BAB KE : 141BELATI DI LEHER KARTA SETIAWAN 16+Ataria tidak punya pilihan kecuali mengikuti perintah si penyerang. Dia juga tidak mau mati konyol dengan leher tercekik. Lebih baik dia mengikuti saja dan berusaha menanya maksud orang yang baru saja menyerang dirinya. Siapa tahu dia punya kesempatan untuk melumpuhkan orang yang telah memasuki area rumah bos-nya di tengah malam seperti ini. "Apa yang ingin Anda lakukan di sini? Mau merampok?" tanya Ataria dengan napas tersengal. "Saya bukan perampok! Saya hanya ingin menuntut keadilan. Sebaiknya Anda jangan banyak tanya!" jawab Faiz, kembali dia menekan belati ke pinggang Ataria.Mendapatkan perlakuan seperti itu, Ataria tidak bertanya lagi. Bahkan dia membiarkan saja ketika Faiz menarik pergelangan tangannya ke belakang dan menyatukan kedua tangannya dalam ikatan. Setelah tangan Ataria terikat ke belakang, Faiz melemparkan belati yang ada di tanganya ke dalam pos penjagaan. Sementara satu tangan Faiz mencekal kerah bagian belaka
BAB KE : 142JERITAN SISILIA 16+Jarak muka Karta Setiawan dengan Faiz begitu dekat, bahkan saking dekatnya, napas yang keluar dari hidung Faiz terasa hangat di wajah Karta Setiawan. Ingin rasanya Karta Setiawan memalingkan wajahnya dari tatapan Faiz, tapi itu tidak mungkin, karena terlalu sulit dia untuk menggerakan kepalanya. Cengkraman tangan Faiz di rambutnya begitu kuat, belum lagi mata belati yang ada di tangan kanan Faiz selalu menempel di leher pengusaha itu. Tak ada pilihan, selain diam tanpa membuat gerakan yang bisa saja membahayakan jiwanya. "Apa yang saya inginkan? Apa Tuan tidak tahu apa yang saya inginkan, yang membuat saya datang menemui Tuan di tengah malam dengan cara seperti ini?" Rahang Faiz mengeras dengan tatapan semakin tajam.Sebenarnya semua pertanyaan yang keluar dari mulut Faiz itu, telah diketahui jawabannya oleh Karta Setiawan, tapi lelaki itu lebih memilih diam dengan mulut meringis menahan sakit karena jambakan Faiz. "Apakah Tuan benar-benar tida
BAB KE : 143SISILIA TAK PERCAYA PAPANYA DALANG PEMBUNUHAN KEDUA ORANG TUA FAIZ 16+Rupanya tidak Karta Setiawan saja yang terganggu oleh suara bel tadi, semua yang berada di rumah ini ikut mendengarkanya. Cuma memang Karta Setiawan yang bangun terlebih dulu. Sehingga dia yang turun untuk membukakan pintu. Sementara Sekar Wulandari masih tetap di pembaringan.Begitupun dengan Sisilia dan Bik Surti, memang mereka tidak diganggu oleh suara HT, tapi bunyi bel cukup membuat mereka terjaga. Karena tidak ada kecurigaan di hati, ketiga orang tersebut lebih memilih melanjutkan tidurnya. Apalagi mereka mengetahui kalau Karta Setiawan telah turun dari lantai dua.Walau lapat-lapat mereka mendengar suara orang bicara dan ada suara seperti benturan, tapi mereka tetap tidak curiga, karena suara itu tidak begitu jelas terdengar. Sampai terdengar suara yang cukup ribut, barulah mereka curiga dan segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Hampir bersamaan Sekar Wulandari dan Sisilia keluar da
BAB KE : 144BELATI UNTUK SISILIA 16+"Tidak! Jangan ... jangan lakukan itu! Jangan sakiti Papa saya, Faiz!" ratap Sisilia sambil mengangkat kedua tangannya dengan telapak terbuka, menjulur lurus ke arah Faiz.Telapak tangan itu bergerak ke kiri dan kanan dengan gemetar, isarat agar Faiz tidak menyakiti papanya.Melihat keadaan Sisilia dengan ratapan yang begitu pilu dan wajah penuh ketakutan, membuat emosi di hati Faiz berkurang.Ada rasa kasihan yang menyeruak di relung hatinya menyaksikan keadaan Sisilia saat ini. "Faiz ... aku tahu betapa lukanya hatimu dan luka itu kamu tanggung begitu lama. Belum lagi luka itu sembuh, sekarang tergores lagi di tempat yang sama. Kalau kamu membunuh Papaku, justru akulah yang akan luka, seperti apa sakitnya luka yang selama ini kamu alami. Balaslah Papaku dengan menggoreskan luka yang sama di hatinya. Bunuh aku Faiz ...! Karena itulah cara untuk memberi penderitaan yang sama terhadap Papaku ....""Sisil ..!?"Kata-kata Sisilia yang panjang dal
