BAB KE : 97KECEMASAN AZRAL 16+"Ya, Faiz!" Mata Karta Setiawan menatap dalam wajah Azral. Dia ingin mengetahui apakah Azral mengenal Faiz atau tidak.Mendapat tatapan seperti itu Azral semakin salah tingkah. Walau pertanyaan Karta Setiawan perihal Faiz, dapat sedikit melegakan hatinya. Dia berpikir mungkin bukan peristiwa di gubuk yang menyebabkan Sisilia berubah, tapi karena ada orang ketiga di antara mereka. Namun, rasa was-was tetap masih bercokol di hati Azral, ditambah dengan rasa cemburu yang tiba-tiba muncul.Tadi ketika bapaknya mengalihkan pembicaraan tentang Sisilia, hati Azral mulai cemas. Walau berada bersama bapaknya dalam menghadapi papa Sisilia. Namun, kekhawatiran tetap menyelimuti hati remaja itu. Dia khawatir, Sisilia telah menceritakan apa yang terjadi di gubuk pada Kedua orang tuanya. Jika hal itu disampaikan Karta Setiawan sekarang, tentu dia merasa sangat malu sekali.Walau selama ini tidak ada perubahan dari Karta Setiawan dan Sekar Wulandari terhadap Azra
RENCANA PEMBUNUHAN FAIZ 16+Andai kata Sisilia tidak berjodoh dengan Azral, bukan masalah bagi Zulfa Adiatma. Soal cinta bagi anaknya bukan sesuatu yang rumit. Zulfa Adiatma yakin mampu untuk menasehati anaknya agar mau melupakan Sisilia. "Masalah bukan di sana, Pak! Apapun yang terjadi saya tidak akan membiarkan Sisilia berhubungan dengan Faiz. Karena Faiz ini adalah anaknya Thoriq!"Rupanya apa yang disampaikan Karta Setiawan tidak ada kaitannya dengan Azral, tapi justru kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu membuat wajah Zulfa Adiatma berubah drastis. "Thoriq?!"Seketika wajah Zulfa Adiatma memucat, matanya terbelalak dengan alis hampir bertaut. Suaranya terdengar lirih ketika menyebut nama itu. Karta Setiawan hanya mengangguk ... lemah.Hening sesaat."Dari mana Pak Karta mengetahui kalau dia anaknya Thoriq, dan bagaimana hubungannya dengan Sisilia?" tanya Zulfa Adiatma pelan, setelah berapa menit mereka hanya saling diam."Saya memerintahkan salah satu anak buah saya u
BAB KE : 99BERUSAHA UNTUK TIDAK JATUH CINTA 16+Ujian akhir telah berlalu, kini tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Masa-masa seperti ini biasanya digunakan oleh para siswa dan siswi untuk bermain. Melepaskan segala rutinitas dari belajar.Begitupun dengan Faiz dan Sisilia. Mereka tidak lagi belajar bersama, karena tidak ada lagi tugas dari guru yang harus mereka selesaikan, bahkan tidak ada pelajaran sekolah yang harus mereka bahas.Tapi bagi Faiz, belajar itu adalah kebutuhan. Disaat sekolah libur, dia menghabiskan waktu di padepokkan. Menimba ilmu dari Buya Heru.Lain lagi dengan Sisilia. Dia tetap rutin berkunjung ke rumah Faiz.Masih seperti dulu, dalam satu minggu Sisilia bisa berkunjung tiga bahkan sampai empat kali.Cuma waktu berkunjungnya saja yang berbeda. Biasanya setelah pulang sekolah Sisilia baru bertandang ke rumah Faiz, tapi saat ini terkadang belum jam sembilan pagi dia telah berada di sana. Biasanya sehabis Zuhur baru dia pulang, karena Faiz juga harus ke padep
FAIZ DAN SISILIA DIMATA-MATAI RUDI 16+Sayangnya, pertanyaan Sisilia ditanggapi dengan diam oleh Faiz. Lelaki itu seakan enggan untuk mengiak bibir. Memang Sisilia gadis yang berani, cerdas dan sedikit ceplas-ceplos, tapi menghadapi sikap Faiz yang seperti ini membuat dia juga kehilangan kata-kata.Dia seakan tidak memiliki cara untuk mengorek isi hati Faiz. Lelaki yang disukainya itu terlalu rapi dalam menjaga isi hati."Kalau aku, sih, pernah merasa senang pada seseorang. Aku rasa aku sangat mencintainya. Bahkan saking aku mencintainya, aku tidak ingin berpisah dengan dia ...." Sisilia sengaja menghentikan kata-katanya, dan melirik ke arah Faiz. Ingin tahu bagaimana reaksi cowok itu.Namun, tidak ada reaksi dari Faiz. Mulut lelaki itu masih tetap terkunci, bahkan raut wajahnya terlihat datar. Sikap Faiz ini benar-benar membuat Sisilia geregetan. Bagaimana tidak geregetan? Sisilia telah berusaha menebalkan muka untuk menceritakan isi hatinya. Namun, tanggapan Faiz sangat mengecew
