BAB KE : 58 PERTEMUAN YANG MENGURAS AIR MATA 16+Hari berikutnya mereka mengunjungi gudang. Gudang yang cukup luas yang dipenuhi oleh bawang merah. Bawang itu masih utuh dengan daunnya. Digantung berjejer di dalam ruangan. Tapi ada juga yang di dalam karung."Yang di gantung itu untuk stok. Ketika petani panen, saya beli dengan harga murah. Setelah harga naik baru saya jual. Sementara yang di dalam karung, buat di kupas," terang Tamrin."Bukan itu yang namanya menimbun?" tanya Thoriq."Bukan ... buktinya bawang itu tidak saya timbun, tapi saya gantung," jawab Tamrin sambil melepaskan tawa. Thoriq dan bapak Tina pun ikut tertawa."Ayo ... sekarang kita lihat, bagaimana lihainya Ibu-ibu di sini mengupas bawang," ajak Tamrin setelah tawanya reda.Mereka keluar dari gudang tersebut dan menuju gudang berikutnya yang berjarak sekitar seratus meter dari sana.Sepanjang jalan mereka masih terlihat mengobrol, dan sekali-kali tawa lepas dari mulut mereka. Kekocakan Tamrin sangat menghibur
BAB : 59 AIR MATA KEBAHAGIAAN 16+Tina meraih tangan Thoriq dengan tubuh bergetar, lalu membawa ke wajahnya dan mencium punggung tangan mantan suaminya itu sambil berkata, " maafkan saya, Mas ... maafkan atas segala kesalahan saya!" Bahu Tina berguncang karena isak. Air mata Tina sempat jatuh di pinggung tangan Thoriq."Ya, sama-sama. Saya juga minta maaf," jawab Thoriq sambil mengusap pucuk kepala Tina. Setelah itu, Thoriq kembali mengangkat Faiz dan membawa ke dalam pelukannya. Sekali lagi dia mencium pipi Faiz, kemudian beralih mencium pucuk kepala anaknya.Serasa menyaksikan adegan sinetron, ketika Tamrin melihat peristiwa yang terjadi di depan matanya. Walau berusaha menahan, tapi Tamrin tidak mampu membendung air mata. Adegan ini sangat mengharukan bagi Tamrin. Beberapa kali sapu tangan mendarat di wajahnya yang dibasahi air mata. Sehingga mata Tamrin agak memerah karena tangisan. Kesedihan yang luar biasa, apa lagi Tamrin juga ingat anaknya yang entah di mana keberadaa
BAB KE : 60KEMARAHAN UCIL 16+"Selama kamu di sini, tak ada istilah sibuk bagi saya. Pekerjaan saya ada yang mengurusnya. Jadi saya siap mengantar kemanapun kamu mau," jawab Tamrin di sela tawanya."Kalau begitu kita ke sana saja besok, ya? Saya ingin membalas kebaikan mereka, sekalian mengenalkan Faiz pada Ucil, telah banyak yang saya ceritakan pada bocah itu tentang Faiz. Tentu dia sangat senang kalau dia dipertemukan dengan orang yang selama ini dia dengar hanya ceritanya saja. Dulu dia juga wanti-wanti agar suatu saat saya mau mengunjunginya dan mengenalkan Faiz padanya. Sekaranglah saat itu," kata Thoriq sambil menerangkan panjang lebar. Tentu apa yang diinginkan Thoriq akan diikuti oleh Tamrin, cuma ada segurat embun di mata lelaki itu, ketika Thoriq menyebutkan nama daerah yang akan dia datangi besok. Daerah yang pernah menyimpan luka di hati Tamrin, sekaligus daerah yang menyimpan kenangan tersendiri. "Siap!" jawab Tamrin sambil berusaha menutupi mendung yang bergela
BAB KE : 61KEBAHAGIAAN YANG BERUJUNG 16+"Marni!" Tamrin berlari sambil menyebut nama perempuan itu. Ternyata nama Ibu Ucil adalah Marni. Setelah mereka bertemu, mereka saling berpelukan."Maafkan saya, Marni! Saya tidak menyangka kamu berada di sini," ucap Tamrin dengan tersedu. "Tidak apa-apa, Mas! Yang penting sekarang kita telah bertemu," tangis Marni dalam pelukan Tamrin."Saya telah datang ke rumah abah untuk menjemputmu dan Kusuma ... tapi abah belum juga bisa memanfaatkan saya. Baru saja datang, saya langsung di usir, bahkan beliau mengancam saya dengan golok ... mengancam ingin membunuh saya," ucap Tamrin terbata-bata.Ternyata setelah usaha Tamrin berjalan lancar di Ibu Kota, dia pernah datang ke rumah mertuanya untuk menjemput anak dan istrinya. Rupanya Bapak Marni begitu benci pada Tamrin. Malah kedatangan Tamrin disambut dengan golok oleh bapak mertua Tamrin yang terkenal galak itu."Maafkan bapak saya, Mas! Seperti apapun sikap beliau ... beliau tetap orang tua sa
