BAB KE : 148DUDUN SUPARMAN POLICE YANG BERPRESTASI 16+Lebih sepuluh tahun hal ini terjadi tanpa ada solusi. Sang Presiden pun mulai tak peduli. Hanya dia meminta pada jajaran dan pengusaha untuk lebih hati-hati dalam membagi upeti. Pada suatu ketika media masa heboh. Salah satu wartawan mengungkap tindak korupsi dan pencucian uang yang dilakukan oleh salah seorang anak presiden. Anak presiden yang bungsu memiliki harta yang tak bisa diterima logika. Baru saja tamat SMA. Tapi kekayaannya melebihi seorang pengusaha yang ternama. Dari mana sumbernya?!Berita tersebut sangat menghebohkan. Pihak istana cepat mengantisipasi dengan menangkap orang yang membuat dan menyebarkan berita tersebut. Berapa media masa terpaksa dicabut ijin usahanya, demi menutup kebenaran sebuah berita. Apa yang diinginkan presiden terpenuhi, tapi dia tidak mampu membendung berita tersebut yang telah menyebar di masyarakat. Masyarakat pun melakukan perlawanan dengan bergerilya. Berbagai baliho mulai terpa
BAB KE : 149DUDUN DAN NAUFAL 16+Belum lagi pukul sebelas malam, Dudun telah mematikan layar komputer. Pekerjaannya telah dianggap selesai. Ini adalah malam ketiga, Dudun berkutat di depan komputer. Tiga malam berturut-turut dia memeloti layar sampai menjelang pagi.Memainkan jari di atas tust untuk mencari dan mengumpulkan informasi, menganalisa, dan menyimpulkan. Sekarang semua telah rampung, walau malam belum begitu larut. Ada senyum kepuasan terukir di bibirnya, atas hasil dari yang dia kerjakan beberapa hari ini. Semua informasi yang diperlukan telah dimiliki Dudun, bahkan dia telah membuat konsep dan langkah-langkah untuk menyelidiki kasus yang kini menjadi tanggung jawabnya. Kasus yang cukup lama dan terus berulang, lebih sepuluh tahun, tapi kejahatan Kelompok Sang Pengadil tidak ada yang mampu mengatasi. Dudun sempat geleng-geleng kepala ketika mempelajari kasus tersebut.Kasus besar, yang terus berulang menyerang pejabat negara dan beberapa pengusaha kaya. Namun, lebi
BAB KE : 150LUKA MASA LALU MASIH TERSISA 16+Senyum merekah di bibir Dudun menyambut kehadiran Naufal, dia langsung menghampiri Naufal, kemudian ikut duduk di sana. "Sudah selesai, Mas. Semua data yang dibutuhkan sudah saya dapatkan." Dudun menjawab teguran Naufal sambil membenarkan posisi duduk.Naufal menyalakan tivi dan mencari canel, setelah menemukan acara berita, dia kembali meletakan remote control di atas meja yang ada di depan mereka. "Jadi kamu memulai penyelidikannya dari kampung kita?" tanya Naufal sambil melirik ke arah adiknya, kemudian pandangan lelaki berkulit bersih itu kembali ke layar tivi."Jadi, Mas. Memang dari sanalah saya akan menyelidiki kasus ini," jawab Dudun. Sekembali dari luar negeri, Dudun memutuskan untuk tinggal di tempat kakaknya. Dia lebih senang ikut tinggal bersama Naufal, meskipun di Ibu Kota ini Dudun telah disiapkan rumah oleh atasannya. Namun, Dudun menolak fasilitas yang diberikan itu. Dia lebih memilih tinggal di rumah Naufal. Karena
BAB KE : 151DUDUN MENCARI FAIZ 16+Dudun berangkat ke kampung halamannya untuk menyelidiki kasus yang dia tangani. Dimulai dari mencari informasi tentang peristiwa tewasnya Hendro Parangsing dan Zulfa Adiatma. Serta mencari tahu mengenai senjata jarum beracun. Setelah mendapat keterangan yang dianggap cukup, barulah Dudun pergi ke Kampung Galuh. Kampung di mana Dudun dilahirkan. Luka di hati Dudun kembali terasa perih, ketika melihat rumah yang sekian lama dia tinggalkan. Kejadian masa kecil teringat kembali. Tidak kuat rasanya Dudun mengulang peristiwa tersebut walau hanya dalam kenangan. Kesedihan Dudun semakin sempurna ketika mengetahui apa yang menimpa keluarga Faiz. Sahabat kecilnya. Tak disangka kehidupan mereka menjadi sama, sama-sama yatim piatu oleh sebab yang sama. Disebabkan oleh hal yang serupa, kedua orang tua mereka meninggal karena dibunuh.Dudun dan Naufal mengalami peristiwa itu sekali, kedua orang tuanya pergi secara bersamaan dalam waktu dan dalam peristi
