KAPAN AYAH PULANG?
BAB KE : 36
INGIN BEKERJA
POV : FAIZ
Semakin hari temanku semakin bertambah. Kalau Mas Riki dan Mas Yoki sedang pergi, maka aku bermain dengan anak-anak yang lain.
Oh, ya! Mas Riki dan Mas Yoki selalu pergi pagi dan pulangnya sore. Katanya mereka pergi mencari kardus dan barang bekas. Mereka sebut pekerjaan seperti itu, memulung.
"Ayo, Faiz! Kita ke depan! Mas Yoki ingin mentraktir kamu es dawet," ajak Mas Yoki sore itu.
"Mas Yoki punya uang?" tanyaku.
"Alhamdulillah, hasil hari ini cukup banyak. Setelah dikasih ke Emak, sisanya bisa buat beli es dawet untuk kita berdua," jawab Mas Yoki.
"Jadi yang ngasih uang Emak, Mas Yoki ama Mas Riki?" tanyaku dengan heran.
Aku merasa aneh! Harusnya Mas Yoki yang minta uang ke Emaknya, seperti Mas Naufal yang suka minta uang pada Ibunya. Tapi, ini malah kebalik! Kenapa bisa begitu, ya?
Katan
KAPAN AYAH PULANGBAB KE: 37TINA INGIN PERGISudah lebih satu minggu Tina dan Faiz tinggal bersama ibu Siti. Ya, orang tua tunggal dari Riki dan Yoki tersebut bernama Bu Siti.Bu Siti sangat baik dan begitu telaten dalam merawat Tina. sehingga keadaan Tina perlahan mulai pulih. Tina sempat dua kali pergi berobat ke dokter umum.
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 38UANG DARI FAIZBu Siti pernah merasakan kejamnya Ibu Kota waktu pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Pengalaman yang sangat pahit, bahkan dalam sehari dia pernah tidak dapat menikmati nasi.Karena tidak ada pilihan, Bu Siti terpaksa bertahan. Pelan-pelan Bu Siti bisa menyesuaikan diri.
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 39KESEDIHAN TINABahu Tina turun naik menahan isak. Mata Tina menatap dalam wajah anaknya penuh haru dengan batin menjerit."Nak, bagaimana perasaan Ayahmu jika dia melihat ini. Betapa hancur hatinya, Nak. Mungkin melebihi perihnya hati Ibu saat ini. Ibu pasti akan disalahkan! Tapi semua memang salah Ibu ... Ibulah yang membuatmu terlempar ke jalan, mengais di tong sampah mencari sesuatu yang telah dibuang orang. Betapa perihnya hati ini membayangkannya, Nak! Tapi, jauh lebih perih lagi ketika kamu katakan bahwa semua itu kamu lakukan untuk Ibumu ... Ibu yang telah menjerumuskan kamu ke lembah kesengsaraan. Ibu yang telah merampas kebahagiaanmu. Tapi, kamu lakukan ini demi Ibumu, agar Ibumu tidak diusir orang, tidak dihina orang. Sifat mulia siapakah yang mengalir di dirimu, Nak?" Batin Tina semakin menjadi.Tina tidak mampu lagi menahan tangis karena suara batin yang be
KAPAN AYAH PULANG?BAB KE : 40KESETIAAN BU SITI MENPAR TINA Setelah menghela napas panjang, barulah dengan perlahan awan di wajah Bu Siti menghilang. Namun, kedua bola matanya terlihat berkaca-kaca. "Riki melakukan hal tersebut setelah bapaknya meninggal, sementara waktu itu saya bermasalah dengan keuangan. Jangankan untuk jajan Riki dan adiknya, untuk makan saja kesulitan." Kini bening mulai menggantung di pelupuk mata Bu Siti. Tangannya terangkat mengusap bagian kedua matanya dengan lengan. Terlihat dia seakan sedang berjuang mengusir gejolak di hatinya. Sehingga dia diam sesaat. Tak ada suara yang keluar dari mulut kedua perempuan itu. Hening. "Karena ketiadaan biaya, Riki keluar dari sekolah. Setelah cukup lama menganggur akhirnya hal itulah yang ditempuh Riki untuk mengisi waktu dan mencari uang jajan" lanjutnya memecah keheningan. Kali ini suara Bu Siti terdengar serak, mungkin karena tenggorokannya yang kering. Kenangan masa lalu kembali menghadirkan kesedihan di hati
