BAB KE : 76LENGKINGAN SUARA DUDUN MEMBANGUNKAN WARGA 16+Ketika Faiz mendekat, Tina pun merangkul Faiz dan membawa ke dalam pelukannya. Ketiga orang itu berpelukan dengan suara isak dan tangis tak henti dari mulut mereka."Tanteeee!""Ibuuuuuu!"Mendengar rintihan kedua anak itu, Tina semakin mempererat pelukannya. Tangis Tina semakin pilu, bagian mata Tina terlihat membengkak, mungkin karena terlalu lama menangis. Namun, air masih mengalir deras dari pelupuk matanya."Ayo, kita satukan orang tuamu!" bisik Tina pada kedua anak yang ada dalam pelukannya."Ayah-ibuku kenapa, Tante?" tanya Dudun parau setelah pelukan mereka merenggang. Tangis dan isak Dudun belum mereda."Ayah kenapa, Ibu? Kenapa ayah berdarah dan tak bangun-bangun?" Faiz pun ikut bertanya di sela tangisnya.Tak satupun pertanyaan itu yang sanggup dijawab oleh Tina. Mulutnya terasa kelu dan tenggorokan seperti kering."Ayo, kita geser ayah Faiz ke dekat ayah Dudun!" ajak Tina.Dengan berurai air mata, Tina bergerak k
BAB KE : 77MALAM BERDARAH 16+Mereka melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Tiga sosok terbujur kaku dengan darah berceceran di mana-mana. Di tambah dengan suara ratapan memilukan dari tiga orang yang berada dekat jasad itu. Wajar kalau sebagian dari mereka ada yang merinding."Ada apa?!""Apa yang terjadi?!"Pertanyaan itu hampir bersamaan dan silih berganti lepas dari mulut warga yang datang. Mereka berhamburan masuk untuk menolong. Mengetahui warga berdatangan, suara tangis Tina, Faiz dan Dudun semakin menjadi. Pertanyaan dari berapa penduduk tak mampu di jawab Tina. Malah tubuhnya terasa semakin lemas dengan pandangan berkunang-kunang. Sesaat kemudian Tina ambruk. Melihat ibunya jatuh, Faiz kembali menjerit, dengan rasa cemas dan takut, Faiz menubruk tubuh ibunya yang tergeletak di lantai."Ibuuu ... Ibu kenapa?!" teriak Faiz dengan lengkingan tangis. Kejadian itu membuat warga semakin panik. Sebagian dari mereka bergegas memeriksa keadaan Tina, sebagian lagi sibuk mem
BAB : 78AWAL PERPISAHAN DUA ORANG SAHABAT 16+Setelah dapat wejangan dari Buya Heru, barulah Naufal berhenti meratap. Namun, pipinya selalu basah dilinangi air mata. Sampai ketiga jasad tersebut dimakamkan.Meskipun jasad telah di kebumikan, tapi rumah Kemal masih saja ramai oleh kerumunan warga. Tak ada di antara mereka yang mau pergi dari sana. Walau ada yang meninggalkan area tersebut, tapi sejenak saja, berapa saat kemudian mereka kembali berbaur dengan warga lain yang masih memadati pekarangan rumah Kemal.Mereka terus menasehati keluarga yang ditinggalkan almarhum dan almarhumah. Walau hati mereka juga sedih, tapi mereka berusaha terus menghibur Tina, Faiz, Dudun dan Naufal sebagai pihak keluarga yang sedang berduka.Guncangan yang teramat sangat menerpa hati Naufal dalam menghadapi kenyataan seperti ini. Kenyataan di tinggal oleh kedua orang tua yang tewas dengan mengenaskan. Tak ayal membuat anak itu lebih banyak bengong dengan air mata berurai.Tidak hanya sehari, bahk
BAB KE : 79 PERPISAHAN YANG MENYEDIHKAN 16+Ketika pagi menyingsing. Mata hari dengan malu-malu siap mengintai untuk menyinari bumi. Suhu masih terbilang dingin, ditandai dengan sekumpulan kabut yang enggan untuk meninggalkan langit Kampung Galuh. Cuaca seperti ini membuat embun-embun bergembira. Mereka begitu betah dan asik bergelantungan di ujung daun dengan memancarkan cahaya yang berkilau. Sungguh indah dipandang mata.Namun, masyarakat Kampung Galuh telah terbiasa dengan panorama seperti itu, sehingga perhatian mereka tidak akan tercurah ke sana. Apa lagi saat ini, warga Kampung Galuh sedang menghadapi kabut baru yang menyelimuti hati mereka, yang membuat resah, gundah, cemas dan sedihBahkan kesedihan itu benar-benar menguras air mata, dengan terjadinya peristiwa beberapa minggu yang lalu. Peristiwa pertama yang sekaligus menggegerkan Kampung Galuh dan wilayah sekitarnya.Peristiwa yang merenggut tiga nyawa warga mereka, yang selama ini terkenal dengan kebaikanya. Peristiwa
