum Mas Darto siang tadi membuat aku gelisah. Walau kantuk telah menyerang namun mata tidak mau terpejam. 

Mungkin hal itu yang membuat kepalaku selalu berdenyut, hingga mendatangkan rasa sakit dan pusing. 

Sementara di sampingku Mas Darto telah tidur dengan pulas. Dengkurnya yang keras membuat denyutan di kepala ini semakin menjadi. 

Ya, memang sudah berapa bulan ini Mas Darto jadi pengangguran. Proyek yang dia kerjakan telah selesai, sementara bosnya belum mendapatkan proyek baru.

Sudah berapa kali dia mengajakku pindah ke kampungnya. Tapi aku menolak. Bukannya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa membawa Faiz keluar dari kampung ini.

Dulu Ayah Faiz mau menulis surat talak untukku, dengan syarat Faiz dan aku tidak boleh meninggalkan kampung ini. 

Bahkan Ayah Faiz mengijinkan aku dan suamiku nanti, untuk tinggal di sini. Rumah warisan dari orang tua Ayah Faiz. 

Semua itu dia lakukan agar Faiz tidak kehilangan kasih sayang Ayah dan Ibunya. 

Dia rela pergi dan menyerahkan rumahnya untukku demi anaknya. Di rumah ini dia lahir dan dibesarkan dan dia ingin di rumah ini pula Faiz dibesarkan.

Menurutnya, Faiz telah cocok dengan lingkungan sini, maka Faiz harus dibesarkan di kampung ini. Dia juga tidak ingin Faiz kehilangan kasih sayang seorang ibu. 

Maka karena itulah aku harus tetap di rumah ini. Bahkan bila aku telah menikah, maka suamiku harus mau tinggal di sini.

Ayah Faiz memilih pergi merantau. Katanya dia akan menegok Faiz tiap bulan. Tapi, sudah lebih satu tahun. Jangankan pulang, berkabar pun tidak.

Kini Mas Darto meultimatum untuk pindah ke kampungnya. Tentu Faiz harus aku bawa. Lalu, bagaimana cara membawanya? 

Pasti aku akan berhadapan dengan Mas Kemal, yang menurutku, dia adalah manusia tidak waras. Berhadapan dengan manusia seperti itu bisa berujung petaka.

Aku dan Mas Darto bukanlah penduduk asli sini. Aku berasal dari desa Bukalele, sedangkan  Mas Darto berasal dari kampung Karang Cemara, dia datang ke sini sebagai pekerja.

Kebijakan wajib belajar yang dicanangkan pemerintah, direalisasikan dengan membangun sekolah di sejumlah daerah. 

Di daerah ini dibangun sebuah sekolah dasar. Posisinya di desa sebelah, dekat pasar. Namanya SD INPRES. Pekerjanya sebagian besar datang dari daerah lain. Salah satu dari mereka adalah Mas Darto.

Lewat Sartini aku berkenalan dengan Mas Darto. Sartini adalah temanku yang beralih profesi sebagai penjual kopi, dia memiliki warung dekat pasar yang tidak jauh dari proyek yang sedang dikerjakan Mas Darto. 

Di warung Sartini, Mas Darto suka nongkrong bersama teman-temannya.

Aku katakan Sartini beralih profesi, karena dulunya pekerjaan kami sama. Kami bekerja sebagai karyawan disebuah tempat yang kami sebut Cafe.

Cafe ala kampung!

Tugas kami menemani lelaki iseng yang menghabiskan uangnya dengan meneguk minuman beralkohol, tapi kami bukan penjaja cinta atau wanita tuna susila.

Kami hanya merayu laki-laki bodoh agar mengeluarkan uangnya untuk membeli minuman dan cemilan yang harganya selangit. 

Tentu pekerjaan seperti itu juga perlu keahlian. Keahlian dalam, bersolek, merayu dan bergenit ria. Kadang suara yang merdu juga dapat menambah cuan. 

Uang tip dari konsumen!

