FAIZ DAN SISILIA DIMATA-MATAI RUDI 16+Sayangnya, pertanyaan Sisilia ditanggapi dengan diam oleh Faiz. Lelaki itu seakan enggan untuk mengiak bibir. Memang Sisilia gadis yang berani, cerdas dan sedikit ceplas-ceplos, tapi menghadapi sikap Faiz yang seperti ini membuat dia juga kehilangan kata-kata.Dia seakan tidak memiliki cara untuk mengorek isi hati Faiz. Lelaki yang disukainya itu terlalu rapi dalam menjaga isi hati."Kalau aku, sih, pernah merasa senang pada seseorang. Aku rasa aku sangat mencintainya. Bahkan saking aku mencintainya, aku tidak ingin berpisah dengan dia ...." Sisilia sengaja menghentikan kata-katanya, dan melirik ke arah Faiz. Ingin tahu bagaimana reaksi cowok itu.Namun, tidak ada reaksi dari Faiz. Mulut lelaki itu masih tetap terkunci, bahkan raut wajahnya terlihat datar. Sikap Faiz ini benar-benar membuat Sisilia geregetan. Bagaimana tidak geregetan? Sisilia telah berusaha menebalkan muka untuk menceritakan isi hatinya. Namun, tanggapan Faiz sangat mengecew
KETIKA CINTA TELAH TERBUKA 16+Tawa kedua remaja itu terhenti ketika ibu Faiz datang. Faiz dan Sisilia segera bangkit untuk menyambut Tina.Tangan wanita empat puluh satu tahun itu menenteng buah kelapa. Tadi di kebun belakang dia memang sengaja memetik kelapa muda untuk Faiz dan Sisilia. Dengan meminum air kelapa muda di cuaca yang panas ini, tentu akan mendatangkan kesegaran bagi Faiz dan Sisilia, pikir Tina. Kesibukan Tina memang mengurus kebun. Walau sebenarnya kebun itu tidak perlu diurus setiap hari, sebab isinya kebanyakan tanaman tua yang tidak memerlukan perawatan kusus. Namun, Tina justru hampir tiap hari berada di kebun tersebut. Karena begitulah cara Tina dalam melawan sepi, mengisi waktu dikala Faiz tidak di rumah.Pagi tadi ketika Sisilia datang, Tina sengaja pergi ke kebun yang berada di belakang rumah mereka. Tentu saja setelah menyuguhkan minuman dan beberapa cemilan untuk teman anaknya itu.Sisilia menerima kelapa dari tangan Tina dengan gembira, senyum tidak lep
BAB KE : 102 NIAT JAHAT PARA BEDEBAH 16+Setelah mendapat laporan dari Rudi, Karta Setiawan dengan cepat menghubungi Zulfa Adiatma. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan secepatnya. Pertemuan itu mereka adakan di taman milik Zulfa Adiatma, cuma kali ini tanpa dihadiri oleh Azral. Namun, jumlah mereka yang bertemu di sana semakin bertambah. Karena ketiadaan Azral digantikan oleh tiga orang lelaki bertubuh kekar.Rencana telah mereka susun dengan matang. Semua telah siap untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi.Tiga orang sebagai eksekutor telah menyanggupi untuk melakukan tugasnya. Sementara Zulfa Adiatma dan Karta Setiawan siap untuk melindungi mereka, andai kasus ini berujung pada pengadilan.Tak ada wajah tegang dari mereka ketika menyusun rencana pembunuhan itu. Terlihat mereka begitu santai dalam berdiskusi. Mungkin nyawa orang bagi mereka adalah sesuatu yang tidak berarti demi kepentingan mereka dan kemajuan usaha mereka.Sungguh sadis ...!Begitu pula dengan papa
BAB KE : 103KEBAIKAN KARTA SETIAWAN HANYALAH SEBUAH PENCITRAAN 16+"Iya, Om. Kebetulan saya dan Sisil satu kelas, kami sering membahas tugas sekolah bersama. Akhirnya berlanjut belajar bersama di rumah," terang Faiz apa adanya."Om berterima kasih pada Faiz, karena telah bersedia belajar bersama dengan Sisil ... Om sangat senang dengan remaja-remaja yang lebih mengutamakan pendidikan," kata Karta Setiawan dengan sedikit memuji Faiz.Keramahan jelas sekali terlihat pada Karta Setiawan dan istrinya, sikap mereka itu membuat Faiz merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Berapa kali Faiz memuji sikap keluarga Sisilia dalam hatinya.Walaupun dalam pembicaraan mereka, Faiz mengatakan bahwa dia dan Sisilia hanya berteman. Namun, Karta Setiawan dapat menebak isi hati kedua remaja tersebut, tapi dia tidak mau membahasnya. Bagi Karta Setiawan, dia akan selalu memperlihatkan sikap yang baik, seolah-olah well come terhadap Faiz.Dia berusaha memamerkan kebaikkanya pada Faiz di depan Sisilia.
