BAB KE : 63MENYELAMATKAN SI BUAH HATI 16+Halimah tertegun mendengar permintaan suaminya. Jelas dia tidak akan mengikuti apa yang dititahkan Kemal. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak akan meninggalkan suaminya itu. "Tidak, Mas! Saya akan tetap di sini bersamamu." Mata Hamilah mulai berkaca-kaca, suaranya agak serak.Hamilah sengaja menolak perintah suaminya, karena dia tahu akan terjadi sesuatu yang mengerikan bila dia meninggalkan Kemal. Sebab itulah wanita tersebut tidak mau meninggalkan Kemal, dia akan tetap berada di samping ayah dari anak-anaknya itu dalam situasi apapun. Sejak para cukong melakukan intimidasi dan pemaksaan untuk membeli lahan Warga Kampung Galuh lewat kaki tangannya. Telah sering terjadi tindakan pemukulan dan penyiksaan oleh para centeng. Sudah cukup banyak jatuh korban, walau belum ada yang memakan jiwa. Keberingasan para centeng inilah yang membuat sebagian warga menyerah dan akhirnya menjual tanah mereka dengan terpaksa. Kebengisan para centeng it
BAB KE : 64 LELAKI BERNYALI BESAR 16+Mata Hamilah menatap wajah suaminya. Hatinya telah menebak apa yang akan dilakukan Kemal. Kemal memang pernah mengatakan, haram bagi dia menyerahkan tanahnya kepada orang-orang yang zholim. Tentu suaminya tersebut malam ini masih tetap pada pendiriannya dan tidak akan menyerah. "Simpan ini! Jangan sampai terpisah darimu! Kalau mereka menyerang, gunakan belati ini untuk membela diri!"Hamilah menerima belati dari Kemal dan memasukannya ke dalam saku celana gembrong yang dia kenakan. Saku celana itu cukup dalam dan lebar, sehingga membuat benda itu lenyap di dalamnya.Setelah itu mereka menuju ruang depan. Kemal duduk di pojok, dia menyembunyikan golok di bawah tikar pandan. Kemudian menindihnya."Buka pintunya!" titah Kemal pada Hamilah. Sementara suara panggilan dan gedoran di pintu semakin keras.Mendengar perintah suaminya, Hamilah berjalan ke arah pintu. Walau cemas tapi tidak ada rasa takut di hati wanita tersebut. Mungkin karena dulu
BAB KE : 65BERTARUH NYAWA 16+Kemal tidak Khawatir melihat belati yang berkilat di tangan orang-orang yang ada di hadapannya, karena dalam perhitungan Kemal, jangkauan goloknya jauh lebih panjang dari belati yang ada di tangan lawan. Apa lagi Kemal belum lupa dengan gerakkan silat yang pernah dia pelajari. Semasa muda, Kemal memang hobi mempelajari ilmu bela diri tradisional. Bahkan dia sempat menjadi pelatih di sebuah padepokan. Salah satu orang yang dia latih adalah Hamilah yang kini menjadi istrinya. Bagi Kemal, menghadapi musuh bukan sesuatu yang menakutkan. Kehebatan ilmu bela dirinya sudah sering terbukti. Begitu pula dengan Hamilah, dia adalah salah satu wanita terbaik yang pernah dia didik.Mata Kemal melirik ke arah istrinya, lirikkan yang penuh makna. Sesaat mata mereka beradu. Kemal yakin istrinya telah siap untuk melakukan serangan dengan belatinya. Kemal berpikir, bila dia mampu membabat orang yang ada di hadapannya, maka mereka yang sekarang bersama Hamilah akan d
BAB KE : 66TUMBANGNYA SEPASANG SUAMI ISTRI 16+Dengan menarik satu langkah setengah lingkaran, Kemal bersiap menghambur ke arah pintu, baru saja telapak kakinya menyentuh lantai, dan ...."Crlupppp!"Kemal tersentak, terasa ada benda tajam yang menusuk di bagian pinggangnya. Ternyata ketika Kemal hendak mendekati istrinya, membuat dia lengah. Matanya luput dari tiga orang yang berada di dekatnya. Kelengahannya itu dimanfaatkan oleh lelaki bertato. Dengan cepat dia melompat, dengan menjatuhkan diri dia menghujamkan belati yang ada di tangannya. Belati itu bersarang tepat di rusuk Kemal."Whusssss!"Kemal mengayunkan golok ke arah lelaki bertato. Namun, dengan sigap dia berkelit, berguling ke samping. "Pranggggg!" Mata golok Kemal mendarat di lantai dengan suara berdering. Serangan Kemal luput. Bersamaan dengan gerakan berguling dari lelaki bertato, belati yang bersarang di rusuk Kemal ikut tercabut oleh tarikkannya. Darah mengucur dari rusuk Kemal, membasahi pakaian yang berada
