BAB KE : 79 PERPISAHAN YANG MENYEDIHKAN 16+Ketika pagi menyingsing. Mata hari dengan malu-malu siap mengintai untuk menyinari bumi. Suhu masih terbilang dingin, ditandai dengan sekumpulan kabut yang enggan untuk meninggalkan langit Kampung Galuh. Cuaca seperti ini membuat embun-embun bergembira. Mereka begitu betah dan asik bergelantungan di ujung daun dengan memancarkan cahaya yang berkilau. Sungguh indah dipandang mata.Namun, masyarakat Kampung Galuh telah terbiasa dengan panorama seperti itu, sehingga perhatian mereka tidak akan tercurah ke sana. Apa lagi saat ini, warga Kampung Galuh sedang menghadapi kabut baru yang menyelimuti hati mereka, yang membuat resah, gundah, cemas dan sedihBahkan kesedihan itu benar-benar menguras air mata, dengan terjadinya peristiwa beberapa minggu yang lalu. Peristiwa pertama yang sekaligus menggegerkan Kampung Galuh dan wilayah sekitarnya.Peristiwa yang merenggut tiga nyawa warga mereka, yang selama ini terkenal dengan kebaikanya. Peristiwa
BAB KE : 80FAIZ BERGURU PADA BUYA HERU 16+"Sesuai amanat almarhum Thoriq ... saya diminta untuk mendidik Faiz! Maka amanahnya itu harus saya tunaikan, karena itu adalah utang janji saya pada almarhum Thoriq." Seperti itu kata-kata Buya Heru ketika menyampaikan maksud dan tujuannya, setelah beberapa saat mereka berbincang dan saling bertanya tentang kabar masing-masing.Tina terdiam mendengar apa yang disampaikan Buya Heru. Ada keraguan di hatinya melepas Faiz. Bila Faiz pergi, tentu dia akan dirundung sepi. Di samping itu, belum tentu juga Faiz mau berpisah dengannya. "Rasanya tidak mungkin saya hidup di sini sendirian. Saya tidak mau berpisah dengan Faiz, Buya," tolak Tina lembut. Tina mengira Faiz akan di bawa Buya Heru ke suraunya (pesantren atau padepokkan). Apa lagi sekarang, surau Buya Heru tidak lagi berada di wilayah Kampung Galuh. Tapi telah pindah ke wilayah kecamatan lain."Tidak harus berpisah. Faiz bisa datang setiap hari ke surau saya," jawab Buya Heru menerangka
BAB KE : 81SETELAH LIMA TAHUN 16+POV : SISILIA"Yaaaahhh, hujan!" Aku berseru ketika beberapa tetes air jatuh dengan telak di wajahku. Azral menghentikan motornya. Dengan cepat aku melompat dari jok belakang dengan telapak tangan berusaha melindungi muka dari tetesan gerimis."Buka joknya?" titahku pada Azral, setelah mesin motornya mati.Hatiku yang lagi kesal bertambah kesal, ingin rasanya memaki makhluk yang satu ini. Benar-benar manusia pembawa sial! Manusia penjilat!Kalau dia tidak pintar merayu dan menjilat pada papaku, tentu aku tidak berada dalam situasi seperti ini sekarang. "Untuk apa?" tanyanya dengan raut bingung.Ya, salam ... nih, makhluk! Untuk apa buka jok di tengah gerimis seperti ini? Sudah pasti buat ngambil jas hujan, dodol!Makian itu hanya terucap dalam hatiku, yang membuat rasa kesal ini semakin membuncah.Yah, sejak berangkat dari rumah tadi, sebenarnya hatiku telah gondok. Papa memaksaku dengan beribu rayuan untuk menemani makhluk 'Astral,' yang satu i
BAB KE : 82POV : SISILIA CARLINA KELAKUAN SI AZRAL 16+"Jangan kurang ajar!" bentakku."Apa salahnya aku melakukan itu? Toh, akhirnya kita juga akan nikah," katanya dengan senyum tersungging.Aku hanya diam sambil berusaha merapatkan tubuh ke dinding. Kini ada rasa ngeri di hatiku berada berduaan dengan Azral. Lelaki ini tidak beres rupanya!Atau mungkin juga ketidak beresan ini terjadi karena sikapku yang tak tegas. Seharusnya aku berani menolak keinginan orang tua untuk menjodohkan kami. Aku berpikir akan membicarakannya dengan kedua orang tuaku secepat mungkin. Agar aku bebas dari lelaki yang satu ini."Geser ke sana!?" bentakku, sambil menoleh ke arah Azral, ketika merasakan tubuhnya kembali bergeser dan menempel ke badanku.Wajah kami saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan aku merasakan hangatnya napas Azral di wajahku."Cuppp!"Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipiku saat aku hendak memalingkan wajah."Azral! Jangan kurang ajar!?" bentakku semakin m