BAB KE : 145AIR MATA KARENA CINTA 16+Ada perasaan hampa ketika Faiz meninggalkan rumah Sisilia. Rasa hampa yang berbaur dengan segala hal yang tidak bisa dimengerti oleh Faiz. Dengan gejolak hati yang tidak dia pahami, lelaki itu tetap berniat melanjutkan rencananya. Rencana untuk menuntut balas pada Hendro Parangsing. Faiz terus melajukan motornya, berjalan dengan kecepatan pelan, membelah jalan di saat malam telah mendekati pagi.Sementara itu, Embun masih terpaku di antara dedaunan. Menyembunyikan pesonanya di bawah naungan kabut yang menari di udara. Walau suhu begitu dingin, tapi tidak mampu menyenjukan hati Faiz yang membuncah, karena ada pertempuran yang sedang bergejolak dalam jiwanya. Faiz terus mengatur laju motor, walau dia terlihat tenang, tapi hatinya sedang rapuh. Terbukti dengan adanya genangan bening yang meleleh membasahi pipi pemuda tersebut. Air mata ...!Ya, Air mata ... air mata karena tangis. Lelaki itu menangis karena mengingat kejadian tadi, dimana hat
BAB KE : 146 FAIZ KABUR KE IBU IBU KOTA16+Hendro Parangsing baru merasa agak terganggu ketika motor yang ada di belakangnya semakin memperlambat lajunya, seakan enggan menyalip Hendro Parangsing Ketika posisi motor benar-benar telah mendekatinya ~ mungkin jaraknya sekitar tiga meter~. Barulah Hendro Parangsing menghentikan larinya, dia menoleh ke belakang. Mata Hendro Parangsing membentur wajah Faiz. Walau memakai helm, tapi bagian muka Faiz tidak tertutup. Seketika Hendro Parangsing tertegun, menyadari siapa yang ada di atas motor tersebut. "Faiz?" gumamnya. Nalurinya sebagai seorang police, langsung bekerja, menyiratkan pertanda bahaya. Namun, belum sempat Hendro Parangsing melakukan tindakan apa-apa. Faiz terlebih dulu menjentikan jari. Jarum melayang di udara menuju ke arah sasaran. Walau Hendro Parangsing melihat Faiz menjentikan jari ke arahnya, tapi Hendro Parangsing tidak melihat ada jarum yang sedang menuju ke tempat dia sedang berdiri. Kecepatan jarum sangat luar
BAB KE : 147SETELAH LIMA BELAS TAHUN [SANG PENGADIL]16+Bila penduduk suatu negara berlomba-lomba mencari jabatan untuk sebuah pekerjaan, maka pengabdian dari hati mereka akan segera tersisihkan. Mereka bekerja bukan lagi untuk mengabdi tapi telah tercoreng oleh tindakan untuk memperbesar pundi-pundi. Harta dan status sosial akan melecut mereka agar terus maju menggapai asa tanpa mengindahkan norma-norma. Walau status sosial itu sebenarnya tak ada batas, tapi nafsu mereka akan terus memaksa untuk mengejar ujungnya yang juga tidak berbatas. Namun, usaha mereka tidak akan pernah tuntas, sampai nyawa mereka terlepas. Nafsu-lah yang membuat manusia tidak pernah puas, terus mengejar tanpa henti, tanpa disadari keserakahan telah mengendalikan diri. Seperti itu pula yang terjadi di sebuah negara yang tidak ada dalam peta. Negara yang telah mulai porak poranda karena keserakahan para penguasa. Nama negara itu adalah Negara Demokrasi Ajarbuiling.Negara besar yang telah kehilangan ja
BAB KE : 148DUDUN SUPARMAN POLICE YANG BERPRESTASI 16+Lebih sepuluh tahun hal ini terjadi tanpa ada solusi. Sang Presiden pun mulai tak peduli. Hanya dia meminta pada jajaran dan pengusaha untuk lebih hati-hati dalam membagi upeti. Pada suatu ketika media masa heboh. Salah satu wartawan mengungkap tindak korupsi dan pencucian uang yang dilakukan oleh salah seorang anak presiden. Anak presiden yang bungsu memiliki harta yang tak bisa diterima logika. Baru saja tamat SMA. Tapi kekayaannya melebihi seorang pengusaha yang ternama. Dari mana sumbernya?!Berita tersebut sangat menghebohkan. Pihak istana cepat mengantisipasi dengan menangkap orang yang membuat dan menyebarkan berita tersebut. Berapa media masa terpaksa dicabut ijin usahanya, demi menutup kebenaran sebuah berita. Apa yang diinginkan presiden terpenuhi, tapi dia tidak mampu membendung berita tersebut yang telah menyebar di masyarakat. Masyarakat pun melakukan perlawanan dengan bergerilya. Berbagai baliho mulai terpa