BAB KE : 62LIMA TAHUN KEMUDIAN 16+Malam semakin larut, gerimis belum juga berhenti menyirami permukaan bumi, membuat desa ini semakin sunyi. Sebagian penduduk telah kembali keperaduannya dan terlelap dibuai mimpi. Namun, ada diantara mereka yang masih terjaga. Larut dalam lamunan, memikirkan desa mereka dan masa depan anak-anaknya.Diantara warga yang masih terjaga itu, diantaranya Kemal dan Hamilah. Mereka adalah orang tua Dudun dan Naufal. Sepasang suami istri ini sedang duduk di ruang tengah dengan hati yang gundah."Sebaiknya kita ikuti saja kemauan mereka, Mas. Dari pada nyawa kita yang terancam," ucap Hamilah pelan dengan tatapan sendu ke wajah suaminya.Kemal menarik napas dalam, kemudian melepaskannya perlahan."Mengikuti keinginan mereka, sama saja dengan membiarkan diri kita dirampok," jawab Kemal."Tapi sebagian warga disini telah menyerahkan tanah mereka," tukas Hamilah."Itu karena mereka takut dan luas tanah mereka juga tidak seberapa." Kemal menyeruput kopinya."K
BAB KE : 63MENYELAMATKAN SI BUAH HATI 16+Halimah tertegun mendengar permintaan suaminya. Jelas dia tidak akan mengikuti apa yang dititahkan Kemal. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak akan meninggalkan suaminya itu. "Tidak, Mas! Saya akan tetap di sini bersamamu." Mata Hamilah mulai berkaca-kaca, suaranya agak serak.Hamilah sengaja menolak perintah suaminya, karena dia tahu akan terjadi sesuatu yang mengerikan bila dia meninggalkan Kemal. Sebab itulah wanita tersebut tidak mau meninggalkan Kemal, dia akan tetap berada di samping ayah dari anak-anaknya itu dalam situasi apapun. Sejak para cukong melakukan intimidasi dan pemaksaan untuk membeli lahan Warga Kampung Galuh lewat kaki tangannya. Telah sering terjadi tindakan pemukulan dan penyiksaan oleh para centeng. Sudah cukup banyak jatuh korban, walau belum ada yang memakan jiwa. Keberingasan para centeng inilah yang membuat sebagian warga menyerah dan akhirnya menjual tanah mereka dengan terpaksa. Kebengisan para centeng it
BAB KE : 64 LELAKI BERNYALI BESAR 16+Mata Hamilah menatap wajah suaminya. Hatinya telah menebak apa yang akan dilakukan Kemal. Kemal memang pernah mengatakan, haram bagi dia menyerahkan tanahnya kepada orang-orang yang zholim. Tentu suaminya tersebut malam ini masih tetap pada pendiriannya dan tidak akan menyerah. "Simpan ini! Jangan sampai terpisah darimu! Kalau mereka menyerang, gunakan belati ini untuk membela diri!"Hamilah menerima belati dari Kemal dan memasukannya ke dalam saku celana gembrong yang dia kenakan. Saku celana itu cukup dalam dan lebar, sehingga membuat benda itu lenyap di dalamnya.Setelah itu mereka menuju ruang depan. Kemal duduk di pojok, dia menyembunyikan golok di bawah tikar pandan. Kemudian menindihnya."Buka pintunya!" titah Kemal pada Hamilah. Sementara suara panggilan dan gedoran di pintu semakin keras.Mendengar perintah suaminya, Hamilah berjalan ke arah pintu. Walau cemas tapi tidak ada rasa takut di hati wanita tersebut. Mungkin karena dulu
BAB KE : 65BERTARUH NYAWA 16+Kemal tidak Khawatir melihat belati yang berkilat di tangan orang-orang yang ada di hadapannya, karena dalam perhitungan Kemal, jangkauan goloknya jauh lebih panjang dari belati yang ada di tangan lawan. Apa lagi Kemal belum lupa dengan gerakkan silat yang pernah dia pelajari. Semasa muda, Kemal memang hobi mempelajari ilmu bela diri tradisional. Bahkan dia sempat menjadi pelatih di sebuah padepokan. Salah satu orang yang dia latih adalah Hamilah yang kini menjadi istrinya. Bagi Kemal, menghadapi musuh bukan sesuatu yang menakutkan. Kehebatan ilmu bela dirinya sudah sering terbukti. Begitu pula dengan Hamilah, dia adalah salah satu wanita terbaik yang pernah dia didik.Mata Kemal melirik ke arah istrinya, lirikkan yang penuh makna. Sesaat mata mereka beradu. Kemal yakin istrinya telah siap untuk melakukan serangan dengan belatinya. Kemal berpikir, bila dia mampu membabat orang yang ada di hadapannya, maka mereka yang sekarang bersama Hamilah akan d