BAB KE : 80FAIZ BERGURU PADA BUYA HERU 16+"Sesuai amanat almarhum Thoriq ... saya diminta untuk mendidik Faiz! Maka amanahnya itu harus saya tunaikan, karena itu adalah utang janji saya pada almarhum Thoriq." Seperti itu kata-kata Buya Heru ketika menyampaikan maksud dan tujuannya, setelah beberapa saat mereka berbincang dan saling bertanya tentang kabar masing-masing.Tina terdiam mendengar apa yang disampaikan Buya Heru. Ada keraguan di hatinya melepas Faiz. Bila Faiz pergi, tentu dia akan dirundung sepi. Di samping itu, belum tentu juga Faiz mau berpisah dengannya. "Rasanya tidak mungkin saya hidup di sini sendirian. Saya tidak mau berpisah dengan Faiz, Buya," tolak Tina lembut. Tina mengira Faiz akan di bawa Buya Heru ke suraunya (pesantren atau padepokkan). Apa lagi sekarang, surau Buya Heru tidak lagi berada di wilayah Kampung Galuh. Tapi telah pindah ke wilayah kecamatan lain."Tidak harus berpisah. Faiz bisa datang setiap hari ke surau saya," jawab Buya Heru menerangka
BAB KE : 81SETELAH LIMA TAHUN 16+POV : SISILIA"Yaaaahhh, hujan!" Aku berseru ketika beberapa tetes air jatuh dengan telak di wajahku. Azral menghentikan motornya. Dengan cepat aku melompat dari jok belakang dengan telapak tangan berusaha melindungi muka dari tetesan gerimis."Buka joknya?" titahku pada Azral, setelah mesin motornya mati.Hatiku yang lagi kesal bertambah kesal, ingin rasanya memaki makhluk yang satu ini. Benar-benar manusia pembawa sial! Manusia penjilat!Kalau dia tidak pintar merayu dan menjilat pada papaku, tentu aku tidak berada dalam situasi seperti ini sekarang. "Untuk apa?" tanyanya dengan raut bingung.Ya, salam ... nih, makhluk! Untuk apa buka jok di tengah gerimis seperti ini? Sudah pasti buat ngambil jas hujan, dodol!Makian itu hanya terucap dalam hatiku, yang membuat rasa kesal ini semakin membuncah.Yah, sejak berangkat dari rumah tadi, sebenarnya hatiku telah gondok. Papa memaksaku dengan beribu rayuan untuk menemani makhluk 'Astral,' yang satu i
BAB KE : 82POV : SISILIA CARLINA KELAKUAN SI AZRAL 16+"Jangan kurang ajar!" bentakku."Apa salahnya aku melakukan itu? Toh, akhirnya kita juga akan nikah," katanya dengan senyum tersungging.Aku hanya diam sambil berusaha merapatkan tubuh ke dinding. Kini ada rasa ngeri di hatiku berada berduaan dengan Azral. Lelaki ini tidak beres rupanya!Atau mungkin juga ketidak beresan ini terjadi karena sikapku yang tak tegas. Seharusnya aku berani menolak keinginan orang tua untuk menjodohkan kami. Aku berpikir akan membicarakannya dengan kedua orang tuaku secepat mungkin. Agar aku bebas dari lelaki yang satu ini."Geser ke sana!?" bentakku, sambil menoleh ke arah Azral, ketika merasakan tubuhnya kembali bergeser dan menempel ke badanku.Wajah kami saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan aku merasakan hangatnya napas Azral di wajahku."Cuppp!"Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipiku saat aku hendak memalingkan wajah."Azral! Jangan kurang ajar!?" bentakku semakin m
BAB KE : 83SISILIA CARLINA16+Gerimis mulai menyirami bumi ketika Faiz baru saja mengendarai motornya. Hari ini dia pulang agak cepat, karena sejak habis subuh tadi, dia telah berada di surau Buya Heru.Memang setiap hari libur, sehabis subuh, Faiz telah berangkat ke surau untuk menimba ilmu. Selepas Asyar baru dia kembali ke rumahnya. Di hari lain, bila jam sekolah telah usai, baru Faiz bisa pergi ke surau dan kembali ke rumahnya selepas Maghrib.Itulah rutinitas Faiz sejak lima tahun belakangan ini. Belajar, belajar, dan belajar. Dari pagi sampai siang belajar di sekolah, setelah itu dia datang ke surau atau padepokkan untuk menimba ilmu agama di sana.Faiz memacu motor dibawah rintik hujan dengan kecepatan sedang. Jas hujan dan helm cukup untuk melindungi tubuhnya dari titik air yang jatuh ke bumi.Sudah biasa, jika pulang agak sore, Faiz akan menempuh jalur perkebunan singkong, karena dengan melewati jalur tersebut bisa memangkas jarak sekitar empat kilo meter.Berbeda kalau di