Aku memang suka bersolek, makanya penampilanku selalu kinclong. Bangun tidur, pertama yang aku lakukan adalah bersolek.

Jelas beda dengan mak-mak sekarang, yang kalau bangun tidur langsung memplototi layar gawai. Senyam senyum nggak jelas dengan masih memakai daster tadi malam. Saking asiknya main hape, sampai nggak sadar kalau di pipi masih ada bekas iler.

Hiiiiii....

Pekerjaan kami berakhir, ketika kami kena razia dalam sebuah operasi.  Operasi pengentasan penyakit masyarakat namanya, yang dilakukan oleh aparat terkait. Tentu saja police sebagai garda terdepannya.

Kami ditangkap dan dibina. Dibina agar bisa bekerja dan berkarya. 

Waktu itu pemerintah lagi getol-getolnya mencanangkan padat karya ... entah apa itu? Selentingan aku dengar, tujuan padat karya, adalah untuk mengkaryakan masyarakat, agar bisa bekerja dan mandiri dengan harapan dapat me‐entaskan kemiskinan.

Setelah diproses, aku dijatuhi hukuman untuk dibina. Aku dikirim ke sebuah kecamatan di Kota Kabupaten dan ditempatkan di sebuah home industri. Di sini aku dididik membuat kerajinan yang terbuat dari batok kelapa.

Mas Thoriq salah seorang yang mensuplai batok kelapa itu. Kami kenalan dan sering bertemu.

Mas Thoriq orang yang baik dan sedikit pendiam, tapi dia betah mendengar ceritaku. Mungkin karena itu aku senang sama dia. 

Banyak cerita yang aku sampaikan padanya. Bahkan segala keluh kesah aku tumpahkan pada Mas Thoriq. Termasuk ketidak betahanku bekerja di home industri ini.

Entah kenapa, Mas Thoriq tiba-tiba melamarku. Dari pada menua belajar bikin kerajinan dari batok kelapa dan aku tak bisa-bisa. Akhirnya, lamaran Mas Thoriq aku terima dan kamipun menikah. Hasilnya ... lahirlah Faiz.

Awalnya rumah tangga kami berjalan dengan baik. Tapi lama-lama aku merasa jenuh. Mungkin karena kampung ini terlalu sepi menurutku. Mayoritas warganya petani dan buruh di pabrik genteng.

Begitupun dengan Mas Thoriq, setelah berhenti mensuplai batok kelapa, dia memilih bekerja di pabrik genteng. Pergi pagi pulang menjelang magrib.

Hasilnya memang cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tapi aku tidak begitu senang Mas Thoriq kerja di pabrik genteng. Bukan apa-apa! Aku hanya merasa malu saja punya suami kuli dan tiap hari bergelut dengan tanah.

Gengsi dong!

Sebenarnya Mas Thoriq punya kebun peninggalan orang tuanya. Tapi Mas Thoriq tidak berminat menjadi petani. 

Kebun yang dulunya penuh pohon pepaya digantinya dengan tanaman tua seperti petai, jengkol dan duren. Alasannya biar gampang mengurusnya dan tidak perlu ke kebun tiap hari. 

Menurutnya, menanam pohon tua seperti itu ibarat punya tabungan yang suatu saat bila panen, hasilnya cukup banyak. 

Pohon-pohon itu baru satu kali berbuah, hasilnya belum memuaskan menurut Mas Thoriq. Karena itu baru buah pertama, jadi tidak terlalu banyak yang dapat dipanen. Mungkin pada musim berikut hasilnya akan lebih banyak.

Uang dari hasil panen itu, semuanya kami belikan emas. Itulah perhiasan yang selama ini aku pakai. Namun sayang, semua perhiasan itu sekarang telah habis. Terjual sejak Mas Darto tidak bekerja. 

Satu-satunya perhiasan yang aku miliki sekarang hanyalah seuntai kalung. Berapa kali Mas Darto memaksa untuk menjualnya, tapi aku selalu menolak. Karena kalung ini adalah mas kawin dari Ayahnya Faiz.