BAB KE : 104 BELATI MELUKAI TINA 16+"Siapa kalian?! Untuk apa kalian datang ke sini?!" Dalam keterkejutannya Tina masih sempat bertanya.Tidak ada diantara mereka yang menghiraukan pertanyaan Tina tersebut, malah salah satu dari mereka langsung mengayunkan belati ke arah Tina, dan ...."Clruuuup!"Sebuah tusukan bersarang di tubuh Tina yang membuat dia menjerit tertahan. Namun, cuma itu suara yang keluar dari mulut Tina, karena selanjutnya mata Tina terbelalak dengan mulut menganga. Mungkin karena shock, sebab dia tidak menyangka akan diserang dengan cara seperti ini. Tidak ada perkataan atau peringatan terlebih dulu, tapi mereka langsung saja main tusuk. Namun, untunglah tusukan belati itu tidak terlalu dalam, karena ketika ujung belati menyasar ke arah perut Tina, wanita itu dalam posisi terdorong ke belakang.Darah mengucur dari tubuh Tina dan mulai membasahi pakaiannya. Namun, Tina seperti tidak peduli dengan lukanya itu. Mata Tina malah tertuju dan seakan menyelidik pada
BAB KE : 105 FAIZ DISAMBUT BELATI YANG TERHUNUS 16+Sesaat ketika orang tersebut hanya diam di depan kamar Faiz. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tindakan apa yang akan mereka ambil jika anak itu benar-benar tidak ada di rumah. Perintah dari bos, mereka harus menghabisi nyawa ibu dan anak ini sekaligus, tidak boleh ada satu pun yang disisakan. Faiz yang menjadi target utama mereka tidak ditemukan. Padahal tugas seperti ini harus dilakukan sekagus, bila malam ini hanya si ibu yang sukses mereka eksekusi, maka untuk melenyapkan anaknya akan lebih sulit dan semakin beresiko. Namun, dimanakah anaknya? Apakah informasi yang mereka terima tidak akurat? Pertanyaan seperti itu muncul dalam otak mereka. Sementara itu, Tina masih terus berteriak dari dalam kamar. Namun, teriakannya makin lama semakin pelan, dan akhirnya tidak terdengar lagi, hilang dari pendengaran ketiga lelaki tegap yang ada di rumahnya. Darah yang keluar dari tubuh Tina membuat wanita itu menjadi lemas, ma
BAB KE : 106 FAIZ BERADU NYAWA DENGAN PARA BEDEBAH 16+Lelaki tersebut menyerang dengan beringas, menusukan belati ke arah Faiz. Dengan sigap Faiz menarik kakinya dan berputar seperempat lingkaran.Posisi Faiz yang tadi berhadapan dengan si penyerang berubah dengan cepat. Posisinya dengan langsung menyamping bersamaan ketika ujung belati akan menyentuh perutnya.Serangan itu luput. Ujung belati hanya menyentuh ruang hampa, meleset tidak berapa senti dari perut pemuda itu.Karena Razio menyerang dengan kekuatan penuh, mengakibatkan tubuhnya terdorong ke depan Faiz. Tangannya yang terjulur, dengan cepat dihantam dengan sebuah tepisan oleh telapak tangan Faiz. Tepisan itu jatuh dengan tepat di bagian pergelangan tangan. Sehingga membuat si penyerang terdorong ke samping dengan dagu terangkat.Ketika tangan kiri Faiz menepis pergelangan tangan Razio, bersamaan dengan itu ujung siku tangan kanannya naik ke atas dengan kekuatan dan kecepatan tinggi."Praaaak ...!"Siku Faiz mendarat
BAB KE : 107BALAS DENDAM PUTRA TUNGGAL16+Ketika melihat salah satu dari lelaki kekar roboh, persaan was-was kembali menghantui Faiz. Ketiga orang itu keluar dari dalam rumah dengan belati terhunus di tangan. Ada rasa takut yang timbul di hati Faiz, takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap ibunya."Ibuuu ...!"Faiz berlari menuju pintu rumah dengan memanggil ibunya. Namun, sekali lagi langkah Faiz tertahan. Serangan Alex membuat Faiz harus mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah."Seharusnya belati tadi yang akan merenggut nyawamu. Biar sempurna tugas senjata itu untuk menghabisi satu keluarga!" geram Alex dengan tatapan tajam.Sebenarnya Faiz tidak ingin meladeni Alex, karena keselamatan ibunya lebih dia utamakan, tapi tak ada pilihan lain, karena Alex begitu bernafsu untuk menghabisinya. Bahkan untuk menjawab ucapan Alex saja, Faiz tidak diberi kesempatan. Faiz berkelit ketika ujung belati mengarah ke dadanya. Namun, Faiz tidak sempat menepis tangan Alex. Sehingga walau