BAB KE : 41TINA JADI WARGA KOLONG JEMBATAN Langkah terbaik yang harus ditempuh Tina, tentu saja mengikuti saran yang disampaikan Bu Siti. Seandainya dia masih bersikeras mencari kos-kosan. Tentu uangnya akan cepat habis, bagaimana kalau terjadi lagi peristiwa seperti di tempat Bang Kalit dulu. Keadaannya pasti akan lebih buruk lagi. Jika dia membangun gubuk di sini, setidaknya dia dekat dengan Bu Siti. Kalau terjadi apa-apa, ada Bu Siti dan warga sini, tentu mereka akan membantu. Selama di sini Tina merasakan betapa baik perlakuan Bu Siti terhadapnya. Seperti sikap seorang kakak terhadap adik saja layaknya. Begitupun dengan Faiz, dia terlihat nyaman berada di lingkungan ini. Riki dan Yoki juga memperlakukan Faiz seperti adiknya sendiri. Bahkan kedua orang anak Bu Siti tersebut terlihat begitu menyanyangi Faiz. Akhirnya, itulah keputusan Tina, dia akan membangun gubuk di bawah jembatan ini dan menjadi Warga Kolong seperti Bu Siti dan masyarakat yang lainnya. Itulah pilihan ya
BAB KE : 42 MENCARI KERJA KE PASAR INDUK Tina memang tidak memiliki uang lagi setelah dia membangun gubuk. Uang yang dia punya habis semua terpakai. Sejak saat itu, Bu Siti yang memenuhi semua kebutuhan Tina. "Kalau mau sebaiknya ikut kerja dengan Maryati. Di tempat dia kerja banyak lowongan," usul Bu Siti. Maryati adalah orang yang ikut membantu Tina waktu dia pingsan dulu. Dia dan suaminya tinggal hanya berjarak beberapa gubuk saja dari tempat Bu Siti. Cuma Maryati jarang berada di rumah, karena dia berangkat kerja sebelum jam enam pagi, kadang pulang sehabis magrib. Tina pernah berapa kali sempat ngobrol dengan wanita yang hampir sesuai dengannya itu, tapi mereka belum pernah membicarakan tentang pekerjaan. "Mau, Mbak! Kalau tahu dari kemaren-kemaren, mendingan dengan dia saya ikut, tidak perlu membuang waktu untuk mencari pekerjaan seperti sekarang," jawab Tina antusias. "Saya sengaja tidak mau memberi tahu, karena kerjanya seperti itu. Pergi pagi dan pulangnya malam. Saya
BAB KE : 43 MENJADI TUKANG KUPAS BAWANG Gudang itu sangat besar berdinding geribik dan beratap hasbes. Di dalam gudang tersebut menumpuk karungan bawang merah. Mungkin jumlahnya puluhan ton. Di gudang itu sekarang Tina berada. Belasan Ibu-ibu duduk berjejer mengupas bawang sambil bersenda gurau. Tangan mereka begitu cekatan memainkan pisau. Diantara Barisan ibu-ibu itu juga ada Tina. Dialah satu-satunya pekerja yang masih kelihatan kagok. Hasil yang dia peroleh sangat sedikit dibanding dengan ibu-ibu yang lainnya. Mata Tina merah dengan tidak henti-hentinya meneteskan air bening. Hampir setiap saat ibu Faiz itu mengusap matanya dengan punggung tangan. Belum sampai dua jam, rasanya Tina sudah ingin menyerah, tapi ingatannya pada Faiz membuat dia tetap harus bertahan. Apa lagi bila ingat betapa susahnya mencari kerja. Air mata Tina meleleh di pipi, tapi air mata itu keluar bukan hanya sekedar karena pedasnya bawang. Tapi bercampur dengan air mata karena tangisan. Ya, tanpa ada y
BAB KE : 44 SUSAHNYA MENCARI UANG Hari pertama bekerja, penghasilan Tina sangat sedikit, ada rasa kecewa di hati ketika melihat hasil kupasannya setelah di timbang. Uang yang dia peroleh, bahkan tidak sampai sepertiga dari yang didapat Maryati. Jumlah yang tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satu hari. Tapi, untunglah teman-temannya memberi semangat yang membuat rasa kecewa Tina berkurang. Karena hal itu, Tina berniat akan tetap bekerja. Apa yang dikatakan teman-temannya benar, penghasilan akan meningkat seiring waktu. Setiap hari kemampuan dan kecepatan kerja pasti akan bertambah asal tidak putus asa dan tetap optimis. Rasa haru kembali dirasakan Tina ketika Maryati lagi-lagi membayarkan ongkosnya. Ini berarti pulang pergi Maryati-lah yang membayar biaya transportasi Tina. Tina berusaha menolak ketika Maryati membayar sewa angkutan kota yang mereka tumpangi. Tapi Maryati keukeh, dengan alasan bahwa penghasilan Tina masih sedikit. Wajar saja jika sikap Maryati ini m