Kejenuhan itu semakin mendera sejak Faiz telah bisa main sendiri. Hampir seharian dia berada di rumah Dudun anaknya Mas Kemal. Kebetulan keluarga itu juga sayang sama Faiz.

Sepi sendiri di rumah, benar-benar membuat aku galau.

Tapi, bukan Tina namanya. Kalau tidak bisa mengambil kesempatan dalam kegalauan.

Keakraban Faiz dengan Dudun adalah celah bagiku untuk bisa ngerumpi dan ketawa-ketiwi sama sohibku. 

Sartini!

Setelah Mas Thoriq berangkat kerja, aku menitipkan Faiz ke Ibu Dudun. Setelah itu aku pergi ke warung Sartini. Tentu saja sebagai istri yang baik, aku tidak lupa minta ijin sama Mas Thoriq.

Mas Thoriq mengijinkan saja, karena dia memang tipe suami yang tidak suka bersu'uzon ria sama istri. Apa lagi dia punya prinsip, kebahagiaan anak istri adalah kebahagiaannya juga.

Nah, di warung Sartini inilah aku berkenalan dengan Mas Darto. Orangnya rapi, supel dan pintar bicara. Dia juga terkenal tegas terhadap anak buahnya. Maklumlah dia mandor yang membawahi berapa puluh pekerja.

Sejak kenal dengan Mas Darto, aku semakin sering bertandang ke warung Sartini. Dan, entah karena sering bertemu, aku merasa tenang dan damai bila ada di sampingnya. Hati ini rasanya selalu smiriwing alias adem-adem nyos bila berhadapan dengan Mas Darto.

Indah waktu itu.

Ketegasan Mas Darto sangat berbanding terbalik dengan suamiku yang suka mengalah dan anti ribut. Sungguh tidak jantan menurutku. Jadi tidak salah dong kalau akhirnya aku jatuh cinta sama Mas Darto.

Satu lagi yang membuat Mas Darto memiliki nilai lebih, yaitu tongkrongannya. Kemana-mana dia selalu pakai motor GL 100. Motor gede di kendarai orang gede.

Kereennn!

Beda jauh dengan ayah Faiz bahkan dengan warga kampung sini, yang rata-rata cuma punya sepeda ontel.

Kebahagiaan yang luar biasa aku rasakan, saat berboncengan dengan Mas Darto dengan motor itu. Sehingga membuat aku kecanduan.

Tak jarang aku merajuk mengajak Mas Darto untuk sekedar jalan-jalan. Tentu saja Mas Darto mengikuti kemauanku.

Karena rasa suka dengan Mas Darto, dan 'si yayang' itu mau menikahiku, akirnya aku ambil keputusan untuk berpisah dengan Ayah Faiz.

Habis masa Idah, aku menikah dengan Mas Darto. Kami dinikahkan oleh seorang penghulu secara sya'ri, tidak pakai pesta.

Masalah baru muncul setelah proyek Mas Darto selesai.  Motor yang aku banggakan itu ternyata milik perusahaan kontraktor tempat Mas Darto bekerja. Terpaksa harus dikembalikan.

Kepalaku mulai pusing setelah keuangan Mas Darto menipis dan habis sama sekali. Perhiasanku mulai terjual satu persatu. Aku mulai kesal, tapi tidak bisa melampiaskannya pada Mas Darto. 

Dia jadi pemarah dan tak segan main tangan. Walau begitu, aku tetap berusaha mempertahankan rumah tangga kami.

Cuma terkadang aku merasa sedih, sebab kekesalanku sering tertumpah pada Faiz.

Seperti peristiwa waktu itu. Seharian aku ribut dengan Mas Darto. Sorenya Faiz bikin kesal, jadilah gayung mendarat di kepalanya.

Bersambung.

