BAB KE : 53 NAUFAL DAN DUDUN IKUT MENGANTAR THORIQ DAN HERU 16+Tanpa ingin membuang waktu, keesokkan harinya Thoriq dan Heru segera berangkat menuju kampung Darto. Bahkan jam sebelas malam mereka telah berangkat dari rumah, berharap agar tidak terlalu malam sampai di sana. Untung mobil yang menuju ke kampung Darto ada yang lewat jam dua belas malam di wilayah mereka. Dengan bus itulah rencananya Thoriq dan Heru akan menumpang.Sampai waktu keberangkatan mereka, rumah Kemal masih dipenuhi oleh warga. Mereka ingin melepas kepergian Thoriq dan Heru, tentu saja dengan diiringi doa bersama. Setelah doa bersama, beberapa sepeda meluncur dari rumah Kemal, ada sekitar sepuluh sepeda yang ikut mengantarkan Thoriq dan Heru menuju loket bus. Mereka benar-benar ingin menyaksikan Thoriq dan Heru bertolak dari kampung mereka, sekaligus ingin mengetahui dengan bus apa tetangganya itu berangkat. Tentu dalam rombongan itu Kemal juga ikut serta, dengan Naufal dan Dudun di boncengan sepedanya.
BAB KE : 54 THORIQ BERTEMU DARTO 16+Sesaat kemudian Heru bangkit sambil menyapu wajahnya. Kelihatan bajunya basah oleh keringat yang tadi bercucuran. Dia mengibaskan tangan pada beberapa bagian pakaiannya, kemudian menatap pada dua orang wanita yang ada di sana. Wajah kedua orang wanita itu dibaluti oleh raut kecemasan. "Apakah tadi Ibu mendengar suara jeritan seorang perempuan?" tanya Heru dengan pelan. "Ya, saya dengar," jawab Bu RT dan Bu Parmi hampir bersamaan. Mata mereka tidak lepas dari Heru dengan hati yang diliputi oleh berbagai pertanyaan dan rasa was-was."Itu rumahnya Maryana! Dia rada stres, tidak mau keluar rumah. Seolah-olah takut sama orang," lanjut Bu Parmi menerangkan. "Mari kita ke sana," ajak Heru setelah mendengar keterangan Bu Parmi. "Memang ada apa dengan dia, Mas?" tanya Bu RT. "Dia begitu, karena teluh yang menyerangnya. Sebaiknya kita menemuinya sekarang. Karena dia sangat memerlukan pertolongan kita saat ini," kata Heru memberi keterangan.Kemudian
BAB KE : 55 PERTARUNGAN HERU DENGAN DARTO 16+Melihat sikap Darto yang tidak bersahabat, Heru segera mempersiapkan diri. Mulutnya kembali komat-kamit yang diiringi oleh gerakan tangan dan langkah kaki. Gerakannya sangat pelan, tapi memiliki makna tertentu. Ini terbukti dengan perubahan yang terjadi pada Darto, lelaki yang sudah tidak waras itu terdiam dengan mata mulai sayu. Setelah melakukan berapa gerakan dan melihat Darto terdiam, Heru pun menghentikan gerakannya tersebut, tapi matanya tetap dengan tajam menatap ke arah Darto. "Manusia adalah khalifah di muka bumi ini! Makhluk seperti kalian tidak bisa mengganggu orang-orang yang mengetahui akan kebenaran. Kalian hanya bisa berteman dan bersekutu dengan orang-orang yang zholim dan hanya bisa mencelakai mereka yang lemah imannya saja." Suara Heru menggelegar dengan tatapan tajam ke arah Darto."Arghhhh!" Darto meraung dengan keras. Seperti ada sebuah sentakan yang membetot dirinya. Sikapnya kembali beringas ketika mendengar
BAB KE : 56 MENEMUI KAKEK FAIZ 16+Thoriq begitu sedih melihat keadaan Bapak Tina, yang sekaligus kakeknya Faiz. Beliau sekarang tinggal sendiri tanpa ada yang mengurus di usianya yang sudah senja. Rumah yang ditinggali bapak Tina juga telah keropos di sana-sini karena tidak terurus. Begitu juga dengan pekarangan rumah itu. Rumput telah tumbuh di mana-mana. Lelaki tua renta itu sangat kurus, tubuhnya tak ubahnya seperti tulang yang berbalut kulit. Entah karena penyakit atau memang karena tubuh yang teramat kurus, sehingga membuat lelaki tua itu selalu gemetaran. Apa lagi ketika dia melangkahkan kaki, getar di tubuhnya sangat terlihat nyata. Kedua bola matanya mulai memutih karena tertutup oleh lapisan katarak. Tidak, itu saja, kelopak matanya seperti berat oleh belek yang menggantung di sana. Tentu keadaan yang demikian membuat pandangan kakek Faiz tersebut menjadi berkurang. Awalnya ada keraguan di hati Thoriq ketika akan memasuki pekarangan rumah tersebut. Ragu karena sika
