BAB KE : 50 16+THORIQ PULANG Gelapnya malam tidak menyurutkan langkah Thoriq. dia bahkan mempercepat jalannya ketika melihat gapura di ujung gang rumah. Thoriq berpikir, sebentar lagi dia akan bertemu dengan buah hatinya, setelah lebih dari satu tahun mereka terpisah.Ya, tak ada yang menyangka kalau Thoriq harus terpisah selama itu dengan anak semata wayangnya. Mungkin ini yang dinamakan takdir, atau hanya sekedar nasib yang disebabkan oleh keteledoran Thoriq sendiri.Ingin rasanya secepat mungkin sampai di rumah tempat dia dilahirkan dan dibesarkan. Dia sudah sangat rindu untuk memeluk dan mencium Faiz. Bahkan malam ini, Thoriq tidak akan mau terpisah dengan Faiz sedetikpun. Ia ingin menikmati kebersamaan dengan buah hatinya itu. Semakin mendekati rumah, pikiran Thoriq semakin dipenuhi oleh bayangan anaknya. Lebih satu tahun berpisah, seharusnya Faiz telah sekolah. Seperti apakah bentuk Faiz sekarang? Apakah aroma tubuhnya masih seperti dulu? Tentu saat ini dia lebih tinggi dan
BAB KE : 51 TANGISAN THORIQ 16+Thoriq menatap dalam wajah Kemal dengan hati semakin membuncah, yang di tatap terlihat begitu tenang, seolah berusaha menularkan ketenangan itu pada hati temannya tersebut. "Kenapa Mas dan Mbak tidak mencegah Tina membawa Faiz? Kalau Tina memutuskan meninggalkan kampung ini, tidak apa-apa! Apa boleh buat ... saya tidak punya hak untuk menahannya. Tapi kenapa Faiz mereka bawa juga?" tanya Thoriq kemudian dengan suara pelan."Waktu itu Faiz sempat tinggal di sini, tapi kemudian Tina menjemput untuk nginap di sana, dan dia akan mengembalikan Faiz ke-esokannya. Pagi habis Subuh saya datang ke sana untuk bertemu Faiz. Tapi rumah telah di gembok. Mungkin mereka pergi sebelum Subuh , karena tidak ada warga sini yang melihat keberangkatan mereka. Saya cari informasi ke depan, ke tempat agen bus. Tapi, tidak ada keterangan berarti yang saya dapatkan," terang Kemal.Kemal sengaja tidak menceritakan kepada Thoriq perihal Tina memukul kepala Faiz sampai berdarah
BAB KE : 52 RENCANA PENCARIAN FAIZ 16+Bersamaan dengan itu Kemal tiba di rumah Thoriq, mendengar suara ratapan Thoriq, lelaki itu dengan cepat memasuki rumah yang pintunya masih menganga itu. "Thoriq... sudahlah! Tidak baik meratap seperti itu?!" Suara Kemal membuat Thoriq menghentikan ratapannya, namun suara isak masih terdengar jelas dari mulutnya. Rupanya sebelum ke langgar, Kemal menyusul Thoriq ke rumahnya. Di depan pintu, dia sudah mendengar suara tangis Thoriq. Setelah memastikan keberadaan Thoriq, Kemal segera memasuki kamar Faiz."Sudahlah ... ayo bangun! Waktu subuh sudah hampir masuk, kita sholat dulu. Menangislah di hadapan Tuhan dan mengadulah pada Nya. Karena itu cara terbaik untuk meminta petunjuk dalam menyelesaikan masalah!" kata Kemal sambil meraih tangan Thoriq dan menariknya.Thoriq bangkit mengikuti tarikkan Kemal. Bola matanya terlihat merah sementara air masih merembes dari sana."Hapus air matamu itu, jangan menangis lagi!" kata Kemal, setelah Thoriq dalam
BAB KE : 53 NAUFAL DAN DUDUN IKUT MENGANTAR THORIQ DAN HERU 16+Tanpa ingin membuang waktu, keesokkan harinya Thoriq dan Heru segera berangkat menuju kampung Darto. Bahkan jam sebelas malam mereka telah berangkat dari rumah, berharap agar tidak terlalu malam sampai di sana. Untung mobil yang menuju ke kampung Darto ada yang lewat jam dua belas malam di wilayah mereka. Dengan bus itulah rencananya Thoriq dan Heru akan menumpang.Sampai waktu keberangkatan mereka, rumah Kemal masih dipenuhi oleh warga. Mereka ingin melepas kepergian Thoriq dan Heru, tentu saja dengan diiringi doa bersama. Setelah doa bersama, beberapa sepeda meluncur dari rumah Kemal, ada sekitar sepuluh sepeda yang ikut mengantarkan Thoriq dan Heru menuju loket bus. Mereka benar-benar ingin menyaksikan Thoriq dan Heru bertolak dari kampung mereka, sekaligus ingin mengetahui dengan bus apa tetangganya itu berangkat. Tentu dalam rombongan itu Kemal juga ikut serta, dengan Naufal dan Dudun di boncengan sepedanya.