BAB KE : 67KEKHAWATIRAN DUDUN 16+Setelah meninggalkan ke dua orang tuanya, Dudun bergegas berjalan mengikuti petunjuk sang ayah. Hujan deras dia terobos dengan langkah cekatan ala anak desa. Sesekali langkahnya terhenti di saat guntur menggelegar dan cahaya kilat menyambar. Setiap ada guntur dia dengan cepat menunduk, berharap cahaya kilat tidak menyorot tubuhnya, agar dia tidak terlihat oleh siapapun, terutama oleh tamu yang datang ke rumahnya malam ini. Dada Dudun sedikit berdebar ketika langkah kakinya belum sampai memasuki area kebun. Baru agak tenang setelah dia berhasil melewati rimbunnya pohon bambu.Ada rasa takut di hati Dudun. Bukan takut karena hantu atau makhluk astral lainnya. Tapi ketakutan itu disebabkan oleh orang yang datang bertamu ke rumahnya. Dudun takut, kalau ada diantara mereka yang melihatnya. Sebenarnya Dudun juga belum pernah merasa takut terhadap manusia, tapi nasehat ayahnya yang membuat dia jadi was-was. Takut kalau dia terlihat oleh tamu yang tak
BAB KE : 68THORIQ BERNIAT KE RUMAH KEMAL 16+Ketika melewati kamar Faiz, Thoriq dan Tina bersirobok dengan anaknya itu. Ternyata Faiz juga baru keluar dari kamarnya. Dia juga berniat hendak membukakan pintu buat Dudun."Ada Dudun, Yah!" kata Faiz ketika melihat ayahnya."Iya ... kamu belum tidur?" tanya Thoriq sambil menghentikan langkah sesaat, ketika dia telah berada di samping Faiz. Tangan Thoriq bergerak mengusap kepala bocah tersebut. "Kebangun oleh suara Dudun," jawab Faiz dengan suara serak, mungkin karena baru bangun dan rasa kantuk masih dia rasakan. Mata bocah seumur Dudun itu terlihat merah. "Sebentar, Dun!" teriak Tina dengan suara yang cukup keras, menanggapi suara panggilan dan ketukan Dudun dari luar yang semakin keras, bahkan mirip gedoran. Suara ketukan dan panggilan Dudun pun terhenti. Mungkin karena mendengar teriakan Tina tadi. Bertiga beranak mereka berjalan ke arah pintu. Thoriq berjalan paling depan, diikuti Faiz dan Tina. Mereka berjalan dengan bergega
BAB KE : 69 PESAN THORIQ16+"Biarkan aku ikut bersamamu, Mas!"Tina tidak beranjak dari hadapan Thoriq dengan menatap wajah suaminya itu., penuh harap. Kakinya sengaja dia geser selangkah seolah ingin menghalangi jalan Thoriq. Sehingga posisi mereka kembali berhadapan. "Tidak ... jangan ikut! Kamu di sini saja, Tina. Menjaga Faiz dan Dudun," tolak Thoriq lembut, telapak tangannya mengusap ke dua pundak Tina. "Tapi aku khawatir, Mas!" ucap Tina mengungkapkan rasa cemasannya."Tenanglah! Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Apapun yang terjadi di muka bumi ini, semuanya atas ijin Allah.""Tapi, di rumah Mas Kemal itu ... mereka adalah orang yang ingin membeli tanah kita. Mereka orang jahat! Sudah berapa warga sini yang mereka aniaya. Aku takut terjadi sesuatu padamu," Tina memegang lengan tangan suaminya."Tidak perlu menakutkan sesuatu yang akan terjadi! Apapun yang terjadi semuanya atas ijin Allah. Seandainya terjadi musibah terhadap kita dalam menegakkan kebenaran, itu lebih baik!
BAB KE : 70 PERLAWANAN THORIQ 16+Di kampung ini, rumah Thoriq-lah yang pertama dari pertigaan gang, sehingga gapura yang berdiri kokoh di pintu gerbang terlihat jelas dari rumahnya. Setelah rumah Thoriq baru rumah Kemal, jaraknya sekitar tiga ratus meter. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya memang cukup jauh di kampung ini. Hal ini disebabkan karena area rumah mereka juga berfungsi sebagai lahan perkebunan. Hampir di setiap rumah terdapat pohon singkong, pisang dan tanaman muda lainnya.Ketika melewati rumah Kemal, Thoriq melihat lampu di ruang depan menyala. Pertanda Kemal belum tidur, mungkin tamu itu masih berada di sana, pikir Thoriq. Pintu rumah Kemal juga terbuka sedikit.Akhirnya Thoriq mengurungkan niat untuk ke rumah Pak RT, dia malah memilih memasuki pekarangan rumah Kemal.Kewaspadaan membuat Thoriq berjalan seperti mengendap-endap. Setelah mendekati pintu, Thoriq mencoba mengintip ke dalam. Karena jaraknya masih lumayan jauh, dan pintu itu hanya tersingkap sedikit
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny