BAB KE : 102 NIAT JAHAT PARA BEDEBAH 16+Setelah mendapat laporan dari Rudi, Karta Setiawan dengan cepat menghubungi Zulfa Adiatma. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan secepatnya. Pertemuan itu mereka adakan di taman milik Zulfa Adiatma, cuma kali ini tanpa dihadiri oleh Azral. Namun, jumlah mereka yang bertemu di sana semakin bertambah. Karena ketiadaan Azral digantikan oleh tiga orang lelaki bertubuh kekar.Rencana telah mereka susun dengan matang. Semua telah siap untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi.Tiga orang sebagai eksekutor telah menyanggupi untuk melakukan tugasnya. Sementara Zulfa Adiatma dan Karta Setiawan siap untuk melindungi mereka, andai kasus ini berujung pada pengadilan.Tak ada wajah tegang dari mereka ketika menyusun rencana pembunuhan itu. Terlihat mereka begitu santai dalam berdiskusi. Mungkin nyawa orang bagi mereka adalah sesuatu yang tidak berarti demi kepentingan mereka dan kemajuan usaha mereka.Sungguh sadis ...!Begitu pula dengan papa
BAB KE : 103KEBAIKAN KARTA SETIAWAN HANYALAH SEBUAH PENCITRAAN 16+"Iya, Om. Kebetulan saya dan Sisil satu kelas, kami sering membahas tugas sekolah bersama. Akhirnya berlanjut belajar bersama di rumah," terang Faiz apa adanya."Om berterima kasih pada Faiz, karena telah bersedia belajar bersama dengan Sisil ... Om sangat senang dengan remaja-remaja yang lebih mengutamakan pendidikan," kata Karta Setiawan dengan sedikit memuji Faiz.Keramahan jelas sekali terlihat pada Karta Setiawan dan istrinya, sikap mereka itu membuat Faiz merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Berapa kali Faiz memuji sikap keluarga Sisilia dalam hatinya.Walaupun dalam pembicaraan mereka, Faiz mengatakan bahwa dia dan Sisilia hanya berteman. Namun, Karta Setiawan dapat menebak isi hati kedua remaja tersebut, tapi dia tidak mau membahasnya. Bagi Karta Setiawan, dia akan selalu memperlihatkan sikap yang baik, seolah-olah well come terhadap Faiz.Dia berusaha memamerkan kebaikkanya pada Faiz di depan Sisilia.
BAB KE : 104 BELATI MELUKAI TINA 16+"Siapa kalian?! Untuk apa kalian datang ke sini?!" Dalam keterkejutannya Tina masih sempat bertanya.Tidak ada diantara mereka yang menghiraukan pertanyaan Tina tersebut, malah salah satu dari mereka langsung mengayunkan belati ke arah Tina, dan ...."Clruuuup!"Sebuah tusukan bersarang di tubuh Tina yang membuat dia menjerit tertahan. Namun, cuma itu suara yang keluar dari mulut Tina, karena selanjutnya mata Tina terbelalak dengan mulut menganga. Mungkin karena shock, sebab dia tidak menyangka akan diserang dengan cara seperti ini. Tidak ada perkataan atau peringatan terlebih dulu, tapi mereka langsung saja main tusuk. Namun, untunglah tusukan belati itu tidak terlalu dalam, karena ketika ujung belati menyasar ke arah perut Tina, wanita itu dalam posisi terdorong ke belakang.Darah mengucur dari tubuh Tina dan mulai membasahi pakaiannya. Namun, Tina seperti tidak peduli dengan lukanya itu. Mata Tina malah tertuju dan seakan menyelidik pada
BAB KE : 105 FAIZ DISAMBUT BELATI YANG TERHUNUS 16+Sesaat ketika orang tersebut hanya diam di depan kamar Faiz. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tindakan apa yang akan mereka ambil jika anak itu benar-benar tidak ada di rumah. Perintah dari bos, mereka harus menghabisi nyawa ibu dan anak ini sekaligus, tidak boleh ada satu pun yang disisakan. Faiz yang menjadi target utama mereka tidak ditemukan. Padahal tugas seperti ini harus dilakukan sekagus, bila malam ini hanya si ibu yang sukses mereka eksekusi, maka untuk melenyapkan anaknya akan lebih sulit dan semakin beresiko. Namun, dimanakah anaknya? Apakah informasi yang mereka terima tidak akurat? Pertanyaan seperti itu muncul dalam otak mereka. Sementara itu, Tina masih terus berteriak dari dalam kamar. Namun, teriakannya makin lama semakin pelan, dan akhirnya tidak terdengar lagi, hilang dari pendengaran ketiga lelaki tegap yang ada di rumahnya. Darah yang keluar dari tubuh Tina membuat wanita itu menjadi lemas, ma