BAB KE : 83SISILIA CARLINA16+Gerimis mulai menyirami bumi ketika Faiz baru saja mengendarai motornya. Hari ini dia pulang agak cepat, karena sejak habis subuh tadi, dia telah berada di surau Buya Heru.Memang setiap hari libur, sehabis subuh, Faiz telah berangkat ke surau untuk menimba ilmu. Selepas Asyar baru dia kembali ke rumahnya. Di hari lain, bila jam sekolah telah usai, baru Faiz bisa pergi ke surau dan kembali ke rumahnya selepas Maghrib.Itulah rutinitas Faiz sejak lima tahun belakangan ini. Belajar, belajar, dan belajar. Dari pagi sampai siang belajar di sekolah, setelah itu dia datang ke surau atau padepokkan untuk menimba ilmu agama di sana.Faiz memacu motor dibawah rintik hujan dengan kecepatan sedang. Jas hujan dan helm cukup untuk melindungi tubuhnya dari titik air yang jatuh ke bumi.Sudah biasa, jika pulang agak sore, Faiz akan menempuh jalur perkebunan singkong, karena dengan melewati jalur tersebut bisa memangkas jarak sekitar empat kilo meter.Berbeda kalau di
BAB KE : 84ANAK SULTAN 16+Rumah mewah itu terpancak dengan angkuh di sebidang tanah yang sangat luas. Walau berpagar besi, tapi ada celah-celah yang membuat mata dapat melihat dengan jelas ke dalam pekarangan.Halaman di dalam pekarangan itu persis seperti taman yang tertata dengan rapi. Sangat indah, memanjakan setiap mata yang memandangnya.Di depan pintu gerbang berwarna biru, yang terbuat dari besi dengan ornamen dan ukiran menarik, di sanalah motor Faiz berhenti. Sisilia segera melompat dari jok belakang."Terima kasih!" katanya datar, tanpa menoleh pada Faiz dan bergegas menuju tombol bel yang ada di pintu gerbang rumah tersebut. Walau bergegas, tapi Sisilia sengaja mempertajam indra pendengaran untuk mendengar jawaban Faiz. Namun, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut lelaki itu.Benar-benar manusia pelit, bahkan untuk menjawab ucapan terima kasih pun orang itu tidak mau. Padahal apa salahnya cuma menjawab dengan 'ya ... terima kasih kembali' atau cukup 'ya' saj
BAB KE : 85DIGANGGU BAYANGAN 16+Sejak kejadian di gubuk, Sisilia lebih suka mengurung diri di dalam kamar. Kehadiran Azral pun tidak digubrisnya lagi. Beberapa kali lelaki itu datang berkunjung, tapi tak pernah ditemui oleh Sisilia.Bila kedua orang tuanya bertanya tentang perubahan sikapnya. Sisilia beralasan, lagi fokus belajar. Memang sampai sejauh ini Sisilia belum pernah menceritakan perlakuan Azral kepada papa dan mamanya. Biarlah hal itu hanya dia berdua yang mengetahuinya dan bertiga dengan si mata elang. Sisilia bukan tipe anak pengadu. Walau anak semata wayang, tapi gadis itu tidaklah manja, apa lagi kolokan. Orang tuanya mempercayai saja alasan yang dikemukakan Sisilia tersebut, karena tidak sampai dua bulan lagi Sisilia memang akan menghadapi ujian kenaikan kelas.Tapi, di dalam kamar sebenarnya Sisilia tidak belajar. Dia malah asik melamun dengan pikiran berkelana entah ke mana. Pernah sih, dia memaksakan diri untuk belajar. Namun, pikirannya tak pernah bisa fokus
BAB KE : 86TEMAN SATU SEKOLAH 16+Ternyata Vira mengenal salah satu dari mereka, yaitu yang lebih tinggi. Vira dulu pernah satu kelas dengan dia. Memang tinggi anak itu lebih dari rata-rata. Jangkung!Tubuhnya yang atletis membuat dia semakin menarik. Apa lagi wajah cowok itu memang tampan. Ditambah dengan helaian-helaian rambut yang mulai tumbuh di atas bibirnya. Mungkin itu cikal bikal kumis bagi kaum Adam. Hal ini membuat lelaki itu semakin menawan."Hai...." sapa Sisilia sambil melambaikan tangan kanannya pada lelaki tinggi, ketika mereka berpapasan. Lelaki itu hanya menjawab dengan anggukkan tanpa senyum.Sikap Sisilia ini membuat Vira melongo. Kenapa tidak? Sebab, selama ini dia belum pernah melihat Sisilia menyapa cowok. Temannya yang memang populer dengan kecantikannya itu, biasanya selalu di sapa cowok terlebih dulu. Bukan sebaliknya!"Hoi ... kamu naksir dia?" tanya Vira sambil menyentak lengan Sisilia. Volume suara Vira sengaja direndahkan, takut kedengaran oleh kedua