BAB KE : 54 THORIQ BERTEMU DARTO 16+Sesaat kemudian Heru bangkit sambil menyapu wajahnya. Kelihatan bajunya basah oleh keringat yang tadi bercucuran. Dia mengibaskan tangan pada beberapa bagian pakaiannya, kemudian menatap pada dua orang wanita yang ada di sana. Wajah kedua orang wanita itu dibaluti oleh raut kecemasan. "Apakah tadi Ibu mendengar suara jeritan seorang perempuan?" tanya Heru dengan pelan. "Ya, saya dengar," jawab Bu RT dan Bu Parmi hampir bersamaan. Mata mereka tidak lepas dari Heru dengan hati yang diliputi oleh berbagai pertanyaan dan rasa was-was."Itu rumahnya Maryana! Dia rada stres, tidak mau keluar rumah. Seolah-olah takut sama orang," lanjut Bu Parmi menerangkan. "Mari kita ke sana," ajak Heru setelah mendengar keterangan Bu Parmi. "Memang ada apa dengan dia, Mas?" tanya Bu RT. "Dia begitu, karena teluh yang menyerangnya. Sebaiknya kita menemuinya sekarang. Karena dia sangat memerlukan pertolongan kita saat ini," kata Heru memberi keterangan.Kemudian
BAB KE : 55 PERTARUNGAN HERU DENGAN DARTO 16+Melihat sikap Darto yang tidak bersahabat, Heru segera mempersiapkan diri. Mulutnya kembali komat-kamit yang diiringi oleh gerakan tangan dan langkah kaki. Gerakannya sangat pelan, tapi memiliki makna tertentu. Ini terbukti dengan perubahan yang terjadi pada Darto, lelaki yang sudah tidak waras itu terdiam dengan mata mulai sayu. Setelah melakukan berapa gerakan dan melihat Darto terdiam, Heru pun menghentikan gerakannya tersebut, tapi matanya tetap dengan tajam menatap ke arah Darto. "Manusia adalah khalifah di muka bumi ini! Makhluk seperti kalian tidak bisa mengganggu orang-orang yang mengetahui akan kebenaran. Kalian hanya bisa berteman dan bersekutu dengan orang-orang yang zholim dan hanya bisa mencelakai mereka yang lemah imannya saja." Suara Heru menggelegar dengan tatapan tajam ke arah Darto."Arghhhh!" Darto meraung dengan keras. Seperti ada sebuah sentakan yang membetot dirinya. Sikapnya kembali beringas ketika mendengar
BAB KE : 56 MENEMUI KAKEK FAIZ 16+Thoriq begitu sedih melihat keadaan Bapak Tina, yang sekaligus kakeknya Faiz. Beliau sekarang tinggal sendiri tanpa ada yang mengurus di usianya yang sudah senja. Rumah yang ditinggali bapak Tina juga telah keropos di sana-sini karena tidak terurus. Begitu juga dengan pekarangan rumah itu. Rumput telah tumbuh di mana-mana. Lelaki tua renta itu sangat kurus, tubuhnya tak ubahnya seperti tulang yang berbalut kulit. Entah karena penyakit atau memang karena tubuh yang teramat kurus, sehingga membuat lelaki tua itu selalu gemetaran. Apa lagi ketika dia melangkahkan kaki, getar di tubuhnya sangat terlihat nyata. Kedua bola matanya mulai memutih karena tertutup oleh lapisan katarak. Tidak, itu saja, kelopak matanya seperti berat oleh belek yang menggantung di sana. Tentu keadaan yang demikian membuat pandangan kakek Faiz tersebut menjadi berkurang. Awalnya ada keraguan di hati Thoriq ketika akan memasuki pekarangan rumah tersebut. Ragu karena sika
BAB KE : 57 PENYESALAN SEORANG SAHABAT 16+"Saya teman kecil Thoriq, Pak!" kata Tamrin sambil menepuk bahu Thoriq."Oh, ya. Ayo masuk?" jawab bapak Tina ramah dengan senyum merekah, sambil mempersilahkan tamunya masuk ke dalam."Oh, iya! Sampai lupa. Ayo kita masuk!" ajak Thoriq yang di iyakan oleh Tamrin. Tamrin membungkuk dan meraih kantong kresek hitam yang tadi dia letakkan di atas lantai. Isinya adalah oleh-oleh untuk keluarga Thoriq.Kelihatan sikap Tamrin begitu akrab. Sambil berjalan tangan kanannya selalu berada di bahu Thoriq. Setelah mempersilahkan Tamrin duduk, Thoriq bergegas ke dapur untuk membuat kopi. "Kemana istri dan anakmu?" tanya Tamrin ketika Thoriq telah kembali dengan baki di tangan. "Istri dan anak saya tidak ada di rumah," jawab Thoriq sambil menata gelas kopi di atas meja."Kemana?" tanya Tamrin ingin tahu."Kisahnya panjang. Jadi nanti saja kita bercerita," jawab Thoriq. Dia tidak ingin merusak kebahagiaan mereka dengan kisah sedih yang dia alami. Se