BAB KE : 106 FAIZ BERADU NYAWA DENGAN PARA BEDEBAH 16+Lelaki tersebut menyerang dengan beringas, menusukan belati ke arah Faiz. Dengan sigap Faiz menarik kakinya dan berputar seperempat lingkaran.Posisi Faiz yang tadi berhadapan dengan si penyerang berubah dengan cepat. Posisinya dengan langsung menyamping bersamaan ketika ujung belati akan menyentuh perutnya.Serangan itu luput. Ujung belati hanya menyentuh ruang hampa, meleset tidak berapa senti dari perut pemuda itu.Karena Razio menyerang dengan kekuatan penuh, mengakibatkan tubuhnya terdorong ke depan Faiz. Tangannya yang terjulur, dengan cepat dihantam dengan sebuah tepisan oleh telapak tangan Faiz. Tepisan itu jatuh dengan tepat di bagian pergelangan tangan. Sehingga membuat si penyerang terdorong ke samping dengan dagu terangkat.Ketika tangan kiri Faiz menepis pergelangan tangan Razio, bersamaan dengan itu ujung siku tangan kanannya naik ke atas dengan kekuatan dan kecepatan tinggi."Praaaak ...!"Siku Faiz mendarat
BAB KE : 107BALAS DENDAM PUTRA TUNGGAL16+Ketika melihat salah satu dari lelaki kekar roboh, persaan was-was kembali menghantui Faiz. Ketiga orang itu keluar dari dalam rumah dengan belati terhunus di tangan. Ada rasa takut yang timbul di hati Faiz, takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap ibunya."Ibuuu ...!"Faiz berlari menuju pintu rumah dengan memanggil ibunya. Namun, sekali lagi langkah Faiz tertahan. Serangan Alex membuat Faiz harus mengurungkan niat untuk masuk ke dalam rumah."Seharusnya belati tadi yang akan merenggut nyawamu. Biar sempurna tugas senjata itu untuk menghabisi satu keluarga!" geram Alex dengan tatapan tajam.Sebenarnya Faiz tidak ingin meladeni Alex, karena keselamatan ibunya lebih dia utamakan, tapi tak ada pilihan lain, karena Alex begitu bernafsu untuk menghabisinya. Bahkan untuk menjawab ucapan Alex saja, Faiz tidak diberi kesempatan. Faiz berkelit ketika ujung belati mengarah ke dadanya. Namun, Faiz tidak sempat menepis tangan Alex. Sehingga walau
BAB KE : 108HUKUM YANG TERBALAS 16+"Ibuuuuuu ...!Faiz menyelinap di celah pintu yang sempit sambil berteriak memanggil ibunya. Wajah Faiz memucat dengan kecemasan yang luar biasa ketika melihat tubuh Tina yang tergeletak dengan bersimbah darah."Ibuuu ...?"Faiz bersimpuh di samping tubuh Tina, sambil terus mengoyang tubuh perempuan itu dengan mulut tak henti-henti memanggil 'ibu.'Merasa tak ada respon, Faiz mengangkat Tina dan membawanya ke atas ranjang."Faizzzz ...."Mulut Tina bergerak menyebut nama anaknya, ketika tubuh itu telah dalam pangkuan Faiz, perlahan mata wanita itu terbuka, menatap wajah anaknya."Ibuu Ibuuu ...! Tenang, Bu. Tenang!" Faiz juga menatap wajah Tina yang ada dalam pelukannya. Berusaha menenangkan perempuan tersebut.Mata mereka bertemu, bening yang tadi menggantung di bola mata Faiz mulai berjatuhan, mengalir membasahi pipi pemuda tersebut, kemudian jatuh menimpa wajah Tina, yang matanya kini telah terpejam.Setelah langkah Faiz tiba di pinggir ran
BAB KE : 109KEPERGIAN IBU MENYUSUL AYAH 16+"Allah hu."Bersamaan dengan kalimat tersebut gerakan tangan Tina berhenti sesaat di pucuk kepala Faiz. Memudian dengan perlahan telapak tangan wanita itu meluncur di samping kepala anaknya dan menyentuh daun telinga Faiz, lalu jatuh di pundak pemuda itu."Ibuuu ...?"Faiz menangkap tangan ibunya yang terkulai, lalu mengusap-usap punggung tangan Tina dengan tidak henti memanggil sang ibu. Tak ada respon sama sekali, wanita itu hanya diam dengan seyum terukir di bibir. Matanya terpejam seperti sedang tidur."Ibuuuuuu ..!?"Faiz memeluk ibunya dengan teriakan melengking, ketika menyadari orang tua yang tinggal satu-satunya itu pun telah berpulang menyusul sang ayah ke alam baka. Tangis Faiz pecah tergugu dengan tubuh bergetar. Tidak hanya air mata, tapi keringat pun ikut membasahi tubuh pemuda itu. Entah kenapa di malam sedingin ini, dia malah mengeluarkan keringat yang cukup banyak.Apakah karena kesedihan hatinya yang luar biasa karena