BAB KE : 152PERTEMUAN YANG MEMBAHAGIAKAN 16+Dudun menceritakan sedikit kisah masa kecil mereka kepada wanita tua yang ada di depannya. Ternyata ibu yang bernama Tardiah itu sudah mengetahui semua yang diceritakan Dudun. Dia mengetahuinya lewat cerita Faiz. Dia telah menganggap Faiz sebagai anak sendiri. Kebetulan Bu Tardiah tidak punya anak, sementara Faiz hidup sebatang kara. Bu Tardiah sangat bersyukur pada Tuhan, karena telah dipertemukan dengan Faiz. Sejak bersama Faiz, dia tidak pernah memikirkan ekonomi lagi, semua kebutuhan hidup ditanggung oleh Faiz. Akhirnya mereka larut dalam obrolan. Ibu tersebut juga berkisah tentang hidupnya. Bagaimana dia sampai berada di sini bersama Faiz. Tardiah dulu adalah seorang pemulung yang hidup sebatang kara. Dia tinggal di kolong sebuah jembatan tol, bersama dengan beberapa warga lainnya. Suatu ketika, Bu Tardiah sakit, dia tidak memiliki biaya untuk berobat. Terpaksa Bu Tardiah yang waktu itu berumur sudah lebih dari lima puluh tah
BAB KE : 153ANAK PRESIDEN16+Ada degup yang tak biasa di jantung Faiz mendengar pertanyaan Naufal. Pertanyaan yang sulit untuk dia jawab. Jawaban apa yang harus dia berikan? Tak mungkin dia berkata jujur dan berat pula rasanya untuk berbohong. Selama ini Faiz tidak pernah berbohong terhadap Naufal dan Dudun serta keluarganya. "Saya tidak memiliki pekerjaan tetap, Mas. Tapi tenaga saya terpakai untuk pekerjaan tertentu. Di sanalah nantinya saya dapat uang, cuma terkadang pekerjaan yang saya lakukan memakan waktu yang cukup lama, sehingga sampai dua bahkan tiga bulan saya tidak pulang," jawab Faiz tanpa menyebutkan jenis pekerjaannya. Terlihat dia begitu hati-hati dalam merangkai kalimat. Dia tidak ingin malam ini ada pembicaraan yang membahas tentang pekerjaannya. Kalau ada kesempatan, Faiz akan berusaha mengalihkan topik pembicaraan. "Pekerjaan seperti apa itu?" tanya Dudun. Naluri intelijennya seperti terpancing. Tentu pertanyaan seperti ini akan menghambat niat Faiz untuk m
BAB KE : 154PENCULIKAN ANAK PRESIDEN 16+Pangep Kalid Bursang ....Dia adalah putra bungsu dari presiden yang berkuasa, yang saat ini sedang disorot masyarakat atas tindakan korupsi dan pencucian uang.Ini adalah cafe elit milik seorang pengusaha, di cafe inilah anak bungsu presiden menghabiskan malam di kala dia butuh hiburan. Tentu saja gratis!Saat ini putra presiden memang sedang tertimpa masalah. Cacian dan hujatan dari masyarakat atas sesuatu yang dituduhkan padanya sangat menguras emosi anak muda itu. Si bungsu terindikasi melakukan korupsi dan pencucian uang. Dia masih kuliah di sebuah universitas, tapi telah memiliki harta kekayaan yang luar biasa. Tidak hanya kekayaan berupa uang dan kendaraan, tapi si bungsu juga memiliki saham di beberapa perusahaan besar, terutama di perusahaan batu bara. Entah bagaimana cara dia mendapatkan saham-saham tersebut, padahal dia masih seorang mahasiswa. Dari hasil investigasi dari beberapa wartawan, harta yang dimiliki Pangep Kalid B
BAB KE : 155SEPAK TERAJANG FAIZ 16+Dengan kecepatan tinggi ketiga mobil itu menuju Timur. Sekitar sepuluh menit perjalanan, mereka melewati sebuah warung nasi yang ada di perbatasan Ibu Kota dengan sebuah kabupaten.Persis di depan warung nasi, ketiga mobil sedan tersebut tiba-tiba dengan serentak membunyikan klason. Sangat berisik. "Sialan! Pagi buta mencet klason seperti kesambet setan! Dasar songgong, lu!?" maki penjaga warung. Wajar saja dia marah, suara klason itu membuat dia tersentak dari kantuknya. Padahal tadi kantuk sudah hampir membawanya ke alam bawah sadar. Saking kagetnya, bapak pemilik rambut yang telah memutih semua itu, sampai terlompat dari duduknya, dan apes, kepalanya membentur tiang yang berada persis di belakangnya. Hal inilah yang membuat bapak penjaga warung mengeluarkan makian. Kepalanya terasa nyeri dan seperti ada yang menonjol di tempat yang kejedut tadi. Rupanya kepala bapak itu benjut!Dua pelanggan yang ada di sana tersenyum melihat ulah si bap