BAB KE : 57 PENYESALAN SEORANG SAHABAT 16+"Saya teman kecil Thoriq, Pak!" kata Tamrin sambil menepuk bahu Thoriq."Oh, ya. Ayo masuk?" jawab bapak Tina ramah dengan senyum merekah, sambil mempersilahkan tamunya masuk ke dalam."Oh, iya! Sampai lupa. Ayo kita masuk!" ajak Thoriq yang di iyakan oleh Tamrin. Tamrin membungkuk dan meraih kantong kresek hitam yang tadi dia letakkan di atas lantai. Isinya adalah oleh-oleh untuk keluarga Thoriq.Kelihatan sikap Tamrin begitu akrab. Sambil berjalan tangan kanannya selalu berada di bahu Thoriq. Setelah mempersilahkan Tamrin duduk, Thoriq bergegas ke dapur untuk membuat kopi. "Kemana istri dan anakmu?" tanya Tamrin ketika Thoriq telah kembali dengan baki di tangan. "Istri dan anak saya tidak ada di rumah," jawab Thoriq sambil menata gelas kopi di atas meja."Kemana?" tanya Tamrin ingin tahu."Kisahnya panjang. Jadi nanti saja kita bercerita," jawab Thoriq. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan mereka dengan kisah sedih yang dia alami. Se
BAB KE : 58 PERTEMUAN YANG MENGURAS AIR MATA 16+Hari berikutnya mereka mengunjungi gudang. Gudang yang cukup luas yang dipenuhi oleh bawang merah. Bawang itu masih utuh dengan daunnya. Digantung berjejer di dalam ruangan. Tapi ada juga yang di dalam karung."Yang di gantung itu untuk stok. Ketika petani panen, saya beli dengan harga murah. Setelah harga naik baru saya jual. Sementara yang di dalam karung, buat di kupas," terang Tamrin."Bukan itu yang namanya menimbun?" tanya Thoriq."Bukan ... buktinya bawang itu tidak saya timbun, tapi saya gantung," jawab Tamrin sambil melepaskan tawa. Thoriq dan bapak Tina pun ikut tertawa."Ayo ... sekarang kita lihat, bagaimana lihainya Ibu-ibu di sini mengupas bawang," ajak Tamrin setelah tawanya reda.Mereka keluar dari gudang tersebut dan menuju gudang berikutnya yang berjarak sekitar seratus meter dari sana.Sepanjang jalan mereka masih terlihat mengobrol, dan sekali-kali tawa lepas dari mulut mereka. Kekocakan Tamrin sangat menghibur
BAB : 59 AIR MATA KEBAHAGIAAN 16+Tina meraih tangan Thoriq dengan tubuh bergetar, lalu membawa ke wajahnya dan mencium punggung tangan mantan suaminya itu sambil berkata, " maafkan saya, Mas ... maafkan atas segala kesalahan saya!" Bahu Tina berguncang karena isak. Air mata Tina sempat jatuh di pinggung tangan Thoriq."Ya, sama-sama. Saya juga minta maaf," jawab Thoriq sambil mengusap pucuk kepala Tina. Setelah itu, Thoriq kembali mengangkat Faiz dan membawa ke dalam pelukannya. Sekali lagi dia mencium pipi Faiz, kemudian beralih mencium pucuk kepala anaknya.Serasa menyaksikan adegan sinetron, ketika Tamrin melihat peristiwa yang terjadi di depan matanya. Walau berusaha menahan, tapi Tamrin tidak mampu membendung air mata. Adegan ini sangat mengharukan bagi Tamrin. Beberapa kali sapu tangan mendarat di wajahnya yang dibasahi air mata. Sehingga mata Tamrin agak memerah karena tangisan. Kesedihan yang luar biasa, apa lagi Tamrin juga ingat anaknya yang entah di mana keberadaa
BAB KE : 60KEMARAHAN UCIL 16+"Selama kamu di sini, tak ada istilah sibuk bagi saya. Pekerjaan saya ada yang mengurusnya. Jadi saya siap mengantar kemanapun kamu mau," jawab Tamrin di sela tawanya."Kalau begitu kita ke sana saja besok, ya? Saya ingin membalas kebaikan mereka, sekalian mengenalkan Faiz pada Ucil, telah banyak yang saya ceritakan pada bocah itu tentang Faiz. Tentu dia sangat senang kalau dia dipertemukan dengan orang yang selama ini dia dengar hanya ceritanya saja. Dulu dia juga wanti-wanti agar suatu saat saya mau mengunjunginya dan mengenalkan Faiz padanya. Sekaranglah saat itu," kata Thoriq sambil menerangkan panjang lebar. Tentu apa yang diinginkan Thoriq akan diikuti oleh Tamrin, cuma ada segurat embun di mata lelaki itu, ketika Thoriq menyebutkan nama daerah yang akan dia datangi besok. Daerah yang pernah menyimpan luka di hati Tamrin, sekaligus daerah yang menyimpan kenangan tersendiri. "Siap!" jawab Tamrin sambil berusaha menutupi mendung yang bergela