Bab terkait

  • KAPAN AYAH PULANG    MENYESAL

    MENYESALBAB KE 5POV : TINA"Belum tidur?"Lamunanku dibuyarkan oleh suara Mas Darto. Aku menggeleng setelah menoleh ke arahnya."Kenapa?" tanyanya, lalu menggeliat. Terdengar suara gemeretuk dari tubuhnya, mungkin dari tulang persendian yang beradu.Dia bangun dan duduk bersandar di sisi ranjang. Akupun ikut bangun dan melakukan hal yang sama. Kini kami duduk sejajar sambil bersilonjor."Aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan," jawabku sambil merapikan rambut."Soal rencana mau pergi ke kampung aku itu?" tanyanya menebak."Iya, aku seperti menghadapi buah simalakama.""Kenapa harus begitu? Itu kan cuma pilihan! Kamu boleh memilih apa yang kamu inginkan. Kalau mau ikut bersamaku, ayo! Kalau tidak, aku tidak memaksa!"Aku me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    MENJEMPUT FAIZ

    BAB KE 6MENJEMPUT FAIZPOV : NITA"Faiz ... jangan menangis! Ibu mu kan telah datang!"Suara Dudun beriring isak membuat aku mengangkat wajah. Dari sela bahu dan leher Faiz aku mengarahkan pandangan pada bocah itu.Dudun perlahan menghampiri kami, terlihat dari matanya menggulir tetesan bening yang jatuh di pipi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    KEINDAHAN BERSAMA IBU

    BAB KE : 7KEINDAHAN BERSAMA IBUMalam itu Faiz di lepas dengan lambaian tangan oleh keluarga Mas Kemal."Hati-hati di sana ya, Faiz! Kalau Om Darto melotot, kabur aja ke sini!" teriak Dudun dalam isak, ketika Tina dan Faiz baru berjalan berapa langkah.Jelas teriakan Dudun itu membuat keki hati Tina. Bocah ini benar-benar tukang hasut kelas berat, batin Ibu Faiz tersebut."Iya, Dun!?" balas Faiz dengan teriakan juga.Dia menoleh ke belakang sambil melambaikan tangan.Dengan cepat Tina meraih tangan Faiz, meraih dengan lembut dan tak melepaskannya. Sehingga mereka berjalan sambil bergandeng tangan.Peringatan Dudun mungkin karena rasa persahabatan yang kental antara mereka. Rasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap Faiz.Apa lagi hati Dudun sedang dipenuhi oleh rasa khawatir. Khawatir tidak akan bertemu lagi dengan Faiz ... khawatir Faiz akan di pelototin Om Darto dan khawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    TIDUR BERSAMA IBU

    TIDUR BERSAMA IBUBAB KE : 8Di ambang pintu, Tina tidak mengetuk seperti perkiraan Faiz. Cukup sekali dorong, pintu itu telah terbuka. Mereka masuk tanpa salam.Faiz merapat mengikuti langkah Ibunya dari belakang, dengan kedua tangan berpegangan pada baju Tina. Sekali-kali mata Faiz mengintip lewat punggung Ibunya. Menyapu ruang depan mencari sosok Darto. Entah kenapa ada rasa malas di hati Faiz untuk bertemu dengan Darto. Untunglah di dekat meja ruang depan, sosok itu tak terlihat.Walau menurut Tina, Om Darto sudah jadi baik. Tapi Faiz tetap tidak berani bertemu dengannya. Faiz takut di pelototin.Tina terus melangkah menuju ruang tengah yang berbatas dengan dapur dan kamar mandi. Sebelum memasuki ruang tengah, Faiz menghentikan langkahnya. Sehingga bagian baju Tina yang dipegang Faiz seperti ditarik dari belakang.Tina pun menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang menatap Faiz."Aku tidak mau ke san

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-04
  • KAPAN AYAH PULANG    CELENGAN FAIZ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 9CELEENGAN FAIZSetelah Faiz tidur, perlahan Tina turun dari ranjang. Dia turun dengan hati-hati, memastikan tidak ada suara atau gerakkan yang bisa mengganggu kenyenyakkan Faiz.Bahkan ketika menuju pintu kamar, Tina berjalan dengan mengendap-endap. Menjaga langkahnya agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    KESEDIHAN THORIQ