KETIKA CINTA TELAH TERBUKA 16+Tawa kedua remaja itu terhenti ketika ibu Faiz datang. Faiz dan Sisilia segera bangkit untuk menyambut Tina.Tangan wanita empat puluh satu tahun itu menenteng buah kelapa. Tadi di kebun belakang dia memang sengaja memetik kelapa muda untuk Faiz dan Sisilia. Dengan meminum air kelapa muda di cuaca yang panas ini, tentu akan mendatangkan kesegaran bagi Faiz dan Sisilia, pikir Tina. Kesibukan Tina memang mengurus kebun. Walau sebenarnya kebun itu tidak perlu diurus setiap hari, sebab isinya kebanyakan tanaman tua yang tidak memerlukan perawatan kusus. Namun, Tina justru hampir tiap hari berada di kebun tersebut. Karena begitulah cara Tina dalam melawan sepi, mengisi waktu dikala Faiz tidak di rumah.Pagi tadi ketika Sisilia datang, Tina sengaja pergi ke kebun yang berada di belakang rumah mereka. Tentu saja setelah menyuguhkan minuman dan beberapa cemilan untuk teman anaknya itu.Sisilia menerima kelapa dari tangan Tina dengan gembira, senyum tidak lep
BAB KE : 102 NIAT JAHAT PARA BEDEBAH 16+Setelah mendapat laporan dari Rudi, Karta Setiawan dengan cepat menghubungi Zulfa Adiatma. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan secepatnya. Pertemuan itu mereka adakan di taman milik Zulfa Adiatma, cuma kali ini tanpa dihadiri oleh Azral. Namun, jumlah mereka yang bertemu di sana semakin bertambah. Karena ketiadaan Azral digantikan oleh tiga orang lelaki bertubuh kekar.Rencana telah mereka susun dengan matang. Semua telah siap untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi.Tiga orang sebagai eksekutor telah menyanggupi untuk melakukan tugasnya. Sementara Zulfa Adiatma dan Karta Setiawan siap untuk melindungi mereka, andai kasus ini berujung pada pengadilan.Tak ada wajah tegang dari mereka ketika menyusun rencana pembunuhan itu. Terlihat mereka begitu santai dalam berdiskusi. Mungkin nyawa orang bagi mereka adalah sesuatu yang tidak berarti demi kepentingan mereka dan kemajuan usaha mereka.Sungguh sadis ...!Begitu pula dengan papa
BAB KE : 103KEBAIKAN KARTA SETIAWAN HANYALAH SEBUAH PENCITRAAN 16+"Iya, Om. Kebetulan saya dan Sisil satu kelas, kami sering membahas tugas sekolah bersama. Akhirnya berlanjut belajar bersama di rumah," terang Faiz apa adanya."Om berterima kasih pada Faiz, karena telah bersedia belajar bersama dengan Sisil ... Om sangat senang dengan remaja-remaja yang lebih mengutamakan pendidikan," kata Karta Setiawan dengan sedikit memuji Faiz.Keramahan jelas sekali terlihat pada Karta Setiawan dan istrinya, sikap mereka itu membuat Faiz merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Berapa kali Faiz memuji sikap keluarga Sisilia dalam hatinya.Walaupun dalam pembicaraan mereka, Faiz mengatakan bahwa dia dan Sisilia hanya berteman. Namun, Karta Setiawan dapat menebak isi hati kedua remaja tersebut, tapi dia tidak mau membahasnya. Bagi Karta Setiawan, dia akan selalu memperlihatkan sikap yang baik, seolah-olah well come terhadap Faiz.Dia berusaha memamerkan kebaikkanya pada Faiz di depan Sisilia.
BAB KE : 104 BELATI MELUKAI TINA 16+"Siapa kalian?! Untuk apa kalian datang ke sini?!" Dalam keterkejutannya Tina masih sempat bertanya.Tidak ada diantara mereka yang menghiraukan pertanyaan Tina tersebut, malah salah satu dari mereka langsung mengayunkan belati ke arah Tina, dan ...."Clruuuup!"Sebuah tusukan bersarang di tubuh Tina yang membuat dia menjerit tertahan. Namun, cuma itu suara yang keluar dari mulut Tina, karena selanjutnya mata Tina terbelalak dengan mulut menganga. Mungkin karena shock, sebab dia tidak menyangka akan diserang dengan cara seperti ini. Tidak ada perkataan atau peringatan terlebih dulu, tapi mereka langsung saja main tusuk. Namun, untunglah tusukan belati itu tidak terlalu dalam, karena ketika ujung belati menyasar ke arah perut Tina, wanita itu dalam posisi terdorong ke belakang.Darah mengucur dari tubuh Tina dan mulai membasahi pakaiannya. Namun, Tina seperti tidak peduli dengan lukanya itu. Mata Tina malah tertuju dan seakan menyelidik pada