    KESEDIHAN THORIQBAB KE : 10Bus berjalan pelan di sela perbukitan membelah jalan utama antar provinsi.Medan yang sulit, dengan belokan dan tanjakkan di sisi lereng membuat awak armada harus ekstra hati-hati.Berapa kali penumpang seperti di ayun saat bus merambah area yang tak rata dan menurun.Perjalanan ini sangat berat dan melelahkan bagi sebagian besar penumpang. Wajah mereka begitu kuyu dan terlihat letih.Wajah kuyu dan letih itu juga tersirat dari muka Thoriq. Lelaki yang hanya duduk diam dekat jendela.Bangku di sebelahnya kosong, sehingga sepanjang perjalanan tidak ada orang yang bisa diajak untuk mengobrol.Tapi, andaipun ada.Mungkin dia akan tetap memilih diam, karena Thoriq bukanlah tipe lelaki yang suka banyak bicara. Apa lagi seperti saat ini, dimana dia lebih sibuk dengan pikirannya sendiri.Pikiran yang berkecamuk dengan segala kesedihan. Kes

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    MIMPI THORIQ

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 11MIMPI THORIQ18+"Cibora habissss...!""Cibora habissss...!"Teriakan kondektur bus menyadarkan Thoriq dari lamunan. Ternyata mereka telah sampai di sebuah terminal di sebuah Kota Kabupaten.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-06
  • KAPAN AYAH PULANG    DERITA THORIQ DI PASAR INDUK

    KAPAN AYAH PULANGBAB KE : 12DERITA THORIQ DI PASAR INDUK18+Setelah melaksanakan shalat Subuh, Thoriq duduk di kaki mushala. Pandangannya menatap jauh dengan pikiran gundah.Jarak antara terminal dengan pasar induk sebenarnya terbilang dekat, namun cukup melelahkan bila ditempuh dengan berjalan kaki.Tapi Thoriq tak punya pilihan, karena tidak sepeserpun uang ada dalam kantongnya. Dia harus jalan kaki agar segera bertemu dengan Tamrin.Setelah menarik napas dalam dan ucapkan Bismillah, Thoriq bangkit dan mulai mengayunkan langkah meninggalkan mushala tempat dia bernaung semalam.Untunglah ada yang memberi tau jalan pintas, hingga Thoriq tidak perlu lagi melangkah di sepanjang trotoar jalan raya yang berdebu. Dan tentu jarak tempuh jadi lebih dekat.Keringat bercucuran dan perut terasa melilit disaat Thoriq memasuki pintu gerbang pasar induk. Haus dan lapar menyatu membuat tubuhnya sedikit lemah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-07

Bab terbaru

  • KAPAN AYAH PULANG    BIARLAH YANG LALU BERLALU JIKA MASIH ADA CINTA DI HATIMU

    BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S

  • KAPAN AYAH PULANG    UNTUK APA DENDAM BERKARAT PADA ORANG YANG TELAH BERTOBAT

    BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per

  • KAPAN AYAH PULANG    KALIMAT NAUFAL YANG MENGEJUTKAN

    BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja

  • KAPAN AYAH PULANG    KECEMASAN BELUM BERAKHIR

    BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,

  • KAPAN AYAH PULANG    SUASANA YANG BERUBAH ARAH

    BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s

  • KAPAN AYAH PULANG    KEKAKUAN FAIZ DAN SISILIA

    BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin

  • KAPAN AYAH PULANG    PERANAN VIRA YANG CERDAS

    BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya

  • KAPAN AYAH PULANG    PERTEMUAN SI PEMBUNUH DENGAN ANAK-ANAK KORBAN PEMBUNUHANNYA

    BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b

  • KAPAN AYAH PULANG    KUNJUNGAN FAIZ, DUDUN DAN NAUFAL KE RUMAH SISILIA CARLINA

    BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny

DMCA.com Protection Status